Bagian 30[permulaan Klimaks]

3.5K 108 2
                                    

     Sengat dingin menusuk hingga tulangnya, aroma pekat obat memenuhi rongga hidungnya, dan kini...peluh membajiri wajah cemasnya.

     Gurat wajah lelahnya becampur dengan kerut cemasnya. Pria itu berlari secepat yang ia bisa, dan ketika ia sampai ditempat yang ditujunya...ia berdiri mematung.

     Tangannya begetar hebat meraih kenop pintu bercat putih itu, dan dengan perlahan ia memutarnya.

     Tampaklah sesuatu yang tak ingin ia lihat, dihadapannya kini sudah berdiri dua pria lainnya yang juga menatapnya, langkah kedua pria itu pun memundur sedikit.

     Pria yang dibanjiri peluh kesedihan itu kini berjalan mendekat, ia menatap sosok itu, menggenggam tangannya lalu menciumnya.

     "Jangan..." suaranya lirih, ia menggelengkan kepalanya berharap yang ia lihat tidaklah nyata, "jangan...kumohon jangan! Bangunlah Aluna! Bangun! Bangunlah sayang! Aku mencintaimu...aku tak mau kehilanganmu...aku pernah nyaris kehilangan ibuku, dan aku tidak mau ini terjadi kedua kalinya pada orang yang kusayang. Aluna kumohon bangun! Jangan tinggalkan aku...".

     "Demian, sudah. Hentikan! Kau tidak bisa berteriak seperti itu, ini sudah malam dan kita sedang dirumah sakit. Jangan bertindak bodoh jika kau ingin tetap bersamanya" Rhino menarik tubuh Demian agar sedikit menjauh dari ranjang Aluna, tapi Demian malah menghempaskan tangannya dengan kasar.

     "Demian...Tuhan selalu mengasihani umat-Nya yang meminta pada-Nya, jadi berharaplah..." lalu Rhino berjalan keluar ruangan dan perlahan Kevin turut menyusulnya, tapi sebelum itu...Kevin memberi seuntai penyemangat untuknya, walau ia tak yakin itu bisa berhasil.

     "Jangan pernah katakan Dia tak adil, sobat. Karena...aku yakin sekali bahwa semakin berat masalahmu semakin Dia percaya kau bisa melewatinya" lalu Kevin pun pergi. Kini hanya ada Demian dan Aluna yang terbaring lemah dengan segala perlengkapan penunjang hidup yang menggerayanginya.

Setiap bulir jatuh perlahan tanpa bisa ditahan. Malam kian larut tapi tak sedetik pun ia pergi meninggalkannya, bahkan tak sedikitpun ia mengalihkan pandangan darinya, dari gadis yang ia cintai. Aluna.

*****

    Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.50 WIB, tapi hingga kini seseorang yang ditunggunya belum menampakkan wujud sedikitpun.

     "Tak biasanya ia seperti ini. Ia tak mungkin terlambat. Pasti sesuatu sedang terjadi..." pria berkacamata itu pun bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dengan ketergesaan.

*****

    Grey mendatangi ruang kerja Demian bermaksud untuk mengatakan yang sebenarnya padanya, tapi kehadirannya malah disambut dengan keheningan ruang kantor, tak ada seorangpun di kantor itu.

     Setelah cukup lama berdiri dan mengamati ruang kerja Demian, Grey akhirnya memutuskan untuk kembali saja ke ruangannya. Tetapi...seketika pandangannya bertemu dengan mata seseorang. Mereka saling terdiam cukup lama.

     "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Grey dengan mata menyipit tajam kearahnya, namun hal itu sepertinya tidak berpengaruh padanya. Ia tak sedikitpun merasa gemetar atau takut.

     "Bukankah seharusnya saya yang bertanya, apa yang anda lakukan disini sebelum kedatangan saya?" Balas J tak kalah sengit.

     "Aku hanya melihat saja, dan... apa yang kulakukan bukanlah urusanmu" Grey tersenyum miring kearahnya.

     "Tentu saja" lalu ia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, tapi keningnya berkerut karena tidak berhasil menemukan apa yang ia cari, "di mana CEO?".

AKU, KAMU dan Pertunangan(ini) - completedWhere stories live. Discover now