Chapter 9 - The Mysterious 'Me'

284 36 0
                                    

  "Seperti inikah baju manusia?" aku melihat pantulan diriku di telapak tangan.

  Kaos abu-abu tipis yang dimasukkan ke dalam celana jeans selutut, dan kakiku yang beralaskan sneakers. Aku mengambil jaket berwarna biru gelap yang diberi oleh ayah. Kutatap bagian leherku yang dihiasi oleh liontin. Kueratkan genggaman tanganku pada kaos. Rambutku yang dulunya panjang hingga bawah pinggang, kini dipotong sepanjang bagian perut.

  Sebentar lagi aku akan turun ke bumi, ke dunia tempat di mana pria itu berada. Pria yang seharusnya kini berada denganku dan ayah.

  Kupejamkan kedua mataku untuk beberapa saat.

  Aku pun tak bersama ayah kini, beliau berada di bumi, dimensi di mana manusia berada. Zoe memberitahuku bahwa pria itu kini sudah melewati masa empat harinya.

  Di bumi, hari ke empat perubahannya adalah hari minggu. Dan hari ini adalah hari Senin, tepat satu hari setelah dia bebas dari perubahan terikatnya.

  Dan hari ini juga, aku akan mencarinya, tugasku akan dimulai, untuk mengembalikannya pada genggaman tangan ayah.

  "Kau siap?" Aku menolehkan kepala, menatap datar Slievoil yang menurutku sangat berisik, namun tak dapat kusangkal bahwa hanya ialah tempatku bernaung, dia yang menemaniku sejak dulu.

  Mulutku kelu, aku tak tahu harus mengatakan apa.

  Aku siap, namun tak perlu bagiku untuk mengatakannya, karena siap atau tak siap pun, aku harus tetap melakukannya.

  "Jangan sia-siakan kesempatan apa pun," ucapnya lagi. Aku hanya memutar bola mataku, malas.

  Sebelum akhirnya aku merapalkan mantraku sendiri, aku berkata.

  "Kau menyuruhku menemukannya, tapi kau hanya memberi petunjuk negaranya," ucapku dingin.

  "Hahahahaha," Tertawa. Apa maksudnya? Aku tak suka ditertawakan.

  Kuberikan tatapan tajamku, walau dia tak menghiraukan.

  "Itulah! Kau itu terlampau mirip sepertinya. Ahahahahah--"

  "Berhenti tertawa sebelum kuhanguskan lidahmu." ucapku serius.

  "Baiklah. Aku hanya menjalankan tugas ayahmu. Mungkin saja dia ingin kau mandiri, kau harus menemukannya dengan caramu. Tak akan sulit, aku sudah menandai jantung pria itu, kau dapat mendeteksinya." Aku hanya diam, lalu menatap lekat-lekat tempat ini, Livaions. Tempat yang kusayangi.

  Aku segera memejamkan mataku dengan tenang, lalu merapalkan mantra yang diberi oleh ayah.

  Kurasakan api dan angin membelai setiap inci kulitku, menghanyutkanku pada ruang teleportasi yang entah seperti apa wujudnya, karena aku sedang memejamkan mata.

  Tiba-tiba...

  ZING

  "Hei! Itu makananku!"

  "Lihat, kau belum menyelesaikannya!"

  "Hahaha! Kau seharusnya melihat ekspresimu tadi!"

  Suara keramaian menyeruak. Aku membuka mataku perlahan saat suara-suara menyebalkan itu merasuk ke telingaku bagaikan belati. Kuhirup oksigen di bumi dalam-dalam.

  "Jadi seperti ini rasanya bernafas di bumi," gumamku pelan. Namun, setelah itu aku terbatuk kecil.

  Sepertinya oksigen di bumi tak terlalu bersih.

  Aku menatap atas, memperhatikan terik matahari yang terasa hangat. Sepertinya aku akan menyukai bumi.

  Tiba-tiba jantungku berdetak dengan cepat saat aku menoleh kanan dan kiri.

LieonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang