"Cemberut lagi aku cium"

"Tap-"

Cup

"Ih apaan sih ran!!?" Lian mencak mencak

"Udah dua kali lho, gak sekalian satu kali lagi? Dapet piring cantik lho?" Rano menyeringai

"Dasar! Modus!"

"Gak papa, yang penting kan modusnya ke pacar sendiri bukan ke yang lain?"

"Hmm" Lian hanya menjawab dengan gumaman.

"Jadi gak ni perginya?"

"Iya jadilah"

"Senyum dulu dong"

"Nihhhh udah senyumm" Lian memperlihatkan senyuman termanisnya

"Woke, let's go, berangkat!!"

***

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam, akhirnya Lian dan Rano sampai di sebuah pantai.

"Loh? Ran? Bukannya ini pantai yang waktu itu?"

"Loh? Kamu gak tidur? Kirain tidur, biasanya molor"

"Ya gak papa, sekali kali nikmatin perjalanan"

Tanpa di suruh turun, Lian sudah turun duluan, dan lari menuju pantai. Sedangkan Rano hanya menggeleng gelengkan kepalanya "dasar kaya anak kecil aja"

Rano memarkirkan Motornya dan menyusul Lian yang tengah berlari lari kecil di bibir pantai.

"Awass, nanti kebawa ombak" teriak Rano dari kejauhan

"Iyaaaaa" jawab Lian tak kalah kencangnya.

Mereka berdua bermain air, sampai seragam mereka basah semua.

"Seneng?"

"Banget" kata Lian penuh semangat

Hari sudah menjelang sore, Rano dan Lian masih saja ada di pantai. Menikmati deburan ombak di bibir pantai.

"Indah ya ran?"

"Iya"

"Pengen deh, rumahnya di pinggir pantai kaya gini"

"Why?"

"Ya biar tiap hari bisa main ke pantai"
"Jangan ah"

"Lha kenapa?"

"Nanti kalo ada tsunami yang kena rumah kita duluan" kata Rano dengan polosnya, sedangkan Lian yang mendengar itu terkekeh pelan.

"Ngapain ketawa?"

"Gak papa, kamu lucu aja"

"Des?"

"Iya?"

"Makasih ya,"

"Makasih kenapa?"

"Makasih udah nganggep aku sebagai manusia yang berhak mencintai dan di cintai"

"Iya sama-sama,"

"Makasih juga kamu udah buat hati ini bangkit lagi, sebelum ketemu kamu, aku gak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta, aku tau, mencintai kamu itu resiko yang berat, tapi karna aku udah jatuh cinta sama kamu, maka aku harus menerima apapun itu resikonya"

Lian diam. Ia tidak menjawab apa yang di katakan Rano. Justru ia diam. Ia diam bukan berati tidak mendengarkan. Justru ia diam karena meresapi kata demi kata yang di keluarkan Rano. Ternyata Rano menganggapnya ada. Ia merasakan bahwa memang ada perasaan yang tumbuh menjalar di hati laki-laki yang ada di sampingnya. Bukan sekedar rasa suka, cinta dan semacamnya, tapi lebih dari itu semua, Lian tau, Rano mencintainya.

"Kamu tau gak des?"

Pertanyaan Rano membuat Lian buyar dari lamunannya.

"Apa?"

"Kamu udah buat hidup aku jadi berwarna, gak putih, gak hitam atau bahkan abu-abu lagi,"

"Kamu berlebihan deh ran"

"Gak des, aku gak berlebihan, apapun yang aku katakan tentang kamu, itu adalah dari hatiku bukan gombalan, puisi, sajak, atau semacamnya"

"Aku merasa yakin ran sekarang"

"Yakin apa?" Rano mengerutkan keningnya

"Yakin, kalo aku gak jatuh cinta sama kamu" Lian memotong perkataannya. Hati Rano langsung tersentak kaget.

"Tapi, aku jatuh hati sama kamu"
Lian melanjutkan perkataannya.

Sontak Rano yang tadinya kaget langsung mengembangkan senyumannya dan memeluk Lian erat.
"Love you"

"Love you to, more then you know" bisik Rano di telinga Lian.

Lian melepaskan pelukan Rano.

"Ran, please stay with me in here forever"

"Iya des, aku bakalan berusaha jaga itu. Tapi kalo suatu saat nanti entah untuk alasan apapun itu, aku gak bisa di samping kamu lagi, percayalah kalo kamu masih yang terbaik, dan akan selalu"

Lian diam. Kata-kata tadi sempat membuat Lian merasakan sesuatu yang mengganjal. Aneh. seperti sesuatu yang sulit di jelaskan. Tapi Lian tidak mau ambil pusing. Ia memilih menghilangkan pikiran negatif itu.

Tepat empat puluh tujuh detik sunset berlalu. Lian berharap semoga laki-laki yang ada di sampingnya saat ini tetap menemaninya, selamanya.

"Ran, seragam aku basah, gimana pulangnya?"

"Kita beli baju aja yuk di distro deket sini"

"Emang ada?"

"Ada"

Beberapa menit kemudian, Lian dan Rano sampai di distro itu. Lian membiarkan Rano memilih baju untuk mereka. Dan akhirnya Rano tertuju pada baju couple bertuliskan soul mate berwarna merah marun dan putih.

"Ini bagus deh"

"Iya, tapi kita kok jadi couple couple gini sih? Kayak anak panti aja" cerocos Lian asal

"Iya kita anak panti yang sedang jatuh cinta"

"Ishh alay dasar" Lian tekekeh pelan.

Akhirnya Rano memakai jeans selutut dengan baju bertuliskan soul dan Lian memakai jeans panjang dengan baju bertuliskan mate. Tadinya Lian sempat memilih hot pans warna hitam. Tapi Rano gak ngebolehin. Katanya aurotnya nanti keliatan. Sebelum pulang mereka berdua mampir makan dulu, di sebuah restoran kecil. Lalu mereka pulang sekitar jam 7 malam dari restauran.
***

Lian kini sudah ada di depan rumahnya, di anter Rano.

"Makasih ya,"

"Iya, sana masuk gih, di luar dingin"

"Kamu kenapa gak pulang?"

"Mastiin kamu masuk dulu, baru aku pulang"

Lian lagi-lagi hanya bisa tersenyum. Lalu ia berlalu masuk ke dalam rumahnya. Baru setelah itu Rano pulang ke rumahnya.

***

-AFTER RAIN-Where stories live. Discover now