Chapter 15 - His Friend?

217 17 1
                                    

   Keesokan paginya, aku berjalan pelan, dengan seringai yang terus menyobek bibirku. Ini pertama kalinya aku tidak dapat mengontrol emosi rasa senangku yang kini meluap-luap. Aku tak menyangka aku dapat menemukannya secepat ini. Zoe benar, menemukan Kyle memang bukanlah hal yang sulit. Ya, menemukannya saja. Namun—,

   apakah dia akan memercayaiku?

   Kyle adalah seseorang yang—mereka bilang—mirip sepertiku. Dan, aku bukanlah tipe orang yang percaya dengan orang lain begitu saja. Sangat sulit untuk meyakinkanku. Apakah Kyle juga begitu? Lalu apa yang harus kulakukan untuk menerobos daftar orang kepercayaannya yang dapat kupastikan hanya berisi segelintir orang?

   Seringaianku memudar menjadi lekuk bibir yang datar. Suasana hatiku tiba-tiba jatuh. Ini juga pertama kalinya aku mendapat firasat bahwa misiku untuk meyakinkan Kyle akan gagal.

   Misiku tidak pernah gagal. Namun apakah aku akan berhasil dalam misi ini? Aku pun memiliki otak. Aku tahu Kyle akan mempertimbangkan tentang kehidupannya yang sudah dikenal banyak orang, pekerjaannya, orang yang dekat dengannya, makanan favoritnya, tempat favoritnya dan lain-lain. Aku yakin dia akan sulit dalam mempertimbangkan banyak hal itu.

   Tunggu—

   Aku menghentikan langkahku.

   Rasa penasaran.

   Akankah rasa penasaran Kyle yang besar dapat menangkal firasat burukku? Akankah rasa penasaran yang tertanam dalam di dirinya dapat mengalahkan keraguan Kyle?

   Aku pun segera menengok ke arah kiri, mendapati sebuah bangunan besar yang tampak futuristik dan simplistik. Di dalamnya ada berbukit-bukit buku yang ditata dalam rak-rak yang menjulang tinggi. Ya, aku memang ingin mengunjungi perpustakaan di kota ini.

   Apakah tempat ini surga?

   Hal yang unik di bumi adalah, buku. Di Livaions tak ada hal seperti itu. Tak ada sedikit pun informasi yang perlu ditulis, atau bahkan dibukukan. Karena untuk apa? Aku tidak pernah belajar dengan membaca, menulis dan sebagainya. Aku hanya perlu mengingat dan itu sudah langsung terjahit di antara jalinan memoriku. Dan tentu saja, tak akan pernah sekali pun aku melupakan setiap memori yang kumasukkan.

   Aku pun melangkahkan kakiku masuk ke dalam perpustakaan ini.

   Sempurna.

   Aku puas saat melihat keadaan perpustakaan ini sepi dan tenang. Kulihat hanya segelintir manusia saja yang penampilannya tampak pendiam dan pemikir keras sepertiku. Zoe mengatakan padaku julukan manusia yang senang mengurung diri dan diam untuk membaca disebut kutu buku.

   Apa salahnya? Mereka hanya ingin tahu. Aku mendukung mereka yang sering penasaran sepertiku. Memang banyak hal-hal di dunia ini yang harus dijelaskan.

   Kakiku melangkah maju perlahan, mendekati rak-rak buku yang tersusun rapi dan sempurna. Tanganku menyentuh salah satu rak buku, seolah aku sedang bertelepati pada rak ini bahwa aku akan melahap habis semua buku yang ia angkut.

   Namun, melahap habis semua buku ini mustahil. Bukan karena buku ini terlalu banyak bagiku, tetapi karena sedikitnya waktuku. Aku juga harus fokus pada Kyle, dan aku tak boleh lengah karena terbuai oleh tulisan-tulisan yang memuaskan rasa penasaranku.

   Saat jariku menyentuh salah satu buku tebal, ada seorang pria di sampingku yang memperhatikan. Tanpa menoleh, aku sudah tahu ia adalah pria yang kemarin meminjamkan ponselnya padaku.

   "Sudah kuduga kita akan bertemu lagi. Kau tahu? Kemarin aku berdoa dalam ritualku supaya aku dapat dipertemukan denganmu, aku bahkan mengorbankan tiga sprei kasur untuk dibakar," ujarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LieonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang