Chapter 11 - That Strange Girl

265 37 0
                                    

  Hari sudah malam, dan besok adalah hari Selasa.

  Kyle meletakkan tubuhnya di kasur, rasa jengkel masih saja melekat karena ia baru saja dikejutkan.

  Memalukan, menurutnya.

  Tak bisa ia sangkal lagi, dulunya ia memang bukanlah pria yang percaya bahwa makhluk supernatural itu ada.

  Namun mengingat bahwa sekarang ia mengetahui ada makhluk di dunia ini selain manusia, ia mulai meragukan teorinya tersebut.

  Tiba-tiba, suatu kejanggalan yang ia rasakan saat shiftnya selesai terputar kembali di otaknya.

  "Gadis yang memesan tujuh roti besar itu...," gumamnya pelan.

  Ya, gadis dengan tujuh roti besar adalah kesan pertamanya.

  Namun, yang lebih penting dari itu adalah,

aura gadis itu yang sangat aneh dan terangnya kilat kedua matanya saat Kyle melihatnya sedang menundukkan kepala.

  Aku memang tak dapat menangkap dengan jelas wajahnya karena ia menunduk. Tapi yang pasti, kedua matanya benar-benar menyala dan menarik perhatian meski poni panjangnya menutupi., pikirnya.

  Suara ketukan pintu terdengar, membuatnya menolehkan kepala ke arah pintu. Namun, ia tak mempedulikannya, kepalanya ia palingkan dari pintu.

  KRIETT

  Suara deritan pintu terbuka membuatnya menoleh lagi, melihat siapa yang masuk.

  Gadis cantik dan imut tersebut masuk dengan tampang sedikit bersalahnya karena ia baru saja mengerjai pria yang ternyata tidak suka kejutan.

  Kyle mendengus, lalu duduk dan berdiri menuju ke kamar mandi, keberadaan Tiffanny tak ia anggap.

  Membuat gadis itu kesal dan merasa semakin bersalah.

  Saat pintu kamar mandi tertutup, Tiffanny mendudukkan tubuhnya di kasur, bermaksud menungguinya selesai mandi.
Terkadang ia berdiri berkeliling untuk sekadar melihat-lihat, lalu kembali duduk dengan tidak tenang.

  Tak lama kemudian, Kyle muncul dengan kaos kasual dan celana santai, ia berjalan begitu saja, tanpa melirik sedikit pun.

  "Hei, aku dan Samuel minta maaf," kata Tiffanny tiba-tiba.

  Kyle tak menyahutnya, ia melepas charger dari ponsel lalu mengambil earphone.

  Dengan gerakan yang cepat, ia menyambungkan benda itu ke ponsel dan kedua telinganya.

  Seolah kedua aksinya dalam mengeratkan earphone itu berkata bahwa ia tak tertarik pada keberadaan Tiffanny.

  Tiffanny yang melihat itu hanya menatapnya sebal, seolah earphone tersebut bersuara jauh lebih indah dari suaranya.

  Kyle duduk di kasur lalu meluruskan kaki, kedua matanya fokus pada layar ponsel.

  Sepertinya keberadaanku tak dianggap olehnya, pikir Tiffanny.

  Karena tidak ada suatu hal untuk dilakukan dan Kyle belum juga menganggapnya ada, ia berdeham sebentar lalu beringsut mendekati Kyle agar jarak di antara keduanya berkurang.

  Sesaat ia mulai merasa gugup, dan mulai menyesal kenapa dengan begitu bodohnya ia justru mendekati Kyle yang justru membuat ekspresinya menjadi tegang dan kaku.

  Namun, lama kelamaan Tiffanny menggeser posisinya lagi. Posisinya kini bisa dibilang menempel seperti parasit yang sedang menghinggapi tanaman.

  Jantungnya kini berdebar lebih cepat dari biasanya, ia ingin meminta maat. Namun, justru sekarang terasa sangat gugup dan canggung untuk meminta maaf.

LieonsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz