- 13 -

30 4 0
                                    

"Ngapain lo disini?"Aga berbicara dengan nada membentak.

"Kita perlu bicara sekarang," Dhana menjelaskan maksud dan tujuannya mencegah Aga masuk kedalam mobil.

"Gue gak bisa," Aga bersikap acuh dan berusaha melepaskan tangan Dhana dari lengannya.

"Kenapa? Apa hubungan kita gak ada artinya lagi buat kamu?" Dhana mulai terlihat menyerah.

"Kalo iya kenapa?" Aga masih bersikap cuek.

Aga langsung masuk kedalam mobil dan menyuruh Pak Surya untuk segera meninggalkan sekolah. Terbesit rasa bersalah dihati Aga saat ini. Hati dan pikirannya tak sejalan. Ia ingin sekali tetap bersama dengan Dhana. Hati nuraninya masih menginginkan Dhana tetap menjadi miliknya, tapi logikanya terlalu naif untuk selalu memaafkan kesalahan Dhana.

Dhana masih berdiri ditempatnya. Memandang mobil sedan yang perlahan mulai lenyap dari pandangannya. Bingung dan tak tau. Dhana benar benar tak mengerti penyebab kemarahan Aga. Memang, ia sadar. Ia terlalu dekat dengan Mega, tapi apa itu dapat dijadikan alasan Aga untuk menjauh.

Sesampai dirumah, Cindy sudah duduk di sofa ruang tamu. Dari tempat itu, Aga bisa melihat Dina, ibunda Bagas sedang asyik bercerita dengan Cindy. Entah apa yang dibicarakan mereka, Aga sama sekali tak tertarik.

"Aga, sini nak," Mama Cindy memanggil Aga sambil melambaikan tangannya.

Aga yang baru saja menaiki tangga pertama langsung menghampiri wanita yang telah melahirkannya itu.

"Iya ma,"

"Ga, masih inget Bu Dina kan?"

"Iya, kenapa ma?"

"Ini, tadi Bu Dina cerita, kalo dia baru tau kamu pacaran sama Bagas,"

"Terus?"

"Jangan gitu nak, Bu Dina sangat mendukung kalian,"

"Makasih tante,"

Pandangan Aga seketika itu juga beralih ke Bu Dina. Melemparkan senyuman yang dipaksakan kepada Bu Dina.

"Sama-sama nak, kapan-kapan main kerumah, kamu belajar bareng sama Bagas, dengan senang hati tante nerima,"

"Iyaa tante, makasih,"

Setelah percakapan singkat itu, Aga segera menuju basecampnya. Mood Aga benar benar hancur. Aga memilih duduk di balkon kamar, tatapannya kosong dan khayalnya menjadi liar. Ketika asyik dengan lamunannya, lagu real love, berbunyi sangat nyaring. Tanpa melihat siapa pemanggil, Aga menekan simbol hijau di layar ponselnya.

"Halo?"

Tak ada jawaban dari sang pemanggil.

"Halo??"

Masih tak ada jawaban. Aga memutuskan melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Aga's ❤ is called

Nama itu menandakan bahwa diujung sana, Dhana sedang memanggilnya. Melihat nama itu, Aga langsung mematikan sambungan sepihak.

Sesaat setelah itu. Ponselnya terus berdering. Aga sudah tak berniat mengangkatnya. Ia memutuskan mematikan ponselnya dan membantingnya ke atas kasur.

Aga memejamkan mata di kursi yang ada di balkon. Ia membiarkan semuanya lepas dari pikirannya. Saat ini ia terlalu nyaman dengan kondisi pikiran yang kosong.

"Agaaaa! Cepet turun, nak!" suara yang selalu Aga dengar dipagi hari kembali berdengung di telinga Aga.

Aga yang masih asyik dengan dirinya terpaksa turun dengan seragam yang sama sekali belum rapi.

Expired LoveWhere stories live. Discover now