"Junhoe. Jinhwan tak menghilang, tapi dia sengaja pergi," ucap Yunhyeong sesaat setelah melihat Junhoe memasuki kamar Jinhwan, dan Yunhyeong menunjuk ke arah lemari pakaian Jinhwan yang kosong.

Sejenak Junhoe mengerjap tak percaya. "Maksudmu Jinhwan kabur, hyung?" kata Junhoe yang disambut anggukan sedih dari Donghyuk dan Yunhyeong.

Suasana mendadak hening, Junhoe terpaku di depan lemari kosong itu, yang entah kenapa terasa sakit untuknya mengetahui tak satupun barang barang milik Jinhwan yang tertinggal, tak satu pun, seakan Jinhwan memang berniat pergi dan tak akan kembali.

Sesaat manik tajam Junhoe lalu berkeliling melihat seluruh sudut kamar itu, mencari sesuatu yang bisa menjelaskan apa yang membuat Jinhwan pergi. Dan dugaan terkuat yang ia miliki adalah karena pengguguran itu.

Apa Jinhwan pergi karena itu? Karena tak menginginkan pengguguran itu? Batin Junhoe berkelebat.

Ia akan bahagia jika Jinhwan akhirnya menolak pengguguran bayinya, tapi bahagia itu hanya sedikit, bahagianya hanya sebagian kecil di sudut hatinya. Perasaan yang lebih mendominasinya kini adalah khawatir dan rasa bersalah, jika Jinhwan menolak untuk menggugurkan kandungan, mengapa ia memilih pergi, apa Jinhwan ketakutan untuk menolak hingga membuatnya merasa ingin kabur? Junhoe tau benar Jinhwan, Jinhwan akan ketakutan dengan sangat mudah jika ia merasa tertekan, dan yang terburuk adalah, ialah orang yang membuat Jinhwan melarikan diri, dirinya lah yang membuat Jinhwan ketakutan.

"Sepertinya sebelum pergi dari rumah sakit, ia sempat pulang kesini," gumam Donghyuk pelan, tak ada jawaban, Junhoe sibuk melarikan maniknya menatapi kamar itu, dan manik coklat gelap itu terhenti di satu tempat, pada sebuah meja nakas kecil disamping tempat tidur Jinhwan.

Perlahan kakinya mendekati meja kecil itu, terus menatap benda kecil yang tergeletak di atasnya, benda cantik yang justru membuat hatinya semakin terpukul keras saat melihat itu tak lagi terselip di jari Jinhwan, tapi ditinggalkannya begitu saja. Cincin kawin mereka.

Junhoe bahkan tak bisa berucap apapun lagi, hatinya terlalu terkejut dan terlalu sakit untuk digambarkan dengan kata-kata saja.

Jemarinya melayang perlahan memungut cincin indah yang berada tepat diatas sebuah selembar kertas yang sudah tercoret tulisan tangan Jinhwan. Kertas yang menjadi jawaban dari semua pertanyaan diotak Junhoe tentang alasan mengapa Jinhwan menghilang tiba-tiba.

Dalam diam Junhoe mengambil benda tipis itu lalu membacanya perlahan, dan disaat bersamaan, buliran tipis mengalir dari sudut matanya. Tanpa bisa Junhoe hentikan, ia mulai menangis.

***

Sepasang suami istri yang sudah bertahun tahun bersama itu duduk santai di teras samping rumah mereka, menikmati pagi bersama segelas teh hangat yang menangkan.

"Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkan Jinhwan, aku khawatir padanya, bukankah sudah lama sejak terakhir dia menghubungi kita?" gumam yeoja paruh baya menuangkan teh ke gelas kecil untuk diberikan pada sang suami.

Tuan Kim, suami wanita paruh baya itu hanya tersenyum menanggapi sang isteri yang memang selalu khawatir berlebihan itu.

"Dia pasti baik baik saja, kau hanya merindukannya. lagi pula mungkin dia sedang sibuk dengan suaminya disana. Kau pasti mengerti, kan? pengantin baru itu pasti sedang berbahagia hingga mereka melupakan kita," jawab sang ayah tenang sambil menyesap perlahan teh hangat nan wangi di tangannya.

"Benar juga, mungkin aku hanya merindukan anak kita. Tapi aku hanya ingin tau bagaimana keadaannya dan cucu kita, mmm, atau bagaimana jika kita yang menghubungi mereka?" Nyonya Kim menatap sang suami meminta persetujuan sebelum sebuah senyum terkembang di bibirnya saat menerima anggukan Tuan Kim.

Unexpected Love | JunHwan [END]Where stories live. Discover now