20

5K 261 41
                                    

DEAN menyiram tanaman yang berada di halaman rumah nya dan Kak Bruno. Sambil menyiram ia melihat jalan komplek yang berada di depan pagar rumah nya. Pikir nya perlahan terhanyut kepada kenangan indah nya bersama Satria yang sering kali melewati jalanan tersebut untuk menuju taman maupun supermarket depan komplek nya.

Mengingat saat ia dengan semangat nya menaiki sepedah untuk menuju taman guna menemui Satria. Saat ia dan Satria berjalan berdua menuju supermarket dan akhirnya Dean pulang dengan tiga puluh permen Chupa Cups yang di berikan Satria. Semua kenangan manis itu terputar di benak Dean. Setelah selesai menyiram tanaman. Dean langsung merapihkan selang dan berjalan meninggalkan halaman rumah nya. Menelusuri jalan komplek berbelok ke kanan dan ke kiri dengan fikiran yang entah ke mana.

Hingga akhirnya ia duduk di sebuah pendopo. Menatap benda-benda penuh kenangan yang berada di depan nya. Hati nya perlahan tersayat. Ia tidak rela jika harus kehilangan Satria untuk yang kedua kali nya. Dan entah mengapa firasat Dean selalu berkata bahwa Satria akan meninggalkan nya. Tapi Dean amat sangat tidak rela jika Satria meninggalkan nya, karena kali ini berbeda. Satria akan meninggalkan Dean dengan sejuta kenangan manis yang ia berikan.

Dean ingin menangis tapi tidak bisa. Ia tidak mengerti bagaimana cara meluapkan ke galau an nya tersebut. Sehingga ia hanya diam dan menikmati setiap sayatan yang berada di hati nya.

Hingga seseorang duduk di samping Dean. "Aku cari di rumah. Kamu gak ada." Jelas Pria tersebut.

Dean menolehkan kepala nya menuju pria yang mengajak nya bicara. Pria itu tersenyum manis. "Kamu kok tau aku di sini, Sat?" Tanya Dean. Sungguh Dean sangat senang akhirnya ia bisa bertemu dengan Satria lagi. Dean merasa sangat Rindu. Tapi dia tidak bisa mengatakan nya. Ia tidak mau terlihat sangat mengharapkan cinta dari Sahabat nya.

"Tadi aku ke rumah kamu. Dan kamu enggak ada. Dan Kak Bruno juga enggak tau kamu ke mana. Dan firasat aku kamu di sini." Jelas Satria. Setelah menjelaskan kini Satria bingung bagaimana cara ia berpisah dengan Dean. Jujur Satria tidak ingin berpisah dengan Dean. Tetapi Satria juga tidak ingin larut dalam harapan yang palsu. Dean sudah bahagia dengan Nuga. Ini saat nya ia untuk pergi dan menemukan kebahagiaan nya.

Mereka terhanyut dalam keheningan. Si wanita sedang memikirkan cara ia mengungkapkan rasa rindu yang menyelimutinya. Sementara sang pria sedang memikirkan bagaimana cara ia mengucap pisah. Perpisahan yang sangat susah untuk di lakukan.

"Kenapa apartement kamu, kamu sewa-in?" Dean memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti. Sementara Satria yang mendengar pertanyaan tersebut langsung memikirkan alasan yang bisa ia berikan kepada Dean.

"Aku di pindahin tugas. Jadi aku lebih sering di Ngurah Rai dari pada di Soetta." Satria berbohong. Dia belum di pindahkan. Tetapi Satria berencana untuk pindah.

Mendengar penjelasan Satria raut wajah Dean berubah murung. "Oh gitu." Dean menundukan kepala nya. Lalu menegakkan nya kembali dan tersenyum sambil berkata. "Semangat terus ya Capt!" Seru nya dengan tangan kanan yang di kepalkan lalu di angkat memberi semangat kepada Satria.

"Semangat!" Balas Satria sambil mengepalkan tangan nya juga lalu kepalan nya tersebut di tabrak kan ke kepalan tangan Dean layak nya sebuah Tos-an.

"Tapi kita bakalan ketemu lagi kan Sat walaupun kamu pindah tugas?" Tanya Dean. Tangan nya perlahan mengendur dan kembali ke tempat asal nya.

"Pasti. Pasti kita bakalan ketemu." Jawab Satria dengan senyuman kebohongan. Ia sendiri pun tidak tahu. Mereka akan bertemu kembali atau tidak. Seandainya mereka bertemu kembali pasti keadaan nya sudah berbeda dan status yang berbeda pula. Dan otomatis semuanya tidak akan sama seperti sekarang. "Yaudah. Udah yuk kita pulang. Di cariin Kak Bruno tuh." Ajak Satria.

Satria! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang