- 02 -

106 22 5
                                    

Di salah satu sudut cafe tersebut ada satu hati yang merasa terbakar. Hati yang seharusnya biasa saja melihat kemesraan Aga dan Dhana. Entah mengapa bisa ada hati yang terbakar begitu saja.

"Kayanya yang disudut itu, gue kenal deh," ucap Aga sambil mengingat ngingat siapa yang duduk di sudut cafe.

"Emang ada siapa?" tanya Dhana sambil melihat ke belakang.

Merasa diperhatikan, lelaki yang disudut itu menunduk dan menaikkan tudung yang ada pada jaketnya. Aga sudah mengenali siapa lelaki itu. Dia adalah Bagas, entah apa yang membuat Bagas selalu berada disekitarnya. Aga kembali fokus pada pembicaraannya pada Dhana. Sampai saat ini Aga masih percaya pada Dhan, tapi tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aga sayang, aku nanya boleh?" Tanya Dhana tiba tiba.

"Apa?" Jawab Aga enteng.

"Semisal nih, orang yang paling kamu sayang dia nge bohong in kamu, kamu bakal maafin gak?" Pertanyaan Dhana membuat suasana menjadi lebih serius.

"Seseorang yang berbohong itu pasti karena ada sebuah alasan. Aku harus liat alasan dia apa, pokoknya sikapin sedewasa mungkin lah," Jelas Aga pasti.

"Kalau sekalipun orang itu aku?" Dhana memastikan jawaban Aga.

"Ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue?" Aga balik bertanya.

"Enggak kok, semisal aja" jawab Dhana gugup.

"Ya udah gak perlu dijawab, kan aku percaya kamu gak bakal berbohong," ucap Aga ditambah dengan senyum manis.

Perasaan bersalah seketika itu juga mendekam di hati Dhana. Ia tau yang ia lakukan salah, karena tak berterus terang.

Pukul sepuluh, Aga sampai di rumah. Mama Cindy yang notabene adalah ibunda Aga merasa bahagia. Aga kembali dengan kondisi baik baik saja. Meskipun Mama Cindy percaya 100% kepada Dhana namun naluri seorang ibu tetap ada dalam dirinya. Setelah mengantar Aga, Dhana salim kepada Mama Cindy dan langsung mengendarai motornya pergi.

-SKIP-

"Bagas, lo kemaren ngikutin gue ya?" tanya Aga ketika bertemu Bagas di sekolah.

"Gak" jawab Bagas singkat.

"Serius? Gue kemaren liat lo di cafe" Aga memastikan

"Salah liat" Bagas masih dengan pendiriannya.

"Ya kali ya, gue salah liat" Aga pasrah meski dalam hatinya ia sangat yakin bahwa Bagas ada di cafe itu semalam.

Bagas tak menghiraukan perkataan terakhir Aga. Kini yang Bagas rasa adalah bingung. Bagas ingin sekali jujur kepada Aga ntang dirinya, tapi keberaniannya tenggelam begitu saja ketika mengingat bahwa Aga milik Dhana. Bagas tak tau apa yang harus dilakukan. Selama ia mampu menahan maka akan ia lakukan. Perasaan Bagas makin tak karuan setiap melihat Aga. Bukan perasaan yang biasa. Ini adalah sebuah perasaan yang tak terdefinisikan.

"Gak kaya biasanya lo diem gini," celetuk Rey membuyarkan ingatan yang sedang dibangun kembali oleh Aga.

"Gapapa, lagi coba inget pas SMP aja," jawab Aga.

"Pas lo di bully sama Saka?" tanya Rey.

"Iya, gue kangen sama Saka," ucap Aga spontan.

"Cinta lo ke dia udah lama mati, kenapa lo inget inget lagi ?, lo lupa sama perjuangan lo buat dapetin Dhana?" Rey menyudutkan Aga.

"Bukannya gue mau inget lagi, tapi gue kangen. Gue gak bisa harepin dia lagi, gue tau gue dulu salah jatuh cinta sama cowok kaya Saka, gue sekarang ngerasa jadi cewek paling beruntung dapetin cowok kaya Dhana, so yaudah lah biar ini mengalir dengan sendirinya," Jelas Aga.

Expired LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora