"Baiklah, selamat malam," ucap Jinhwan singkat, tanpa menoleh lagi ia berjalan menuju kamarnya, akan tetapi hanya beberapa langkah kakinya berhenti saat ia menyadari sesuatu. Jinhwan berbalik dan menoleh pada Junhoe yang masih menatap padanya.

"Junhoe."

"Hmm?"

"Besok, apakah tak apa kalau aku berjalan di altar sendirian?" Senyum yang tadinya masih menempel tipis di bibir penuh Junhoe perlahan pudar. Seorang pengantin yang berada di posisi mempelai wanita memerlukan ayahnya untuk menggenggam jemarinya saat berjalan menuju altar, sedangkan Jinhwan. Ya, Junhoe mengerti apa yang sedang Jinhwan bicarakan.

"Mereka tak akan datang," ucap Jinhwan dengan manik yang sudah sendu. Sejak hari mereka pulang dari Busan, Jinhwan tak pernah mengungkit lagi tentang keluarganya, hingga malam ini.

Tak menjawab, Junhoe mendekat pada Jinhwan lalu menggeleng, "Tidak, kau tidak akan sendirian. Kita akan berjalan bersama," lirih Junhoe, kali ini tak ada senyum di wajah Junhoe, namun raut serius yang menatap intens pada Jinhwan.

Jinhwan menunduk lalu menggigit bibirnya, tanpa ia bahkan sadari, ia membawa tubuhnya sendiri mendekat pada Junhoe, menautkan kedua tangannya melingkari pinggang ramping namja itu untuk membuat sebuah pelukan nan erat.

Terhenyak, sesaat Junhoe membatu dengan gerakan Jinhwan yang tiba-tiba, namun kemudian kedua tangannya ikut melayang membalut tubuh Jinhwan. Mengerti perasaan hati Jinhwan mungkin memburuk jika mengingat keluarganya.

"Biarkan seperti ini. Aku sedang tak baik-baik saja. Aku gugup," gumam Jinhwan semakin mengeratkan pelukannya dan mulai menutup matanya. Merasa tak bisa menyimpan lebih lama lagi apa yang ia rasakan saat ini. Ia perlu Junhoe untuk membuatnya merasa lebih baik.

Jinhwan tak menyukai ini sebenarnya, ia benci rasa ketergantungan pada Junhoe seperti ini, namun ia tak bisa mengatur dirinya sendiri, saat ia panik, gugup memikirkan sesuatu, satu-satunya yang dirinya inginkan untuk membuatnya kembali tenang hanyalah Junhoe. Junhoe terlalu sering membuat kontak tubuh dengannya hingga membuatnya menjadi terbiasa. Junhoe menjadi orang yang membuatnya gugup, namun juga orang yang membuatnya tenang.

Dalam situasi seperti ini, Junhoe mengerti, ia tak perlu mengatakan apa-apa, cukup hanya diam terus memeluk Jinhwan.

***

27 Februari 2014.

Hari dimana Junhoe dan Jinhwan akan menjadi sepasang suami itu akhirnya datang. Gedung pernikahan sudah penuh dengan para wartawan yang ingin melihat pernikahan mereka, tak banyak tamu yang datang, hanya ada keluarga kecil Junhoe dan beberapa teman dekat.

Nuansa putih yang dipilih Jinhwan membuat ruang penuh bunga mawar yang juga berwarna putih itu begitu sakral, di sudut ruangan Junhoe menghela nafasnya dalam berkali-kali lalu menarik dasinya agar ia bisa bernafas lebih leluasa, jantungnya terasa sangat gugup seperti saat ia pertama debut.

"Hyung, mana Jinhwan hyung?" tiba-tiba Donghyuk menyeruak dengan tergesa, "Acara akan dimulai lima menit lagi," katanya. Junhoe hanya menggeleng, sejak di ruang ganti Junhoe tak melihat Jinhwan lagi.

"Mungkin dia ada di ruang ganti," tebak Donghyuk bersiap melarikan dirinya ke tempat yang dimaksud sebelum Junhoe menghentikannya.

"Tunggu, biar aku yang menemuinya," kata Junhoe, tak memberi kesempatan untuk Donghyuk berucap, Junhoe melesat mencari namja manis itu.

Junhoe menghela nafasnya saat menemukan Jinhwan masih sibuk dengan tuxedonya, ia bahkan belum memakai jas. "Apa yang kau lakukan disini Jinhwan. Acara akan dimulai lima menit lagi," kalimat Junhoe disambut Jinhwan dengan wajah panik.

Unexpected Love | JunHwan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang