"Jangan membuat alasan menggelikan untuk membuatku berubah pikiran. Kau pikir aku bodoh, aku tau medis dan tau benar mustahil untuk namja mengandung bayi," ucap sang appa akhirnya merendah, mungkin lebih terdengar putus asa.

"Ya, memang terdengar mustahil, tapi itu lah yang terjadi, Tuan Kim. Jinhwan sudah mengandung dua bulan, dalam dirinya sedang tumbuh bayi kami." Dengan itu tak ada kalimat lagi yang bisa Tuan Kim katakan. Jinhwan dan sang eomma juga terdiam, begitu juga Junhoe, semuanya sibuk mencerna setiap detik yang baru saja berlalu.

"Kau sudah tumbuh menjadi anak yang tak tahu aturan, Jinhwan. Lakukanlah apa yang kau mau, aku tak peduli!" Nada menusuk itulah yang terakhir Jinhwan dengar sebelum melihat sang appa beranjak dari meja.

Junhoe menoleh pada Nyonya Kim yang masih shock dengan tatapan bersalah, "maafkan aku harus mengatakan semuanya dengan cara seperti ini. Maafkan aku sudah mengacaukan keluargamu."

Nyonya Kim bangkit dari duduknya dan menghampiri Junhoe, ia menggeleng dan memandang namja itu lembut, "ini bukan salahmu, kau sudah melakukan hal yang benar," ucapnya lalu beralih pada Jinhwan kemudian meraih wajah menunduk namja itu, meletakkan kedua tangannya di pipi Jinhwan dan mengangkat wajahnya. Ia menemukan manik lembab Jinhwan sudah merah menahan marah.

Dibawanya putra satu-satunya itu ke pelukannya yang hangat, "tak apa, appamu hanya terkejut, semua yang ia dengar terlalu tiba-tiba."

Dengan lemah lembut mengusap punggung Jinhwan, perlahan namun pasti kilatan marah di mata Jinhwan teredam, sang eomma melepas pelukannya dan meraih lagi wajah Jinhwan, "dengar, di sini masih ada eomma, apapun yang kau lakukan eomma akan mendukungmu, eum. Eomma senang kau punya bayi, eomma ikut bahagia mengetahui kau telah menemukan kebahagiaanmu bersama Junhoe." Dengan itu ia meletakan satu kecupan kecil di kening putranya.

"Junhoe," panggil Nyonya Kim masih dengan memeluk Jinhwan, "karena Jinhwan sedang mengandung, sebaiknya kalian menginap malam ini, udara sangat dingin di luar. Tak baik jika kalian harus berkendara larut malam. Aku juga tak mau kalian menginap di hotel," pinta sang eomma, namun Jinhwan menggeleng cepat.

"Tidak eomma, kami akan baik-baik saja," ucapnya melepas sang eomma. Ia tak yakin jika ia lebih lama di rumah itu hal yang seperti tadi tak akan terulang lagi.

"Tidak, eomma tak akan mengizinkan kalian pulang malam ini. Eomma mohon." Manik yeoja itu menatap Jinhwan penuh harap kemudian pada Junhoe.

"Eommamu benar, Jinhwan," ucap Junhoe mengerti betapa sang eomma sangat mengkhawatirkan Jinhwan.

"Kau yakin?" Ucap Jinhwan berbalik melempar pertanyaan pada Junhoe. Dengan melihat anggukan ragu Junhoe, Jinhwan dapat menebak, sesungguhnya namja tampan itu juga tak ingin berada lebih lama di rumah itu, namun eommanya benar, udara malam yang jauh lebih dingin dari siang hari di luar sana terlalu berbahaya. Lagi pula ia tak sampai hati menolak permohonan eommanya.

***

Jarum jam sudah melewati tengah malam, dan namja manis di atas ranjangnya itu masih sadar sepenuhnya, Jinhwan sudah menutup matanya rapat, namun otaknya terus berpikir banyak hal.

Ia mengacak asal rambut pendeknya lalu menoleh pada namja di sebelahnya yang sudah pergi jauh ke alam mimpi. Junhoe terlihat kelelahan sejak sampai di rumahnya, mungkin itulah mengapa namja itu bisa tertidur dengan sangat mudah.

Merasa percuma berusaha tidur, Jinhwan memutuskan keluar kamarnya untuk mencari udara segar, dan langkahnya berakhir di balkon rumahnya.

Udara malam itu sangat dingin karena musim akhir tahun, namun itu tak berpengaruh untuk Jinhwan, ia hanya ingin merasakan angin Busan yang sangat ia rindukan. Jinhwan menutup matanya lalu menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya lagi, menciptakan asap tipis keluar dari mulutnya. Udara Busan sangat berbeda dengan Seoul, udara itu seakan membawanya menjadi Jinhwan kecil yang selalu tertawa tanpa perlu memikirkan apapun, membebaskannya dari apapun. Termasuk dari appanya.

Unexpected Love | JunHwan [END]Where stories live. Discover now