- 07 -

79 11 10
                                    

Terlalu pagi untuk Aga bangun di hari libur. Akhir akhir ini, pikiran Aga mulai sedikit tenang. Aga kembali fokus dengan yang sedang terjadi saja. Tak peduli apa yang dilakukan Bagas dan Dhana, Aga hanya ingin tenang dan melupakan semuanya. Memang, rasa penasaran itu masih ada, tapi Aga lelah terus mencari tau hal yang tak kunjung memberi kepastian. Pada waktu sepagi ini, Aga terpaksa bangun. Mama Cindy, sedang tak punya hati. Ia memaksa Aga bangun untuk mencari oksigen sebanyak-banyaknya. Aga telah berganti baju. Aga memasang earphone yang tersambung dengan ponselnya.

Aga berlari keluar rumah. Ia menyusuri jalan yang masih lenggang dan menuju taman kota. Betapa sialnya Aga, ia lagi lagi bertemu dengan Bagas. Mereka bagai sudah ditakdirkan untuk selalu bertemu. Aga terus berlari tak lagi menghiraukan Bagas. Ketika asik dengan dirinya, tiba tiba Aga nyaris terjatuh. Bagas dengan respon cepat menolong Aga agar tak terjatuh ke paving yang lumayan keras. Sebuah batu telah mengusik keasikan Aga. Merasa canggung, Bagas melepaskan tangan Aga dan membiarkan Aga, merutuki kesialannya. Bagas berlalu begitu saja, dan seolah olah tak mengenal Aga.

Sesampainya dirumah, Aga melihat sesuatu yang selama ini dinantinya. Lelaki kesayangannya kembali. Arya Cahyadi kembali. Ayah kesayangan Aga. Senang yang tak terkira, Aga spontan memeluk lelaki hebatnya itu. Hari itu Aga bercerita banyak pada Ayahnya. Bercerita tentang Dhana. Sekaligus melepas semua kerinduan yang ditutupinya. Puas berbagi dengan ayahnya, sang ayah meminta Aga membawa Dhana. Ayah Arya ingin tau sosok lelaki istimewa setelah dirinya itu.

"Ga, ntar malem Dhana ajak sini, kita dinner bareng," perintah Ayah.

"Gampang itu mah," jawab Aga dan langsung meninggalkan Ayahnya.

Aga menuju basecampnya, ponsel Aga bergetar. Ketika dilihat, ternyata ada notif dari Bagas. Aga penasaran dan lekas membacanya.

From : Bagas

Ga, gua ntar malem ke rumah lo, nyokap nyuruh gue kasih sesuatu ke lo,

Aga mengabaikan pesan dari Bagas. Tak peduli yang dikatakan Bagas, datang tinggal datang. Aga mencari kontaknya Dhana. Setalah menemukan, Aga menekan tombal call.

"Nomer yang anda tuju tidak mengangkat, silahkan coba beberapa waktu lagi, atau tinggalkan pesan,"

Suara mbaknya beda, isi kalimatnya juga beda. Aga bingung. Namun, siapa pula yang peduli akan hal itu. Aga mengirim pesan pada Dhana.

To : Dhana

Yank, ntar malem ke rumah ya, Ayah mau ketemu,

Pesan terkirim, Aga menunggu jawaban. Ketika maghrib menjelang, Mama Cindy pamit karena temannya mengadakan acara dadakan. Alhasil, hanya ada Mbak Tata, Aga, Ayah Arya, dan Pak Surya dirumah itu. Hingga saat ini pesan dari Dhana tak kunjung mendapat balasan. Jangankan dibalas, dibaca saja belum. Aga khawatir, ia juga belum berani menyampaikan pada Ayahnya. Ketika Aga keluar dari kamar dan berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum, tiba tiba ayah bertanya.

"Aga, Dhana kamu suruh datang jam berapa?"

"Bentar lagi,"

"Oh ya udah,"

Masih belum ada jawaban dari Dhana. Selang beberapa menit. Akhirnya pintu besar itu ada yang mengetuk. Aga masih sibuk di kamarnya. Belum sempat Aga turun membuka, ada suara dua orang mengobrol. Iya, suara obrolan Ayah dan Dhana. Aga bersyukur akhirnya Dhana datang. Aga keluar, dan turun menuju ruang tamu. Melihat yang ada diruang tamu, Aga tak bisa berkata apa apa. Nyaris pingsan rasanya. Aga memaksa dirinya untuk turun dan mengatur nafasnya. Raut wajahnya, masih diusahakan untuk terlihat biasa.

"Pacar kamu ganteng, baik, sopan, supel, Ayah setuju dan sependapat sama kamu," kata Ayah pada Aga yang membuat Aga menelan ludah.

"Tapi yah, " Aga ingin menjelaskan pada Ayahnya namun dipotong lagi.

"Kamu cerita namanya Dhana, kok ayah tanya, dia namanya Bagas?, kamu malu ya kalau ayah tau yang sebenernya?" tanya Ayah membuat Aga tak mampu lagi menjelaskan.

"Aga, ini dari Ibu. Katanya kamu suka banget sama isinya," Bagas menyela pembicaraan Ayah dan anak itu, dan memberikan handbag yang dibawanya pada Aga.

"Duh, nak Bagas repot repot. Aga kamu bantu mbak Tata aja sana, Ayah mau lanjutin ngobrol sama Bagas dulu," perintah Ayah pada Aga yang membawa handbag dari Bagas.

Ketika di dapur, Aga gelisah. Aga berharap Bagas bisa mengikuti sandiwara ini. Semoga Ayah tak tau yang sebenarnya. Perasaan Aga tak tentu. Iya jelas. Ketika yang dinanti Dhana yang datang Bagas. Ayahnya hanya tau bahwa Bagas adalah pacarnya. Disisi lain, Aga juga merasa khawatir sekaligus sebal dengan tingkah Dhana yang tak membalas pesannya. Aga ingin menangis, tapi itu tak mungkin.

Dhana tak membawa ponselnya. Hari ini hari Dhana menjawab tantangan dari Joni. Ini bukan pertama atau kedua kalinya Dhana balapan dengan Joni. Malam ini Dhana datang ke tempat dimana ia janjian dengan Joni. Di tempat itu, semua siap menyaksikan. Baik Dhana maupun Joni mereka menge-gas sepeda motornya dengan keras, karena gearnya belum dimasukkan. Bahasa terkenalnya tu 'Gleyer'. Seorang wanita seusia mereka masuk ketengah area membawa bendera.

"One, two, three, go!" teriakan wanita yang membawa bemdera itu sambik mengayunkan benderanya.

Motor Joni jauh memimpin. Dhana berusaha mengejar. Jarak antara mereka lumayan jauh. Dhan sibuk memaksimalkan gas motornya. Mengetahui bahwa Dhana masih jauh dibelakang, Joni memutuskan untuk istirahat dibawah pohon. Pada saat itulah pohon bersuara, memaksa Joni untuk tertidur. Joni pun tertidur, dan akhirnya Dhana membalap. Mendekati garis finish, Joni terbangun dan segera melajujan motornya. Diakhir pertandingan, Dhana yang menjadi juara. (Dikira ini upin-ipin kali ya :v, selingan doank biar gak bosen)

Jooni masih jauh didepan, hingga tak mungkin bagi Dhana mengejar. Merasa jauh didepan, Joni membuka ponselnya yang berdering. Sebuah pesan dari Mega, perempuan yang diimpikan Joni yang merupakan musuh dari Aga.

From :  Mega ❤

Kalau lo beneran sayang dan suka sama gue, lo ngalah dari Dhana demi gue.

Joni bingung. Gak mungkin dia mengalah begitu saja dari Dhana. Secara, balapan balapan sebelumnya selalu Dhana yang juara. Jika ia mengalah, ia akan dinilai pecundang dan jika tidak ia akan kehilangan impiannya. Dilema. Joni sangat dilema.

Pikiran Aga masih pada Dhana. Dimana Dhana, sedang apa Dhana, Apa yang terjadi dengan Dhana, dan seribu kegelisahan tentang Dhana. Malam itu, Ayah terlalu asik dengan Bagas. Bagas yang berbeda dari biasanya. Namun itu tak Aaga hiraukan, karena pikirannya kin hanya tentang Dhana. Setengah sembilan akhirnya Bagas pulang, Aga sedikit tenang karena ia tak semakin berbohong pada Ayahnya. Mama Cindy belum juga kembali. Entah acara apa yang dihadirinya. Aga pusing, hingga saat ini pesannya belum juga dibalas. Seribu prasangka makin menguat dibatin Aga.


Ahaay, part gajenya kelar. Makasih udah mau baca cerita yang absurd dan typo dimana mana.

Hope you like it.
Maaf kalo authornya late update, ada rasa malas sedikit soalnya.
Lagian bingung mau gimana, do'ain ya semoga cepet update.
Authornya juga sibuk. Sibuk nungguin doinya B-)

Makasih yang udah relain waktu buat coment dan vote.

Expired LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin