Chapter 18

5.9K 425 35
                                    

Hari kemarin berganti lagi dengan hari baru. Kota Seoul kembali penuh dengan orang-orang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, memburu waktu untuk ke tempat pekerjaan mereka atau sekedar pergi ke tempat perbelanjaan dan sebagainya.

Suara lalu lalang kendaraan di jalan raya menambah warna pagi itu. Lengkingan klakson, atau mesin mobil yang berderu silih berganti, sayup suara-suara itu terdengar hingga ke sebuah kamar di salah satu apartement yang berdiri tepat di samping jalan raya.

Kamar yang masih gelap, karena sinar matahari pagi tak mampu menembus jendela kamar yang tertutup oleh gorden itu, hanya lampu tidur yang menjadi penerang untuk dua orang yang masih setia bergumul dengan selimut yang mereka bagi bersama itu, Junhoe dan Jinhwan masih tertidur dengan pulas seakan tak terganggu dengan suara apapun dari luar.

Barulah, saat sebuah benda kecil di atas meja nakas di samping tempat tidur dua namja itu berteriak nyaring, Junhoe yang tengah asik memeluk Jinhwan dari belakang itu merasa terganggu, sigap, dengan mata yang masih tertutup, namja tampan bersurai hitam itu melayangkan tangannya yang panjang untuk menggapai meja nakasnya dan mengambil benda berisik yang bernama jam waker itu, mematikannya untuk kemudian membawanya ke depan wajahnya.

Namja tampan itu membuka satu matanya, menilik sedikit untuk mengetahui di angka manakah jarum jam berdetak, dan satu sudut bibirnya tertarik keatas saat mengetahui hari belum terlalu siang. Junhoe kembali meletakkan jam kecilnya ke tempatnya semula, sambil ia sendiri juga kembali membenamkan kepalanya di bantalnya yang empuk untuk kemudian kembali melayangkan tangannya memeluk namja yang masih tertidur pulas di sampingnya.

Jinhwan sepertinya tak terganggu sama sekali dengan bunyi jam itu, Junhoe mengerti, mungkin namja manis itu terlalu mengantuk dan kelelahan, semalam mereka harus tidur larut malam karena Jinhwan kesulitan untuk tidur, namja manis itu kini sudah mencapai kehamilan 9 bulan, otomatis perut Jinhwan kini sudah sangat besar, membuat namja manis itu kesulitan mencari posisi nyaman untuk tidurnya, ia tak bisa telentang lagi karena itu akan membuatnya sesak dan keberatan di area perutnya, ia juga sering terbangun hanya karena berubah posisi atau karena merasa bayi mereka bergerak dengan keras.

Jinhwan tak mengeluh sebenarnya, ia hanya diam, namun Junhoe yang berada di sampingnya tak akan tenang melihat itu, melihat bagaimana istrinya tak bisa tidur dengan nyaman dan selalu bergerak berpindah-pindah posisi tidur, membuatnya juga tak akan tega meninggalkan Jinhwan tidur begitu saja, meski Jinhwan menyuruhnya untuk tidur cepat, karena namja manis itu tau Junhoe sudah cukup kelelahan dengan pekerjaannya, namun Junhoe tetap menolak dengan alasan ia juga tak akan bisa tidur tenang jika tak memastikan Jinhwan baik baik saja.

Hingga akhirnya, cara terakhir yang mereka dapatkan untuk membuat Jinhwan nyaman adalah dengan membiarkan Jinhwan tidur menghadap samping semalaman, dengan ia menumpukan perutnya diatas bantal agar perut besarnya itu tak terlalu jatuh.

Tangan Junhoe yang memeluk Jinhwan dari belakang tak berdiam diri, ia menarikan tangannya di area perut namja manis itu, mengelus-elus lembut perut besar itu penuh kasih sayang, maniknya kembali tertutup seiring ia menempelkan wajahnya pada bagian belakang kepala Jinhwan, merasakan lembut dan wangi helaian surai coklat itu.

Namja tampan itu sangat menikmati saat-saat seperti ini, saat Jinhwan ada bersamanya, saat seluruh indra perasa di tubuhnya terhanyut oleh kehangatan namja cantiknya, tubuh mereka yang saling menempel, seakan seluruh hangat tubuh Jinhwan berpindah padanya, wangi sweet orange dan shampoo namja manis itu yang menjadi satu-satunya aroma penenang yang masuk ke hidung Junhoe, Junhoe sangat menyukai itu, ia menyukai memeluk tubuh besar itu, jika bisa ia ingin seharian seperti ini saja, hanya memeluk Jinhwan tanpa perlu melakukan apapun.

Setelah beberapa saat hanya mengandalkan indra perasanya, Junhoe membuka matanya, melongokan wajahnya dan numpukan kepalanya pada satu tangannya, hanya agar ia bisa menatap wajah damai namja manis di depannya itu saat tidur.

Unexpected Love | JunHwan [END]Where stories live. Discover now