Chapter 22 [END]

7.3K 459 41
                                    

Tiga tahun kemudian

"Iya Donghyukkie, aku sudah hampir sampai. Mau bagaimana lagi ada pekerjaan tambahan sedikit di kantor tadi. Iya aku juga tahu sekarang sudah jam tujuh. Kau tak usah cerewet, kau jaga saja Junha dengan baik, aku akan segera kesana!"

Pip!

Secara sepihak namja manis bersurai hitam itu mematikan sambungan teleponnya, tak menunggu penelepon di seberang sana selesai dengan kalimat cerewetnya.

Bersama nafas yang Jinhwan hembuskan halus, ia hanya menggeleng lalu menghempaskan tubuhnya lagi pada jok empuk taksi yang ia tumpangi, membuat punggungnya yang terasa pegal karena seharian hanya duduk bekerja di balik meja komputer -merancang secara virtual beberapa gedung hotel yang akan segera di bangun oleh perusahaan konstruksi tempat ia bekerja- seharian, dan bahkan, saat jam kerjanya berakhir, ia masih di beri sedikit pekerjaan tambahan secara mendadak, melelahkan sekali.

Sepasang manik lelahnya ia edarkan keluar jendela mobil. Taksi yang membawanya semakin dekat dengan tempat yang ia tuju, ke sebuah gedung besar yang biasanya mengadakan acara acara megah. Di balik kaca hitam taksi, sebuah senyum mengembang di bibir Jinhwan saat melihat pemandangan di sekitar gedung.

Belum lagi dirinya benar-benar sampai di halaman luas area gedung, ia sudah bisa melihat banyak gadis-gadis remaja berjejer memadati halaman gedung, kadang terlihat satu atau dua orang namja terselip di tengah beberapa kerubunan gadis-gadis itu. Hampir setiap orang dari mereka serempak memakai sesuatu di kepalanya, sebuah hairband menyala yang bertuliskan huruf hangul nama seseorang, nama yang sangat ia kenal, dan karena membaca nama itu juga senyuman tipis di bibir itu semakin lebar.

Deru mesin mobil memelan, tanda kendaraan yang membawanya itu sudah berhenti. Segera namja manis itu memakai hoodienya, memastikan topi hoodienya bisa menutupi separuh wajahnya untuk kemudian Jinhwan turun dari sana setelah sebelumnya memberikan beberapa lembar uang won pada sang supir dan membiarkan taksi perlahan pergi.

Jinhwan berdiri diam sejenak di tempatnya, menatap gedung megah di depannya dengan senyum yang masih setiap menghiasi bibirnya, tepatnya pada sebuah monitor besar yang terpampang di atas depan gedung, menampakkan acara yang malam itu akan digelar di gedung super luas itu.

GOO JUNHOE FIRST WORLD TOUR CONCERT LIVE

Tulisan itu bergerak dengan background animasi yang berkelap-kelip mewah berupa foto seorang namja tampan yang sangat ia kenal, namja yang hampir setiap hari ia temui, sang suami, seorang Goo Junhoe.

Ini sudah tiga tahun berlalu sejak ia melahirkan putra pertama mereka, tiga tahun yang indah, tiga tahun yang sangat luar biasa yang Jinhwan miliki selama hidupnya.

Selama itu pula, sudah banyak hal yang terjadi, dari sesuatu yang manis seperti saat mereka menemani putra mereka yang perlahan tumbuh, melihat bagaimana Junha pertama kali bisa mengangkat kepalanya saat berumur 3 bulan, saat namja kecil mereka pertama kali menyebut Ibu dan Ayah di umur 10 bulan. Atau, saat di umur Junha setahun genap, namja jagoan mereka itu bisa berjalan untuk yang pertama kalinya, meski saat itu tubuh mungilnya sering tak seimbang dan membuatnya terduduk tiba-tiba. Namun Junha kecil mereka terlihat sangat kuat, ia tak menangis dan kembali berdiri untuk berjalan lagi.

Masih Jinhwan ingat dengan jelas bagaimana bahagianya wajah Junhoe kala itu. Namja tampan itu tak berhenti berteriak girang dan mengatakan dia adalah ayah paling bahagia yang pernah ada.

Akan tetapi, tiga tahun, tak mungkin hanya hal manis yang terjadi, ada kalanya saat di mana Jinhwan dan Junhoe yang bertengkar hanya karena hal kecil, Junhoe pernah marah besar saat Jinhwan pertama kali mengatakan pada Junhoe kalau ia ingin kembali bekerja, begitu juga dengan Jinhwan yang sering merajuk seperti anak kecil bahkan melebihi Junha saat Junhoe pulang terlambat dari latihan atau dari sebuah acara televisi.

Unexpected Love | JunHwan [END]Where stories live. Discover now