penculikan paling indah (part 1)

Start from the beginning
                                    

GiliancaDesky : iya-iya, gue gak janji. kalo gue bisa bangun gue ikut.

Hirano : terserah pokoknya gue jemput lo jam 4 titik. bye Desky 😊

GiliancaDesky : hm

Lian menaruh handphonenya. ia masih memikirkan tentang Rano. kira-kira akan di ajak kemanakah dirinya itu? perasaan Lian juga gak pernah janjian mau pergi ke mana-mana sama Rano. tapi ia sudah dapat memastikan bahwa ia dan Rano akan pergi jauh. dan itu pasti. entahlah, Lian tidak mau memikirkannya terlalu panjang. ia memilih tidur, dan beberapa menit kemudian, Lian sudah terlelap memasuki alam mimpinya.

***

Rano sudah siap dengan semuanya. Ia kini sedang duduk ruang tamu yang tak lain dan tak bukan adalah ruang tamu rumahnya Lian. Rano sedang menunggu gadis yang sedang bersiap-siap. Memang cewek itu bawaannya kemana-mana ribet dan ngeribetin. Iya gak? Iya. Setengah jam kemudian, Lian menuruni tangga dan mengahampiri Rano yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya.

"Yuk, buruan ah lama lo" Lian duduk di dekat Rano. Rano yang mendengar kata itu sontak langsung menatap Lian sinis.

"Adanya elo yang dari tadi lama! Gak peka banget sih, udah di tungguin, nyuruh-nyuruh pula"

Lian yang menyadari hal itu langsung tersenyum kikuk. Ia sadar bahwa dirinyanya lah yang membuat semuanya jadi lama.

"Iya deh iya, gue yang salah. Iya gue minta maaf. Buruan ayo berangkat, jadi gak? Sebelum gue mager nih"

Hari ini Lian memakai hot pans jeans warna biru dongker, dengan tang top biru dongker di balut kemeja kotak kotak warna biru dongker dan merah marun, tak lupa sepatu adidas warna senada. Hari ini Lian tampak sangat manis. Membuat Rano sedikit meneguk ludahnya.

"Heh! Jangan ngalamun dong! Ayo buruan!"

"Eh, iya, yok ke mobil"

Lian dan Rano masuk ke dalam mobil. Setelah mereka masuk ke dalam mobil milik Rano, si pengemudi tidak kunjung menyalakan mobil itu, membuat Lian mengeluarkan pertanyaan kepada si empu mobil.

"Heh,kita mau berangkat gak sih? Kok gak jalan-jalan?"

"Iya ini mau berangkat, tapi sebelum berangkat gue ada peraturan di sini"

"Buruan , paan peraturannya?"

"Oke, yang pertama, gak boleh pegang handphone, handphone harus di matiin"

"Lah? Gak bisa dong! Handphone juga handphone gue, napa lo ngatur?"

"Ya udah kalo gak mau ya gak papa, tapi kita gak jadi" Rano tersenyum licik

Lian mendengus sebal " iya deh iya" Lian mengeluarkan handphone dari tasnya, menekan tombol off pada handphonenya "nih liat, udah gue matiin"

"Nice! Yang kedua, dilarang kentut sembarangan apalagi didalam mobil"

"Elah, gue gak sejorok itu"

"Dan yang ketiga di larang ngorok "

"Hellow! Gak kali. Gue ini cewek anggun you know? Kalo lo sampe ngorok, gue bunuh lo!" Lian menatap tajam Rano. Dan Rano bergidik ngeri.

"Gimana? Lo bersedia?"

"Oke, deal!" Lian menjabat tangan Rano pertanda setuju

"Oke, and let's goo!!" Rano menancapkan gas.
 
Selama di dalam mobil, Lian tak banyak bicara dengan Rano. Mungkin di karenakan hari masih pagi, dan Lian masih terbawa suasana ingin tidur. Di perjalanan, bahkan masih petang dan matahari belum menampakkan dirinya. Lian hanya memandang keSetelah jendela. Memandang mobil yang lalu lalang dengan sorotan lampu redupnya. Sesekali Lian menguap, dan benar saja, dalam hitungan menit, Lian terlelap dalam tidurnya.

-AFTER RAIN-Where stories live. Discover now