Chapter 3 - A Divinedions, maybe?

431 49 3
                                    

  "Hei, bangun, pemalas!" ujar Samuel seraya menendang-nendang pelan punggung Kyle.

  "Ngghh--, Sam-- hentikan," balas Kyle malas.

  "Tck, aku bawakan air panas, ya?"

  "Huh? Terserah kau," Mendengar jawaban Kyle yang kini bagaikan mayat itu, Samuel sedikit terkejut.

  "Apa? Jadi kau mau aku siram?" tanyanya.

  "Kau tadi bilang membawa, bukan menyiram." ujar Kyle dengan suara terendam bantal.

  "Ayolah, dasar babi maskulin." Usaha menendang tidak berhasil, Samuel pun beralih dengan berusaha menarik bantal yang kini sedang dipegang erat-erat oleh Kyle.

  "Sam--, jangan menarik bantal-- SAM-" Kyle menggeram kesal dengan matanya yang masih malas untuk membuka gordennya. Bukan hanya bantal, guling pun juga ditarik oleh Samuel hingga akhirnya ia pun kesal lalu menyerah untuk mempertahankan keduanya hingga membuat Samuel terpental dan jatuh dengan landasan pertama di bagian pantat.

  "Sialan kau, Kyle! Ini bantal dan guling kesayanganku, asal kau tahu!"

  Tck, beris--

  BUAGH

  Lemparan guling yang tak berdosa melayang bebas dari tangan Samuel yang dihiasi dengan wajah ganasnya. Melandas tepat di atas wajah Kyle.

  "Pfftt-HAHAHAH," tawa Samuel pun meledak-ledak.

  Urat nadi muncul di pinggir dahi Kyle, menandakan bahwa kini ia benar-benar terganggu. Kedua matanya pun membuka seketika. Tubuhnya yang proporsional itu pun perlahan-lahan beringsut duduk. Ia menatap sahabat karibnya, Samuel, dengan pandangan yang sangat tidak nyaman dilihat.

  "Sam, kau ingat? Saat kau menginap di rumahku, kau menyebut-nyebut bantal dan gulingku sebagai kesayanganmu."

  "Semua guling dan bantal di dunia ini adalah kesayanganku." ujar Samuel bangga, lalu melanjutkan.

  "Ah, sudahlah! Intinya, meski pun mulai sekarang kau sudah bekerja, kau tetap harus bangun pagi!"

  "Mengapa harus?"

  "Karena-- karena tidak adil bila hanya aku yang harus bangun pagi!"

  "Sialan kau, Sam. Jadi intinya kau ingin aku sama-sama menderita sepertimu?"

  "Tepat! Oh-- sial, aku hampir terlambat. Aku berangkat dulu, oke? Oh, dan, sejak kapan kau mengubah warna rambutmu menjadi biru?" sahut Samuel seraya beranjak pergi.

  Kyle tersenyum miring, saat Samuel berlari menuju pintu, ia mengangkat guling, lalu,

  BUAGH

  "Jika kau ingin kita merasakan penderitaan yang sama, maka lemparanku barusan adalah penerapan dari perkataanmu tadi." ujar Kyle.

  "A-apa-apaan? Kau menantangku berkelahi, ya? Huh?"

  "Ohh? Baiklah jika itu maumu," ujar Kyle seraya tersenyum remeh.

BRAKK

  Bukan, bukan suara tonjokan.

  Samuel kabur dari pandangan Kyle seraya menggebrak pintu, membuatnya tertawa karena melihat tingkah sahabatnya yang terlihat seperti pengecut.

  Dengan sigap, Kyle berdiri, menuju ke kamar mandi dan menatap cermin lebar yang terpampang di sana.

  Lensa mata dan warna rambutnya berubah menjadi biru api yang terlihat sangat mencolok dan terang.

Biru..., sebelumnya berwarna merah..., api? Kurasa begitu.

LieonsWhere stories live. Discover now