BAB 5 - Bubur Ayam

Start from the beginning
                                    

Lo mau juga nggak? Mereka baru 4 bulan, masih bayi.

Gue gerak, nih, kalau mau nyusul cepetan. Ke taman komplek sebelah, ya.

Nadine, mau ditunggu nggak nih?

Lo sepik aja ceritanya nyamperin gue. Buruan.

Gue tungguin lo. Gue tahan mereka sampe lo dateng.

Cepetan NA-DI-NE!!!!

TUNGGU GUE OTW, JANGAN KEMANA-MANA.

SURUH YAYANG RAYN NUNGGUIN DD

Wah, sarap, capslock lo beneran jebol.

Nadine tak peduli lagi, ia lebih peduli untuk pergi ke kamar mandi, cuci muka, sikat gigi, dan kembali ke luar kemudian meraih bedak talaknya. Setelah dirasa penampilannya cukup, Nadine segera berjalan ke bawah.

"Ma, Nad nyusul Samudra, ya. Pengin makan bubur." Nadine mengecup pipi Mamanya dan segera berlari ke luar.

"Papa, Nad jalan, ya. Assalamu'alaikum." Setelah mencium punggung tangan Papanya yang masih basah karena habis mencuci mobil, Nadine segera berlari meninggalkan rumahnya dan berjalan cepat menuju komplek sebelah.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, kini Nadine sudah melihat punggung Samudra yang tengah mengobrol dengan Rayn dan Febby di depannya.

"Rutin setiap minggu?" Rayn mengangguk mendengar pertanyaan Samudra. "Kenapa?"

"Soalnya Febby nggak bisa diajak malam mingguan, nggak enak sama orang tuanya, jadi pilih hari Minggu tapi dari pagi." Samudra tersenyum kecil begitupun Nadine yang baru saja tiba namun Samudra tak kunjung membalikan badannya.

"Hai, Nad," sapa Rayn akhirnya membuat Samudra segera menoleh.

"Lama banget, Gila, sana cepet pesan buburnya." Nadine cemberut dan segera mengambil duduk di samping Samudra, lebih tepatnya di depan Febby yang masih menyantap buburnya.

"Sabar, sih, Dra, capek dulu gue. Basa-basi dulu sama Rayn dan Febby." Nadine menonjok lengan Samudra pelan.

"Hai, Feb," sapa Nadine sambil tersenyum ramah.

"Pagi, Kak, sarapan ayo." Nadine mengangguk kemudian matanya segera menoleh pada Rayn yang ternyata sedari tadi menatapnya.

"Baru bangun, ya, Nad?" Samudra cukup terkejut baru menaydari panggilan Rayn tanpa embel-embel Kak seperti beberapa hari kemarin.

Samudra terkejut karena panggilan, Nadine terkejut karena Rayn menyapanya lebih dulu. Nadine mengangguk pelan kemudian tersenyum kecil.

"Lucu, poninya nggak disisir," ujar Rayn dan sontak membuat tangan Nadine memegang poninya kemudian menyisirnya menggunakan tangannya.

"Iya, lagi kepengin bubur, Samudra bilangnya dadakan, jadi langsung kesini aja setelah beberes dikit." Rayn mengangguk kemudian memesankan satu mangkuk bubur untuk disantap Nadine.

Pelan, Samudra melirik Febby yang memilih fokus pada bubur di hadapannya. Ia tak ingin bertanya apa yang terjadi pada Febby, ia pasti tahu. Perempuan mana yang bisa kuat mendengar bahwa kekasihnya memiliki perasaan pada perempuan lain? Dan yang lebih parah, perempuan yang disukainya itu sekarang berada di hadpannya.

"By," panggil Samudra dan Febby langsung menoleh pada Samudra. Ya, sejak dulu, Samudra selalu memiliki panggilan sendiri untuk Febby. Katanya biar beda, padahal biar orang lain ambigu, tuh.

"Ada pacarnya juga, manggil ba-by-ba-by," ketus Nadine membuat Rayn tertawa kecil mendengarnya.

"Namanya, Febby, Nadine."

"Ya orang kan manggilnya feb, lo ken–"

"Orang-orang aja manggil gue Sam, lo manggil gue Dra, emang gue marah?" potong Samudra cepat membuat Nadine mencebikan bibirnya karena kesal dengan Samudra. Samudra ini nggak bisa liat situasi banget sih, udah tahu ada Rayn, pakai segala ngomelin di depan Rayn.

"Santai aja kali, Mas."

Nadine kemudian menerima semangkuk bubur yang baru saja disodorkan oleh tukang bubur tersebut. Nadine terlihat bingung menatap mangkuk buburnya, membuat Samudra berdecak.

"Makanya mesen sendiri, pesan lagi sana. Biar yang ini gue yang makan." Samudra menarik piring yang sedari tadi menjadi objek menarik.

"Eh? Kenapa emang?" Rayn menatap Nadine dan Samudra dengan kedua alis terangkat. Nadine hanya tersenyum tipis. Sungguh, ia merasa tak enak dengan Rayn.

"Mang, satu lagi, ya. Nggak pakai bawang sama daun seledri." Setelah Samudra memesankan bubur untuk Nadine, Nadine dapat melihat bahwa Rayn menganggukan kepalanya.

"Ray, kamu udah selesai?" tanya Febby setelah selesai meneguk teh pahitnya.

Rayn menoleh pada Febby kemudian memincingkan matanya. "Masih pengin ngobrol-ngobrol sama Nadine dan Kak Sam, sih, kamu mau pulang?"

Febby terdiam sebentar. Samudra memperhatikannya yang terus berusaha menggigit bibir bawahnya. Febby terlihat tidak nyaman di sini, tetapi juga tidak berani mengajak Rayn pulang.

"Yaudah sih, anterin pulang dulu aja ceweknya, sebelum dianterin cowok lain." Nadine segera menonjok paha Samudra membuat Samudra meringis namun menyentil kening Nadine.

Rayn menghela napas kemudian bangkit dari duduknya. Rayn berjalan ke arah tukang bubur kemudian membayar buburnya. "Yaudah, kalau gitu aku pamit pulang ya bareng Febby. Itu buburnya udah aku bayarin."

Nadine pun mengangguk kemudian menatap Febby dengan senyum tipisnya. "Pamit pulang ya, Kak."

Setelah berbasa-basi, Rayn dan Febby berjalan bersama meninggalkan taman kota, meninggalkan Nadine yang sedang melotot kepada Samudra.

"MALU KALI, MAS, DIBAYARIN ADIK KELAS!" 

***

New cover by Ikaades Bagaimana-bagaimana covernyaa?

Yuk, komentar cover dan ceritanya! Katanya kangen sama Sam!:)))

Sabtu, 11 Februari 2017.0

SAM & NAD 1Where stories live. Discover now