- 10 -

53 9 9
                                    

"Balikin sepatu gue," tagih Aga setelah berhasil menangkap basah keberadaan Rey.

"Sepatu apaan?" tanya Rey sok polos.

"Sepatu gue lah, yang lo ambil tadi, lo gak kasian apa ma gue?" Aga bertanya kembali dengan nada sewot.

"Mampus! Sepatu lo tadi gue jatuhin dideket tempat sampah UKS," Jawab Rey sambil menepok jidatnya dengan ekspresi kaget.

"Aah bazeng banget lo, dah ninggalin sepatu gue sebatang kara, jatohin gue gitu aja, gitu yang namanya temen?" Aga ngambek.

"Maap maap. Gue ambilin deh nanti," Rey menjawab dengan santai.

"Nanti? Tijalo sekarang," Aga masih ngamuk ngamuk gak jelas.

"Tijalo? What the meaning of tijalo?" Rey menampakan ekspresi bingung.

"Mati aja lo," Aga menjawab dengan sangat sewot.

"Ntar aku mati, ayang Aga kangen tiap hayi," Rey menggoda Aga.

"Najisun sumpah. Heh, kodok amazon, ambil sepatu gue sekarang atau ni garpu gue tusukin ke perut lo?" Aga mengancam sambil mengangkat garpu di mangkok bakso yang dipesan Rey.

"Iya nenek lampir, gue ambilin sepatu kacanya," Rey mencolek dagu Aga dan pergi meninggalkan Aga, sendiri dikantin.

"Laknat lo!" Aga berteriak mengagetkan seisi kantin.

Dalam perjalanan ke UKS, Rey menyambinya dengan menggoda gadis gadis sekolahnya. Tak satupun dari gadis gadis itu menanggapinya. Anak kelas A sih, tapi kelakuan udah lebih dari playboy kacang ijo. Rey masih tertawa tawa, melihat reaksi gadis gadis yang digodanya. Karena tidak fokus, Rey menabrak seseorang.

"He, lo bisa gak sih gak nabrak gue terus?" Suara cempreng itu lagi.

"Eh?, lo kali yang naksir gue,sampe ngikutin gue kemana mana," Rey nyolot.

"Gue? Naksir lo? Ya kaliik, masa anak famous kek gue naksir laler ijo kek elo?" Dhila nambah sewot.

"Laler ijo mana ada yang ganteng?, ada juga elo tuh yang kaya belatung nangka, sok kecakepan banget," Rey tak mau kalah.

"Dah ah, gue gak mau nge-ladenin orang gak jelas kek lo," Dhila bertingkah cuek.

"Lo kali yang gak jelas, lagian yang cari masalah ma gue itu elo pake bilang Udah ah segala," Rey berlalu setelah berkata dan menekan pada kata udah ah.

Sepatu Aga sudah tidak ada ditempatnya. Rey bingung harus bilang apa ke Aga. Sepatu kesayangan Aga hilang. Rey terus mencarinya. Tiba tiba Aga datang.

"Mana sepatu gue?"  Aga berpura pura seolah olah sepatunya belum kembali.

"Mmm, ma, ma, ma ap Ga," Rey menjawab dengan ketakutan.

"Lo mah gitu ah, males gue temen an sama lo," Aga menampakan ekspresi kecewanya.

"Ya ntar gue ganti dah," Rey memelas.

"Lo kira segampang itu?, kenangannya sama asalnya gak segampang yang lo kira. Lo tau kan ini dari Dhana?" Aga bertingkah layaknya orang marah.

"Ya enggak sih Ga, gue tau itu emang dari Dhana tapi kan mungkin udah takdir ilang," Rey makin memelas dan memasang wajah penuh dosa.

"Takdir ilang, gundulmu," Aga menoyor kepala Rey.

"Iya sapa yang tau Ga," Rey masih mempertahankan pendapatnya.

"Sini deh, liat kedua kaki gue," Aga berusaha merangkul badan Rey yang lebih tinggi sejengkal.

"Noh, udah ada kan?" Rey bertanya.

"Heeh," Aga mengiyakan.

***

Expired LoveWhere stories live. Discover now