Terlalu sibuk dengan dunianya, tanpa Junhoe tau namja di sebelahnya kini juga merasakan hal sama, hanya saja Jinhwan terlalu ahli menutupi perasaannya.

"Mmm...Jinhwan," dan pada akhirnya Junhoe yang tergolong mudah tercekik oleh sepi memutuskan membuat percakapan, "apa kau masih mengalami morning...mmm... morning...apa sebutannya itu?"

Keningnya berkerut mengingat sesuatu yang telah ia pelajari sebelumnya. Sejak ia merasa bodoh tak bisa menjawab saat eommanya bertanya tentang kehamilan Jinhwan, ia memutuskan untuk mencari tau semua tentang apapun yang berhubungan dengan kehamilan dan kini ia ingin mempraktekkan semua yang ia pelajari pada ibu hamil yang asli.

"Morning sickness? Itu maksudmu?" Junhoe mengangguk cepat tanpa menatap Jinhwan. "Kenapa kau bertanya?" Tanya Jinhwan bingung.

"Karena setauku orang hamil yang mengalami morning sickness akan lemas, jadi aku...mmm...hanya ingin memastikan kau dalam keadaan fit sekarang. Ya, hanya itu," jelas Junhoe akhirnya setelah bicara dengan penuh berpikir. Ia memeras otaknya agar bisa memberi alasan yang terdengar logis dan tak terlihat bodoh di depan Jinhwan.

"Ya, aku memang masih mengalami morning sickness, tapi tak separah hari-hari kemarin, jadi sekarang aku baik-baik saja," jawab Jinhwan setelah memandang aneh pada Junhoe sekilas.

"Oh. Bagus lah. Aku bisa lega." Tak ada jawaban, atau lebih tepatnya Jinhwan tak terlalu memperhatikan apa yang Junhoe katakan, otaknya kini lebih terpusat pada sesuatu yang lain.

"Junhoe," kali ini suara Jinhwan terdengar setelah terhalang jeda beberapa saat.

"Hm?"

"Saat di Busan, biarkan aku yang menjelaskan semua tentang kita pada eomma dan appaku."

Sedikit heran, tapi Junhoe tak membantah, ia menoleh sebentar hanya untuk melihat Jinhwan menatapnya serius, ini pertama kalinya Jinhwan menatap jauh dalam maniknya meski hanya sesaat, kemudian Junhoe mengangguk, "ok, jika itu yang kau inginkan," jawabnya, Junhoe mengerti apapun alasan Jinhwan, itu pasti sesuatu yang penting.

"Dan kau tak perlu bicara apapun. Termasuk..." Jinhwan memberi jeda untuknya menarik nafas, "tentang kehamilanku."

"Kau mau memberi tau sendiri pada mereka? Ok, aku mengerti."

"Bukan...ku rasa, sebaiknya mereka tak perlu tau," ucap Jinhwan melirih setengah takut Junhoe akan menentangnya.

"Apa? Tunggu, maksudmu kau berencana menyembunyikan itu dari mereka? Tidakkah it_"

"Sejak mereka tak tau apapun, biarkan mereka tidak tau."

"Tapi Jinhwan. Mereka berhak ta_"

"Bukankah bayi ini juga akan digugurkan? Untuk apa memberitahu pada mereka sesuatu yang tidak akan pernah ada," dengan itu Junhoe tak bersuara, entah mengapa hatinya tiba-tiba terasa sesak mendengar alasan Jinhwan. Apakah ia mulai menginginkan bayi itu, tapi untuk apa. Bukan, pasti bukan karena itu. Ia sendiri yang ingin melepaskan bayi mereka, tak seharusnya ia berpikiran seperti itu, mungkin ini rasa sesak yang lain. Junhoe menggeleng lemah, cukup samar untuk Jinhwan menangkap gerakannya.

Setelah itu, tak ada percakapan lagi sepanjang perjalanan, hanya sesekali Junhoe bertanya tentang jalan pada Jinhwan, atau Jinhwan menawari untuk berganti menyetir jika Junhoe mungkin kelelahan yang tentu saja Junhoe tolak karena ia tak ingin mengambil resiko membuat Jinhwan yang sedang hamil kelelahan.

***

Tepat saat hari beranjak gelap, Junhoe dan Jinhwan sudah berada di depan sebuah rumah yang cukup besar berlantai dua. Dilihat sekilas pun rumah itu bisa menunjukan kalau sang pemilik tergolong orang dari kalangan menengah atas yang tak bisa dibilang orang biasa.

Unexpected Love | JunHwan [END]Where stories live. Discover now