Chapter 2 - Samuel Caelum

563 57 8
                                    

  Hampir siang,

  Tangan kirinya meraba-raba saku celana, lalu dirogohnya. Ia mengeluarkan ponsel dan earphone.

  Benda bercabang dua tersebut ia masukkan ke kedua telinga, lalu menyambungkannya dengan ponsel yang sedang ia genggam.

  Ibu jarinya menggeser layar ponsel ke arah kanan, dan muncul beberapa pemberitahuan telepon yang tak terjawab mau pun pesan yang belum dibaca.

  Ia menautkan alisnya saat melihat bahwa ada lima puluh tujuh panggilan tak terjawab dan tiga puluh empat pesan belum dibaca.

  Dan itu semua berasal dari ibunya.

  Tanpa ragu, ia menghapus semua pesan-pesan itu dengan sekali tombol tanpa membaca isinya sedikit pun.

  Ia menekan tombol 'kembali' di ponselnya, lalu memilih aplikasi 'musik'. Jari-jarinya lihai menata dan memilih lagu yang akan ia dengar ke dalam playlist. Alunan musik terdengar di kedua telinganya, menyeretnya masuk ke dalam dunia yang penuh dengan melodi.

  Membuatnya merasakan kedamaian sementara di hidupnya yang sekarang menjadi membingungkan dan penuh misteri.

  "Kyle,"

  Ia menghentikan langkahnya, menoleh ke arah sumber suara, melihat seorang pria.

  Pria itu memiliki paras yang tampan, tinggi yang hampir sama dengan Kyle, berkulit putih pucat yang mirip juga sepertinya, sepasang taring atas yang tak terlalu panjang namun tajam, sepasang taring bawah yang ujungnya justru melengkung masuk ke dalam rongga mulutnya.

  Mata dan rambutnya berwarna ungu kebiruan yang menyala. Ia juga memiliki sayap besar yang berwarna hitam dengan syaraf-syaraf berwarna ungu kebiruan menyala dan terlihat seperti listrik yang berkilat-kilat.

  Ia tak mendekat sedikit pun ke arah Kyle, ia hanya memandang dari jarak yang lumayan jauh.

  "Ternyata kau memang baru memasuki tahap awal," ujarnya.

  Kyle melepas earphonenya dengan cepat, lalu terpaku dengan sesosok makhluk aneh yang berada jauh di depannya.

  "Kita akan berjumpa lagi setelah kau sudah melewati tahap akhir. Siapkan dirimu, Kyle."

  Kyle membuka mulutnya ingin menanyakan sesuatu, namun pria itu menghilang, hanya menyisakan kepingan api.

----------------------------------×××------------------------------------------

  Jalanan sangat ramai, dihiasi dengan berbagai bunyi mesin dan klakson mobil serta kendaraan, para manusia yang sedang berlalu-lalang tanpa lelahnya memutari kota di sana.

  Wajah-wajah mereka tampak antusias dan gembira, tidak seperti Kyle. Ia terus memasang tatapan dinginnya, seolah-olah wajahnya memang ditakdirkan untuk mempunyai satu ekspresi.
Para gadis remaja di sana memberikan tatapan kagum padanya saat berpapasan.

  Wajah yang sempurna, itu menurut mereka. Mereka juga memperhatikan mata dan rambut Kyle, seolah mata dan rambutnya terlihat sangat menarik, membuat ia merasa risih.

  Kyle mempercepat langkah kakinya, ingin menjauh dari tempat ramai itu secepatnya, tak ingin menjadi pusat perhatian. Ia berhenti di tempat duduk yang di sebelahnya dihiasi pohon yang sangat rindang.

  Tempat duduk itu ia singgahi dengan posisi menyamping, punggungnya ia sandarkan pada batang pohon, kakinya ia luruskan, merilekskan otot dan tulang kakinya yang terasa sedikit tegang.

  Kyle mengeratkan earphonenya di kedua telinga. Ia membesarkan volume, lalu memejamkan mata dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada, namun ia membuka matanya lagi. Lalu menoleh ke kanan dan kiri.

LieonsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon