Jakarta, 28 September 2016

6.9K 287 6
                                    

SATRIA menginjak pedal gas mobil nya setelah mengambil kartu parkir Bandara. Mata nya melirik ke kanan dan ke kiri mencari tempat parkir yang kosong. Masa cuti nya telah habis. Dengan terpaksa Satria harus kembali kerja dan meninggalkan Dean di rumah Kak Bruno.

Satria turun dari mobil nya lalu berjalan menuju pintu bandara. Seorang satpam bandara membukakan pintu utama untuk para wisatawan dan juga Satria. Satria tersenyum manis ke Satpam tersebut. Lalu ia kembali melanjutkan jalan kaki nya. Baru lima langkah ia berjalan kaki. Handphone yang ia taruh di dalam saku dalam Jas nya bergetar. Satria mengeluarkan handphone tersebut lalu membaca nama yang tertera di layar nya. Setelah mengetahui sang penelpon Satria langsung mengangkatnya.

"Halo?" Suara wanita di sebrang sana. Yang tak lain dan tak bukan adalah Kak Saras.

"Iya Kak. Ada apa?" Tanya Satria.

-

Setelah menerima telepon dari Kak Saras. Satria langsung bergegas menuju tempat yang Kak Saras katakan. Satria memparkir kan mobil nya di halaman Rumah Sakit yang berada di daerah Jakarta. Setelah posisi nya cukup rapih Satria langsung turun dari mobil lalu berlari menuju pintu masuk Rumah Sakit tersebut.

-

Kening berkeringat. Raut wajah yang panik. Serta telapak tangan yang dingin. Itu lah yang di alami Satria sekarang. Kaki nya tidak bisa diam, ia terus saja bolak-balik di depan pintu ruang operasi. Sudah satu jam Dean berada di dalam sana. Kata Kak Saras.

"Beneran gak bisa masuk ke dalem?" Tanya Satria yang ke sekian kali nya kepada Kak Saras.

"Gak bisa Sat. Lagian Dean nya di bius total." Jelas Kak Saras yang sedang duduk di Kursi tunggu depan Ruang Operasi.

Satria mengangguk. Langkah nya masih tidak bisa berhenti. Kegiatan tersebut sudah ia lakukan selama satu jam. Kak Saras melirik Satria.

"Tenang aja Sat. Gak bakalan kenapa-kenapa kok." Ucap Kak Saras berusaha menenangkan. Satria mengangguk lalu duduk di kursi tunggu yang berada satu meter di hadapan Kak Saras.

"Bastian mana Kak?" Tanya Satria.

"Sama Mbak nya di rumah." Satria mengangguk kembali.

-

Cklek...

Pintu operasi di buka sangat lebar. Seorang suster keluar sambil mendorong tabung inkubasi bersprai pink dengan seorang bayi mungil di dalam nya.

"Tuan Satria Anggara?"

"Saya Sus." Satria langsung berdiri.

"Selamat ya bapak. Bayi nya perempuan." Suster tersebut menyalami Satria. Mata Satria langsung tertuju kepada bayi yang berada di dalam tabung inkubator. Mata nya berkaca-kaca.

"Isteri saya mana?" Tanya Satria kepada Suster itu, kembali.

"Isterinya ada. Tapi harus nunggu setengah jam sampai agak sadar, baru bisa kita pindah ke kamar rawat inap." Jelas Sang Suster. Satria mengangguk.

-

Satria's Diary

Hari itu adalah hari yang membahagiakan karena akhirnya saya bisa melihat buah dari hasil ke Complicated an cinta saya dan Deandra Anindita. Arocia Haqq Anggara. Arocia berarti Waktu. Haqq berarti Tepat. Anggara nama belakang saya Sendiri.

Dari yang awal nya kita bersahabat sejak kecil, lalu berpisah selama sembilan tahun, dan akhirnya di temukan kembali dengan status Dean yang sendiri dan saya bersama orang lain.

Hingga akhirnya saya memutuskan menjauhi Dean demi orang yang saya cinta pada saat itu. Tetapi karena terlalu sering saya sakiti. Orang yang saya cinta pada saat itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan saya dengan dia lalu memulai hubungan bersama sahabat Saya dan dia ketika SMA.

Sakit hati? Tidak. Saya tidak merasa sakit sama sekali karena hati saya untuk Dean bukan untuk mantan saya itu. Saya sempat ingin kembali ke Dean. Tetapi saya malu, karena saya telah menyakitinya. Dan juga pada saat itu Dean tengah dekat kembali dengan pria yang tidak saya kenal.

Saya tahu yang saya lakukan kepada Dean pada saat itu seperti karamel gosong. Dari awal yang manis berharap menjadi rasa yang pas tetapi malah berakhir pahit.

Tapi entah ilham dari Dewi Fortuna yang mana? Entah izin dari Semesta yang mana? Saya di pertemukan kembali dengan Dean di kota yang sama sekali tidak ada hubungan nya dengan kita. Dari situ saya sadar bahwa Dean di takdirkan untuk saya. Dan saya tidak boleh melepaskan nya kembali.

Sebenarnya Dean adalah cinta pertama saya. Cinta yang membuat saya bercita-cita menjadi seorang Pilot karena ucapan nya ketika kami kecil dulu. Ketika Dean bercerita ingin menjadi pilot saya selalu bercerita ingin membahagiakan orang yang saya sayang. Dia. Dan karena cita-cita nya, waktu kita selalu menjadi salah.

Mulai dari waktu bertemu saya dengan Dean dengan Status yang salah. Waktu menuju Bali yang salah karena saya memiliki jadwal terbang yang berubah-ubah. Hingga yang terakhir waktu melahirkan anak kami yang salah. Bayangkan saja. Saya sudah mengambil cuti melahirkan selama tujuh hari demi menemani Dean melahirkan. Tapi setelah tujuh hari saya mengambil cuti. Si calon bayi kami tidak kunjung keluar. Dan ketika saya memutuskan kembali bekerja. Saya di telepon kakak ipar saya bahwa Dean sedang melahirkan.

Belajar dari itu semua. Saya memutuskan untuk mengambil hikmah nya. Di balik waktu yang salah pasti ada kejutan yang tak terduga. Contoh nya. Setelah pertemuan kami yang tak tepat. Semesta mempertemukan kami kembali dengan status saling berpegang erat. Setelah waktu bertemu saya dan Dean di Bandara Ngurah Rai yang tak tepat, akhirnya Dean bisa selamat dari Bom bunuh diri pada saat itu. Dan yang terakhir akibat waktu melahirkan Dean yang tidak tepat, saya bisa tambah cuti satu hari. Hehe.

Cinta itu mengejutkan. Bila sekarang kamu di sakiti oleh pasangan mu. Anggap saja waktu kamu sedang tidak tepat. Mungkin di masa depan nanti kamu akan di persatukan kembali oleh pasangan mu itu. Atau mungkin dengan pasangan yang lain. Dan atau mungkin dengan sahabat mu sendiri.

Tidak ada waktu yang tak tepat. Yang ada hanya kita harus menunggu waktu yang lebih tepat.

-Satria Anggara

TAMAT BENERAN

Satria! (COMPLETED)Where stories live. Discover now