Namja yang lebih tua berjalan mendekat, menghela nafas panjang untuk kemudian bergumam hal yang membuat Junhoe sedikit mendelik.

"Entah hanya perasaanku atau apa, ku lihat semakin hari kau semakin terlalu memperhatikan Jinhwan. Maksudku...seperti..." Yunhyeong tak mendapat kata yang tepat untuk menjelaskan pendapatnya tentang apa yang ia tangkap dari sikap Junhoe pada Jinhwan akhir-akhir ini.

"Begini, apa kau mulai lemah padanya? Apa...kau mulai menyukainya?" Pada akhirnya Yunhyeong memilih tak ingin berbelit-belit dan langsung menanyakan apa yang sejak lama ingin ia ketahui dari idol asuhannya itu.

Perlu waktu untuk Junhoe menemukan jawaban yang tepat, dan jawaban yang bisa ia berikan setelah membuat keheningan beberapa detik hanyalah sebuah senyum tipis. Junhoe memutuskan kontak matanya pada Yunhyeong karena lantai terlihat lebih menarik baginya kini. Setidaknya lantai tak akan bisa membaca wajahnya.

"Menyukai Jinhwan? Entahlah," lirihnya pelan, namun terdengar cukup ringan melewati bibir penuh Junhoe. Ia hanya mengangkat bahu untuk kemudian segera pergi dari situ sebelum Yunhyeong bertanya dan menduga lebih banyak, karena Junhoe sungguh tak akan bisa menjawab sekarang.

Junhoe bahkan tak bisa menentukan perasaan apa yang ia miliki pada Jinhwan kini. Ia tak yakin apa yang ia rasakan memang benar-benar ia rasakan, suka? Terakhir kali ia menyatakan menyukai seseorang adalah tujuh tahun lalu saat masih sekolah. Ia tak bisa mengingat lagi bagaimana rasanya menyukai, meski jika ia bisa meyakinkan dirinya itu rasa itu di sebut suka, atau mungkin...cinta. Ia masih tak tau bagaimana ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia berada di posisi yang tepat untuk mencintai Jinhwan, bagaimana untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau cinta itu tak akan menyakiti Jinhwan.

Junhoe hanya...tak bisa membuat Jinhwan semakin merasa sulit jika namja manis itu tau apa yang ia rasakan.

***

"Ayo makan yang banyak, sayang. Buka mulutmu, aaaa!"

Tak bisa menolak permintaan dua orang yang duduk di samping kiri dan kanannya, dengan pasrah Jinhwan hanya membuka mulutnya dan membiarkan sepotong daging yang terbungkus daun selada itu masuk mulutnya.

"Kata orang, jika ingin bayi laki-laki, kau harus makan banyak daging, jadi makan yang banyak ya," ucap yeoja paruh baya itu sambil kembali mengambil daun selada untuk ia letakkan daging di atasnya bersama beberapa bumbu lainnya. Namja tampan di samping kanan Jinhwan mengangguk setuju.

"Ya, hyung. Makanlah yang banyak, ini makan juga sup rumput lautnya, jangan hanya makan sup iga sapi," kata namja tampan itu menarik mangkuk sup iga sapi di depan Jinhwan dan menggantikannya dengan sup rumput laut.

Satu jam yang lalu, Jinhwan dibuat terkejut dengan kemunculan eomma dan adik mertuanya di depan pintu. Mereka membawa rantang besar. Kabar baiknya adalah mereka membawa sup iga sapi yang Jinhwan idam-idamkan sejak pagi. Dan kabar buruknya, mereka juga membawa banyak makanan lain seperti daging dan sup rumput laut dan itu harus ia habiskan sendiri.

"Chanwoo benar, makan juga sup rumput lautnya. Itu bagus untuk orang yang sedang hamil sepertimu," kata sang eomma.

Jinhwan hanya bisa tersenyum, ia tau itu hanya bentuk dari perhatian mereka, dan Jinhwan dengan senang hati membuka mulutnya saat sang eomma menyuapinya, ia kurang nafsu makan akhir-akhir ini, namun saat sang eomma yang memberinya ia selalu bisa menelan makanannya.

Begitu juga sang eomma, ia seperti sangat menikmati saat-saat menyuapi sang menantu. Raut wanita paruh baya itu selalu tersenyum lembut penuh bahagia.

"Kau harus makan yang banyak chagi-ya, tidak hanya dirimu yang kau beri makan sekarang tapi bayimu juga," katanya sambil kembali melayangkan sepotong daging ke mulut Jinhwan. Jinhwan menutup mulutnya sambil tersenyum sungkan, ia tak bisa bicara karena mulutnya penuh.

Unexpected Love | JunHwan [END]Where stories live. Discover now