Bagian 4(Pertunangan dan Perpisahan. 2)

6.9K 270 3
                                    

H-Day(2)..,

Aluna's

Kenapa? Kenapa semuanya jadi begini?. Kenapa aku selalu tak mampu berkutik jika didepannya?. Ouh... Demian kenapa kau begitu?, dan... Oh My God! Jantung gue! Kenapa jantung gue berDagDigDug-ria?!. Hahmmm... dasar Aluna! Kenapa hatimu begitu lemah jika terkena terpaan kharisma Demian. Huh.

Author's

Selama diperjalanan pulang(ngantar Aluna pulang), kedua insan yang sama-sama memiliki rasa yang sama(cinta) itu hanya saling diam membeku. Keduanya punya pikiran masing-masing yang sama namun beda. Yang pria berusaha menunjukkan perasaannya sedangkan yang wanita berusaha mengingkari perasaannya.

Setelah sampai didepan rumah Aluna, keduanya masih sama-sama diam. Hingga akhirnya Aluna duluan lah yang membuka mulut. "Hmmm, aku... turun eh maksudnya aku mau masuk rumah dulu". Ketika Aluna hendak memegang gagang pintu mobil, Demian langsung memegang tangannya dan menggenggamnya erat. Tepat pada saat itu juga kedua mata mereka saling bertubrukan.
"Astaga, jantungku! Ada apa dengan jantungku?. Dan mata Demian, kenapa matanya bisa berwarna hitam pekat begitu. Demian aku... aku... suka" desah hati Aluna yang bergejolak.
Lalu, dengan tangan kanan masih menggenggam tangan kiri Aluna, tangan kiri Demian merogoh kantong celananya. Dan didapatinya lah sebuah cincin kecil polos dengan ukiran tulisan aksen cina {♡未婚夫♡} yang sangat indah dengan taburan 3 permata berkilau.
"I... in... ini"
"Sudah pakai saja. Anggap saja sebagai ganti cincin murahan mu itu"
"Enak saja! Walau itu murahan tapi itu adalah cincin kesayanganku!. Dan takkan ada yang bisa menggantikannya. Mengerti!"
"Terserahmulah. Tapi ingat dan catat perkataanku di otak mu itu. Aku mau cincin itu kau jaga baik-baik dan harus selalu kau pakai di jarimu" perintah Demian dengan tegas.
"Ke...kenapa harus selalu dipakai?" Aluna memandang Demian dengan tatapan konyol, menyebabkan Demian geram akan hal itu namun dia menahannya.
"Apa kau pernah diajari bagaimana cara menghargai barang pemberian orang?. Jadi pakai dan jangan membantah". Aluna pun memberengutkan wajahnya lalu memakaikan cincin itu di jarinya.
"Aku pulang" ucap Aluna ketus, lalu ia keluar dari mobil dan masuk kerumahnya. Setelah memastikan Aluna masuk ke dalam rumah, Demian menjalankan mobilnya.
"Aku akan kembali" desahnya, lalu Demian menancapkan mobilnya.

Malam menjelang. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 wib. Setelah mandi, Aluna membaringkan tubuhnya di kasur miliknya.
"Aku masih belum mengerti" Aluna sambil memperhatikan cincin pemberian Demian. Menghela napas berulang kali dan terus memikirkan maksud Demian memberikan cincin itu padanya. Memikirkan hal itu terus-menerus membuat Aluna kesal dan malah menangis sendiri.
"Huahh...kenapa aku bisa menyukainya sih!" Aluna memukul-mukul bantalnya dengan rasa kesal yang tinggi. Tiba-tiba dari luar kamar, mommy Aluna memanggil."Aluna sayang! Ada yang mencarimu, keluarlah!" samil mengetok-ngetok pintu kamar Aluna. Dengan cepat Aluna menghapus sisa air mata di pipinya lalu segera keluar.
"Siapa mom?".
Mommy Aluna hanya menaikkan bahunya menandakan ketidak tahuannya. "Kamu liat aja sendiri, sayang" sambil menyubit pipi anaknya dengan gemas dan berlalu pergi.
"Ada yang aneh sama mommy nih" desah Aluna dalam hati, Aluna pun segera keluar dari rumah untuk menjumpai orang yang mencarinya itu. Tapi sesampainya ia diluar, Aluna langsung menunjukkan expresi keterkejutannya karena melihat orang yang datang mencarinya.
"Kali...kalian!?".
"Ya, ini kami. Kita tak punya waktu banyak. Ayo!" Kevin menarik tangan Aluna, Aluna hanya terbengong tapi hanya sesaat. Aluna langsung menghempaskan genggaman tangan Kevin di tangannya.
"Apa maksudmu kevin!. Hei! Aku bukan barang yang bisa dibawa-bawa" bentak Aluna.
"Dan... Apa sebenarnya maksud kalian semua datang kesini?" Aluna sambil menatap teman-taman Demian secara bergantian(Kevin, Egi, Rhino). Lalu dengan langkah perlahan kak Egi mendekati Aluna, lalu membisikkan sesuatu kepada Aluna. Dan dengan sekejab Aluna langsung menunjukkan raut wajah keterkejutannya.
"Kau sudah mengertikan? Sekarang kita tidak punya banyak waktu lagi. Ayo!" dan dengan sigap mereka memasuki mobil. Aluna ikut mobil kak Egi sedangkan kak Rhino menaiki mobil Kevin.
Selama diperjalanan ke bandara Aluna tak henti-hentinya  menangis. Dikepala Aluna terus terngiang-ngiang bisikkan kak Egi padanya.
*bisikkan kak Egi*
"Aluna, Demian akan pergi ke luar negeri. Cincin yang dia berikan padamu itu untuk mengikatmu. Karena selama ini dia mencintaimu, kami datang untuk mempertemukan mu dengannya sebelum kepergiannya"
*end*
"Kau tak perlu menangis, itu percuma" tutur kak Egi yang tengah serius mengendarai mobil dengan kecepatan penuh.
"Tapi...tapi...kenapa dia melakukan itu kak?" Aluna berbicara tersendat-sendat dikarenakan menangis.
"Yang aku tau pasti, kalau dia mencintaimu. Tapi jika kau tanya apa yang menyebabkan dia selalu memerintahmu..., aku tak punya hak untuk mengatakannya". Aluna kembali meneteskan air mata dari sudut mata indahnya. Aluna benar-benar bingung akan perasaannya yang sebenarnya, haruskah dia sedih atau senang? Aluna tak tahu. Yang Aluna rasakan saat ini hanya ada satu, yaitu 'pedih'. Ketika mendengar berita kepergian Demian, hati Aluna terasa langsung pedih seperti luka yang ditumpahi alkohol. Namun saat ini...yang ada dipikiran Aluna hanyalah...bisa menyampaikan perasaannya sebelum kepergiaan Demian.

Setelah menempuh 10 menit perjalanan ke bandara, akhirnya mereka pun sampai di bandara. Dan Aluna pun langsung memburu keluar dari mobil.
"Hei! Aluna tunggu!" teriak Kevin sambil menahan tangan kanan Aluna.
"Tenang lah! Kau harus tenang. Kau takkan menemukannya jika kau terburu-buru" ucap Kevin dengan tegas tanpa ada sedikitpun nada bercanda seperti biasanya.
"Iya Aluna, kita harus tenang" kak Rheno menimpali.
"Sekarang kita berpencar saja untuk mencarinya. Kevin kau temani Aluna, dan aku dengan Rheno". Setelah diperintah kak Egi, semuannya pun langsung berpisah. Aluna dan Kevin pergi ketempat antrian penumpang. Sepasang mata mereka dengan jeli menatap seluruh penjuru tempat.
Sambil sesenggukkan, Aluna berkata "bagaimana ini? Kita belum juga menemukannya".
"Pesawat ke Australia belum berangkat, jadi dia pasti masih disini. Dan kau jangan menangis, karena itu akan membuatku semakin bingung" mata Kevin masih serius menjelajahi seluruh tempat.
Aluna terduduk di kursi tunggu sambil memegangi kepalanya yang terasa amat pusing.
"Lebih baik kau tunggu saja disini, biar aku yang mencari si brengsek itu" dan Kevin pun berlari menjauhi Aluna yang masih terdiam.
"Apa? Apa yang harus aku lakukan?. Aku sudah membohongi perasaanku sendiri...dan bahkan aku tak sadar kalau..." air mata Aluna berderai dari sudut matanya.
"Kalau.. Demian menyukaiku" Aluna mengeluarkan suara tangisannya sekuat-kuatnya. Karena sangkin kuatnya suara Aluna yang terus-terusan memanggil nama Demian, Aluna sampai tak sadar kalau orang yang duduk dibelakangnya merasa terganggu. Dan dengan langkah perlahan orang itu berjalan mendekati Aluna, lalu berdiri tegak didepan Aluna.
"Suaramu berisik" kata orang itu dengan singkat. Tanpa melihat ke arah lawan bicaranya, Aluna menjawab. "maaf tuan, tapi saat ini saya sedang kehilangan orang yang saya sayangi" Sambil menghapus sisa air mata yang ada dipipinya.
"Kau menyayanginya?" tanya orang itu penuh penasaran.
"Tentu. Aku membohongi perasaanku sendiri selama ini". Orang itu masih tegak berdiri tanpa tergoyahkan sedikit pun. Hingga sampai Aluna menyadari sesuatu hal yang janggal tentang orang itu.
"Tunggu. Harum tubuh ini... Ini kan harum tubuh Demian!" sadar Aluna dalam hati. Aluna langsung refleks berdiri, dan betapa terkejutnya dia melihat siapa orang yang mengajaknya bicara sedari tadi. Mata Aluna membulat 2x lipat dari biasanya.
"Demian..."desah Aluna pelan, namun Demian mendengarnya karena jarak mereka yang dekat.
Untuk sesaat mereka sama-sama terdiam hingga Demian menggapai tubuh Aluna dan memeluknya erat, Aluna pun membalas pelukan Demian sama eratnya. Dan Aluna menumpahkan segala kekhawatirannya di pundak Demian dengan menangis.
"Ma...maaf" ungkap Aluna sambil berderai air mata.
"Aku lah yang minta maaf. Aku terlalu menyakitimu selama ini".
Lalu Demian melepas pelukannya, Demian menatap lama Aluna yang menundukkan kepalanya.
"Maukah kau menjadi tunanganku?" tanya Demian akhirnya dan langsung disambut dengan tatapan sendu dari mata Aluna.
"Aku mencintaimu Aluna". Dan saat itu juga Aluna spechless, terdiam, dan menundukkan kepalanya.
"Tapi kenapa kau pergi? Kalau kau mencintaiku kenapa kau harus meninggalkanku" air mata Aluna hampir menetes kembali.
Demian tersenyum manis, lalu berkata, "kau akan tau suatu saat nanti. Biarlah itu menjadi rahasia sampai pada akhirnya aku kembali lagi. Karena dengan rahasia itulah kau akan selalu mengingatku".
"Jangan menagis karena ini hanya sementara. Bersabarlah, hingga pada waktunya aku kembali". Aluna pun tersenyum getir, walaupun hatinya teramat perih.
Aluna mengumpulkan napasnya sejenak dan juga keberaniaannya, lalu berkata, "aku. Juga. Cinta. Kamu". Demian menatap Aluna sambil tersenyum, lalu mencium lembut kening Aluna. Dan Aluna pun menerima perlakuan romantis itu.
"Maukah kau menjadi tunanganku?, dan berjanji menungguku kembali?" ungkap Demian lembut. Alunapun mengangguk sebagai jawabannya. Sesaat perasaan keduanya telah tersampaikan, mereka berduapun berpelukkan(tpi gak kyak teletabies). Lalu, setelah pelukkan itu terlepas, mereka berdua saling menatap satu sama lain. Hingga, dengan perlahan Demian mengecup lembut bibir Aluna. Namun itu hanya sementara.
"Itu sebagai tanda, kalau kau sudah menjadi milikku" Demian melangkah mundur menjauhi Aluna.
"Aku akan kembali, bersabarlah" Demian mengambil tasnya lalu berlari memasuki tempat masuk pesawat, meninggalkan Aluna. Aluna hanya dapat terdiam melihat hal itu. Dan tak lama kemudian Egi, Kevin, dan Rheno datang menghampirinya dan mengajaknya pulang.

Didalam kamarnya, Aluna terus menderukan tangisannya. Hingga maminya juga kebingungan akan hal itu.
"Udah sayang. Demian pasti kembali. Kamu gak usah nangis lagi". Namun Aluna masih saja menangis.
"Sayang, kalau kamu mencintainya kamu harus percaya dan yakin. Oke. Udah gak usah nangis lagi" sang momi mengelus lembut rambut Aluna, menenangkan sang anak kesayangan.

Hingga suatu saat nanti...hanya ada. Aku, Kamu dan Pertunangan(ini).


****

Maaf... Sebesar-besarnya. Author kecil mohon maaaf...! ;'(
Ini cerita author bakal lanjutin lagi. Mohon di baca ya....
Luv u. See u

AKU, KAMU dan Pertunangan(ini) - completedजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें