[DOL] chapter 1

30.6K 1.1K 83
                                    

.

.

.

OoO

Happy Reading

OoO

.

.

.

Hari itu matahari bersinar dengan cerah. Tetapi tidak begitu cerah untuk seorang siswi yang sedang duduk di bangku taman belakang sekolah. Wajahnya tampak begitu kesal dengan bibir yang terus mengoceh dengan tidak jelas. Terkadang dia juga menggembungkan kedua pipinya. Bukannya terlihat kesal tetapi dia tampak sangat menggemaskan dengan ekspresi seperti itu.

Ya, itulah kebiasaannya jika sedang kesal dan marah entah pada siapapun, siapa lagi kalau bukan HARUNO SAKURA. Putri tunggal dari pasangan Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki. Yang juga merupakan pemilik Haruno Corp yang bergerak di bidang komunikasi dan transportasi. Haruno Corp juga memiliki cabang di beberapa kota bahkan sampai di luar negeri.

Tidak salah jika keluarga Haruno meraih peringkat ke-2 terkaya di Jepang setelah keluarga UCHIHA tentunya. Hal itu jugalah yang membuat Sakura kesal setengah mati dengan Ayah dan Ibunya. Bagaimana tidak, sudah sebulan lamanya Sakura ditinggal kedua orang tuanya untuk mengurus anak cabang perusahaan Haruno yang berada di Italia dan baru pulang dua hari yang lalu.

Dan mereka sudah terbang lagi ke Inggris untuk mengecek perkembangan anak perusahaan yang berada disana pagi tadi. Sakura tak habis pikir dengan kedua orang tuanya, apa Ayah dan Ibunya tidak merindukannya? Karena saking sibuknya, mereka jadi tidak mempunyai waktu yang lebih lama untuk berkumpul bahkan liburan pun jarang jika bukan Sakura yang mengajak.

"Menyebalkan," gumam Sakura dengan kesal.
"Mereka benar-benar -"

"SAKURA.." kata-kata Sakura terputus begitu saja karena terdengar suara teriakan seorang gadis. Tentu saja Sakura mengenal betul siapa pemilik suara tersebut. Siapa lagi kalau bukan YAMANAKA INO, sahabat sejak mereka masih kecil. Dengan penampilan bak boneka barbie dengan rambut pirangnya yang dikuncir ekor kuda.

"Kau itu kemana saja eh? Aku mencarimu dari tadi, tapi ternyata kau ada disini," cerocos Ino setelah sampai dan duduk disamping sahabat tercintanya dengan nafas yang masih terengah-engah karena sehabis berlari mencari Sakura.

"Siapa suruh kau mencariku," sahut Sakura dengan nada yang masih kesal.

"Ishh... kau itu! Aku mengkhawatirkanmu baka! Sejak pagi kau hanya diam, melamun, menggerutu tidak jelas, dan kau selalu marah saat aku mengajakmu berbicara. Lalu kau meninggalkanku sendirian seperti orang gila karena aku berbicara sendiri," Jelas Ino panjang lebar dengan nada kesal bercampur khawatir. Karena menurutnya ini bukan Sakura yang seperti biasanya. Sakura yang polos, ramah, dan ceria.

"Aku sedang kesal Ino. Jadi jangan ganggu aku. Kau mengerti?" sahut Sakura.

"Kesal? Kau kesal kenapa?" tanya Ino lagi.

"Aku sudah bilang kan? Aku sedang kesal dan aku ingin sendiri," jawab Sakura sekali lagi dengan nada masih sama.

"Aku juga sudah bilang kan? Kau kesal karena apa?" tidak mau kalah, ia pun kembali bertanya pada Sakura yang mulai dongkol akan sikap Ino yang selalu penasaran. Selain menjadi Ratu Gosip di sekolahan, Ino juga akan sangat cerewet jika sudah menyangkut sahabat pinknya ini.

"Aku kesal karena Ayah dan Ibu pergi untuk mengurus dan mengecek anak perusahaan yang berada di Inggris. Padahal mereka baru pulang dua hari yang lalu dari Italia. Dan pagi- pagi sekali mereka sudah berangkat," jelas Sakura dengan lesu tanpa ada semangat sedikitpun.

Ino yang mendengar penjelasan dari Sakura hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia mengerti tentang hal apa yang membuat Sahabatnya menjadi tidak bersemangat dari pagi tadi.

"Jadi kau masih menganggap jika sekarang kau sedang sendirian?" tanya Ino.

"Eh? Apa maksudmu Pig?" Sakura menatap Ino dengan raut wajah kebingungan tidak mengerti dengan ucapan Ino.

"Jadi kau tidak menganggap sahabatmu ini ada? Sakura, jika kau berpikir kau sendirian kau salah besar. Nyatanya aku ada dan masih ada teman kelas kita. Jadi kau tidak sendirian," jelas Ino dengan tersenyum lebar.

"Pig, tentu saja aku menganggapmu ada. " jeda sejenak. "Tapi kalian berbeda. Kau berperan sebagai sahabatku, sedangkan Ayah dan Ibu berperan sebagai orang tuaku. Kau mengerti kan?"

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Toh Paman dan Bibi juga berkerja, mereka tidak berlibur tanpa mengajak putrinya. Dan hasilnya untuk siapa? Untukmu bukan? Mereka bekerja demi masa depanmu, Sakura. Demi kebaikanmu," dengan masih tersenyum Ino pun menasehati Sakura yang masih tampak murung.

"Ayolah. Semangat! Jangan terlalu larut dalam kesedihanmu! Ganbatte Sakura!" lanjutnya dengan menyemangati.

"Terima kasih Ino. Kau memang sahabat terbaikku. Aku menyayangimu," akhirnya Sakura pun tersenyum tulus sembari memeluk sahabatnya.

"Oh iya. Ngomong-ngomong kau makan apa tadi?" tanya Sakura setelah pelukannya terlepas.

"Hmm? Memang kenapa? Aku sedang diet jadi aku hanya makan salad," jawab Ino.

"Tidak sih, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir kenapa kau begitu bijak hari ini," ucap Sakura dengan wajah seolah berpikir sambil menatap Ino dengan polos.

Ino pun mendengus mendengar ucapan Sakura. "Dasar, begini-begini aku juga bijak tahu, tidak hari ini saja bahkan hari hari sebelumnya pun aku juga bijak. Kau saja yang baru mengetahuinya sekarang. "

"Benarkah?" Sakurapun hanya memandangnya dengan masih raut wajah polos tanpa di buat-buat.

"Iya. Ah Sudahlah jangan dipikirkan. Sekarang ayo kita kembali ke kelas, bel masuk pelajaran terakhir sudah berdering sejak 15 menit yang lalu. Jika ada sensei yang tahu, dan mereka menganggap kita membolos jam terakhir, aku akan menyalahkanmu kalau sampai hal itu terjadi," ancam Ino.

"Dan aku juga akan menyalahkanmu karna kau tidak bisa diam dan terus mengoceh tidak berguna seperti itu," ancam balik Sakura. Setelah mengatakan demikian, ia bangkit dan berjalan meninggalkan tempat itu dan Ino yang masih mencerna kata-kata Sakura.

"Ishh, anak itu. Aku mengoceh juga karna dirinya. Dan apa-apaan tadi itu? Tidak berguna? Justru itu kata-kata yang berguna. Dan kenapa malah mengancamku balik? " gumam Ino setelah loading beberapa menit dengan nada kesal.

"Tapi tak apalah. Asalkan Sakura bisa tersenyum lagi," lanjutnya dengan senyum tulus.

"Sakura! Tunggu akuuuu!" teriaknya sambil berlari mengejar Sakura yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan Ino.

Itulah gunanya sahabat. Karna sahabat tidak akan membiarkanmu merasa sendirian. Dan sahabat akan selalu ada untukmu disaat kau membutuhkan maupun tidak membutuhkan. Sahabat juga rela melakukan apapun untuk membuat sahabatnya tersenyum.

Itulah persahabatan. Indah bukan? Apakah kau juga mempunyai sahabat?
Dan apakah kau merasakan indahnya disayangi sahabatmu?

.

.

.

Tsuzuku

.

.

.

Destiny Of Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang