A. Juniara: Aku udah depan apartemenmu nih. Buruan bukain pintunya.
A. Juniara: Ping!
A. Juniara: Ping!
A. Juniara: Ping!

Juni mendekap tangan di depan dada. Udah ada lima menitan dia menunggu balesan dari Akmal. Tapi sayangnya masih belum dibales juga sama cowok patah hati itu. Kemana sih?!

Ding dong! Ding dong! Ding dong!

Kesal, Juni memencet bel apartemen Akmal dengan gemas dan berulang-ulang. Saking kesalnya, Juni sampai ikutan menggedor pintu itu dengan keras. Petugas satpam yang kebetulan berjaga siang untuk keliling koridor apartemen melihat kelakuan Juni. Bapak berseragam serba hitam pun mendekati Juni yang masih menggedor pintu itu.

"Ada yang bisa dibantu, Mbak?"

"Eh?" Juni menoleh dan melihat petugas berseragam di belakangnya. "Ini lho, Pak. Temen saya daritadi saya gedor-gedor pintunya tapi nggak dibukain."

"Mbaknya yakin temennya ada di dalem? Mungkin keluar gitu?"

"Kayaknya sih enggak, Pak. Kemarin udah janjian."

"Udah dihubungin?"

"Udah, Pak. Tapi nggak dibales-bales. Saya takutnya dia kenapa-kenapa." Ucap Juni.

"Maksudnya?" Tanya petugas itu heran.

"Kemarin keadaan temen saya itu down gitu. Saya juga dipesenin sama saudaranya buat awasin dia, Mas David takut temen saya itu semacam melakukan hal nekat." Jelas Juni.

"Oh, mbak temennya Mas Akmal?" Tanya petugas itu.

"Iya, Pak."

"Hmm, kemarin pagi-pagi Pak David juga berpesan hal yang sama sih sama saya. Coba saya ketokkan pintu ya Mbak. Siapa tahu nanti Mas Akmal bukain pintu."

Petugas itu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Juni sebelumnya. Hasilnya pun sama. Tidak ada sahutan dan tanda-tanda pintu akan dibuka.

"Mbak yakin Mas Akmal nggak keluar atau kemana gitu?"

"Ya nggak tau, Pak. Cuma dia janjiannya sih nyuruh saya dateng ke sini buat belajar kelompok. Ini pesannya." Juni pun menunjukkan isi percakapannya sama Akmal.

Petugas itu pun mengontak teman-temannya lewat HT untuk mengecek apakah seharian ini Akmal terlihat di CCTV apa tidak. Suara laki-laki yang diketahui sebagai Saedi mengucapkan bahwa setelah mengecek CCTV, tidak ada tanda-tanda laki-laki seperti ciri-ciri yabg disebutkan oleh Pak Ajun, petugas yang berdiri di samping Juni. Pak Ajun pun menjadi gelisah dan akhirnya mengambil ponsel untuk menghubungi David. Dia menjelaskan keadaan yang terjadi sekarang ketika sedang menelepon David. Setelahnya dia mendapat ijin dari David untuk meminta kunci cadangan di kantor petugas keamanan dan membuka paksa apartemennya.

"Mbak tunggu di sini ya. Saya ambil kunci cadangan dulu buat buka paksa pintunya. Pak David tadi udah ijinin saya buat buka paksa pintunya dan melihat keadaan Mas Akmal." Pak Ajun berjalan dengan cepat menuju lift dan hendak mengambil kunci cadangan.

Kini Juni berdiri sendirian. Ada rasa gelisah yang menyerang hati dan pikiran Juni. Sekelebat pikiran dan kemungkinan buruk tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Gimana kalo Akmal saking downnya dia hendak melakukan hal nekat? Seperti bunuh diri?

Juni langsung menggelengkan kepalanya keras-keras. Nggak mungkin! Dan jangan sampai kejadian seperti itu terjadi.

Tapi, Akmal kan sedang patah hati.

Dan ia sering dengar kalo orang lagi patah hati itu suka berbuat sesuatu yang nekat. Orang lain bilang tindakan nekat itu akibat tekanan yang diterima terlalu kuat. Masa iya Akmal hanya karena patah hati gara-gara putus dari Mira sampai berbuat demikian?

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang