"iya deh iya apa kata lo deh, ngalah gue"

"Katrin kemana an?" Lian mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas

"ilang di culik tarzan tadi pagi" ceplos Anya asal.

tiba-tiba dari arah pintu datang Katrin sambil lari-lari. terus dia maju di depan kelas.

"ekhemmm!! anak-anak, hari ini kimia jamkos!! soalnya gurunya lagi work shop!!" Katrin berteriak kencang

seketika satu kelas X MIIA 2 langsung berteriak histeris ngalahin supporter Indonesia yang teriak gara-gara tim kebanggaannya mencetak gol. surga dunia anak sekolahan.

"kantin yok"

"yok"

"cap cus"

"li, lo ke kantin kaga?"

"iyalah, laper gue"

***

Kini mereka berempat duduk di meja pojokan. Mereka sedang asik makan bakso di tambah rumpi-rumpi gak jelas.

"Eh, eh lo tau gak?" Nadin tiba-tiba sok serius

"Paan?" Lian yang tengah habis memakan baksonya kini beralih ke jus alpukatnya.

"Masa kemarin kucing gue bunting"

"Ya biarin dong, kucing kan juga perlu berkembang biak" ceplos Katrin asal

"Bukan itu masalahnya"

"Lha terus?"

"Masalahnya kucing gue itu gak tau yang mbuntingin sapa" Nadin masih dengan wajah seriusnya

"Wah, gila! Kucing lo oke juga tuh" Anya nyeplos kaya orang gak punya dosa

"Jangan-jangan kucing lo di buntingin kucing satu rt komplek lo kali"

"Ah masak?" Nadin berpikir keras

"Ah elah, kalian malah pada ngapain sih?! Kucing bunting bapaknya sapa aja ribet. Yang bunting aja gak ribet"

"Nadin noh yang ribet"

"Eh, men temen ada yang mau gue omongin" tiba-tiba Lian mengheningkan suasana

"Apaan?"

"Apa?"

"Ngomong aja"

Lian menarik nafasnya panjang, kemudian ia melanjutkan perkataannya "gue putus sama Aldo"

"Serius lo!!?" Nadin langsung menggebrak meja di depannya

"Beneran!?" Anya gak kalah kagetnya

"Kok bisa!? " Katrin juga gak kalah syoknya

"Ya gitulah, panjang ceritanya" Lian tertunduk lesu.

"Lo gak papa kan?"

"Gak papa kok" Lian tersenyum manis

"Kita mau ke kelas ngerjain tugas kimia, lo mau ikut?"

"Gak ah, gue mau ke lapangan basket aja"

"Bener, gak perlu gue temenin?" Nadin menawarkan

"Engga, sante aja. Gue ke sana ya" Lian berlalu dari teman-temannya menuju lapangan basket.

***

Lian kini tengah berada di lapangan basket. satu-satunya cara untuk membuatnya tenang adalah di lapangan ini. dulu yang bisa membuatnya tenang hanya Bara. tapi sekarang tidak ada lagi. hanya basket saja obat penenangnya. ia mengambil bola basket yang ada di pojokan lapangan. di dribblenya bola itu dengan hati-hati. dengan sigap Lian melemparkan bola itu ke arah ring, dan bola masuk dengan mulusnya. Lian menangkap bola itu. di dribblenya bola itu lagi. ketika ia ingin melompat, langkahnya di intrupsi oleh suara seseorang.

"lo di sini ternyata" suara itu menggema ke seluruh lapangan basket in door.

Lian yang sangat mengenal suara itu langsung menengokkan kepalanya ke belakang. refleks ia langsung melemparkan bola yang ia bawa tadi ke sembarang arah dan berlari meninggalkan lapangan basket. tapi sangat di sayangkan, tangan cowok tadi berhasil menahannya dengan menarik tangan Lian. kini mereka berhadapan dengan jarak yang hanya 5 cm saja. mata mereka saling pandang. bahkan deru nafas cowok yang ada di hadapannya dapat Lian rasakan. aroma maskulin meruak seketika di indra penciuman Lian. tiba-tiba cowok tadi mendekatkan bibirnya ketelinga Lian dan berbisik.

"lo kenapa ngehindar dari gue des"

bulu kuduk Lian merinding mendengar bisikan cowok itu di telinganya. cepat-cepat ia menarik diri untuk menjaga jarak dari cowok itu.

"gue mau ke kelas dulu" Lian berbicara pelan. tapi nampaknya masih terdengar oleh telinga cowok yang ada di depannya itu. yang tak lain dan tak bukan adalah Rano.

Rano mendekati Lian. di gerakkanya dagu Lian agar tidak menunduk. "tatap mata gue" rano memotong kata-katanya, ia mengamati Lian dengan tatapan yang tenang tapi mengintrogasi "gue gak nanya lo mau kemana, gue nanya kenapa lo ngehindar dari gue? apa salah gue?" 

"engga, gue gak ngehindar dari lo, gue cuma butuh waktu" kali ini Lian lebih berani mengeraskan sedikit suaranya, tapi nada bicaranya masih ragu.

"oke, kalo lo emang gak ngehindar dari gue, nanti pulang sekolah ikut gue. gue tunggu di parkiran."

belum sempat menjawab, Rano sudah berlalu begitu saja. kini tinggal Lian mematung di tempatnya tadi. kini ia mempunyai rasa bersalah dua kali dengan orang yang berbeda. ia sudah melukai dua hati. padahal Lian sama sekali tidak berniat sama sekali melakukan itu semua. ia meruntuki kesalahanya itu.  benar kata orang, bahwa dua orang yang datang di saat yang bersamaan akan pergi pula di saat waktu yang sama.

"maaf ran, gue gak bermaksud ngelakuin itu semua ke elo" tanpa sadar Lian meneteskan air matanya.

***

heii!! gue kembali buat kalian. maaf updatenya telat terus. jangan lupa vote and comment ya. salam jomblo!

-AFTER RAIN-Where stories live. Discover now