Chapter 6 - So, this is not the end of the Transformation?

304 45 1
                                    

  Suara bebatuan pecah terdengar, Kyle terjatuh dengan gerakan berbaling-baling seperti roda, punggungnya terasa sakit, ia mendarat dari atas dengan kecepatan tinggi yang sudah tak bisa ia kontrol lagi karena belum terlatih.

  Ia mengerang saat punggungnya menatap kayu-kayu yang berhasil menghentikannya dari gerakan yang membuatnya pusing. Dilihatnya punggungnya yang luka dengan darah mengalir. Ia meraba-raba punggungnya, sayapnya menghilang.

  "Kau tak apa?" Kyle menoleh ke arah Crystal yang hanya melihat dan tak menolongnya. Walau pun ia tak bisa menyangkal bahwa luka punggungnya sangat perih, namun rasa gengsi tetaplah tertanam pada dirinya.

  "Ya." balasnya singkat lalu mencoba berdiri, namun gagal, ia goyah dan ambruk karena luka di punggungnya yang parah.

  "Tak ada orang yang baik-baik saja jika jatuh dari ketinggian lebih dari seratus meter. Jika kau manusia biasa, kau pasti sudah mati."

  Crystal melangkahkan kaki maju ke arahnya, lalu berjongkok. Ia menapakkan tangannya di punggung Kyle lalu memejamkan matanya dan menggumamkan bahasa yang sama sekali tak dimengerti oleh pria di depannya yang sedang terluka.

  Perlahan-lahan luka tersebut saling berkaitan sehingga menjadi kulit yang tertutup seperti biasanya, rasa nyeri dan perih memudar, darah segar yang tadinya hangat dan mengucur keluar, kini sudah menjadi beku dan justru terasa dingin yang membuat Kyle sedikit bergidik karena merasa aneh dengan rasa dingin di dalam dirinya. Ia menengok ke belakang, melihat Crystal yang sedang berkonsentrasi.

  Sesaat ia ingin membuka mulutnya, ingin menanyakan suatu hal yang mengganjal di pikirannya. Namun terpotong oleh pernyataan Crystal.

  "Rasanya dingin, bukan?" Kyle melirik sebentar lalu menjawab.

  "Ya. Rasanya aneh," jawabnya dengan nada yang lebih lunak. Crystal menegakkan posisi badannya lalu berdiri.

  Jari telunjuknya mengarah pada kaki kanan Kyle, lalu merapalkan suatu mantra. Saat Kyle ingin berdiri, ia tak bisa. Kaki kanannya tak mau ia gerakkan, selain itu, kaki kanannya terasa sangat dingin dan ngilu.

  "Kau apakan kakiku?"

  "Jaringan-jaringan di dalam kakimu aku bekukan." jawab Crystal lalu mengarahkan telunjuknya lagi ke arah kaki kanan Kyle, kali ini ia hanya mengucap satu kata mantra.

  Bagai rantai es yang pecah, saat ia mencoba berdiri, kakinya sudah dapat digerakkan kembali.

  "Jadi?" tanya Kyle.

  "Apa?"

  "Tujuanmu mengajakku ke sini?"

  "Oh." jawab Crystal yang membuat Kyle bingung.

  "Apa maksudmu 'Oh'?"

  "Kau bertanya?" tanya Crystal.

  "Bodoh." ucap Kyle pelan.

  "Aku bisa mendengarmu."

  "Kau membuang-buang waktuku." tegas Kyle.

  "Baiklah. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau--"
"Bukanlah lagi manusia biasa? Itu yang ingin kau katakan? Aku sudah mengetahuinya." potong Kyle.

  Lalu ia melanjutkan lagi.

  "Awalnya, sungguh, aku tak percaya dengan hal bodoh ini. Maksudku, kau pasti tahu, 'kan, manusia lebih condomg ke berpikir logis. Tapi saat aku menyadari semua keanehan di ruangan itu--Aku sungguh tak dapat berpikir jernih dan justru mengeluarkan seluruh emosiku pada ibuku."

  "Kau sadar saat aku mengirimkan telepati padamu." potong Crystal.

  "Oh, ya, benar. Aku benar-benar bingung pada diriku sendiri kenapa saat itu aku memutuskan untuk meneriaki ibuku seolah aku mempercayai hal ini yang saat itu aku anggap konyol--Tapi, itu memang benar ..., aku-- Entah bagaimana, mempercayai surat itu. Aku membaca surat itu yang menjelaskan beberapa hal padaku--Tapi, saat itulah semua perubahanku dimulai," Kyle menjelaskannya dengan berbagai emosi yang tercampur aduk.

LieonsWhere stories live. Discover now