22

4.5K 240 13
                                    

DEAN menatap sebuah layar berkain putih yang terpantulkan sebuah cahaya warna-warni yang menghasilkan gambar dari peran beberapa aktor yang di kemas dalam sebuah film dengan senyuman di bibirnya. Sudah satu bulan lebih ia menunggu film karya Raditya Dika ini. Film yang mengisahkan tentang kisah cinta sang penulis yang penuh dengan humor menggelitik.

Sama hal nya dengan Dean. Nuga pun menikmati film tersebut. Awal nya Nuga mengira bahwa film ini akan berjalan dengan membosan kan. Karena Nuga lebih tertarik menonton film action atau horor dari pada menonton film comedy seperti ini. Tetapi mendengar Dean yang menceritakan sinopsis film tersebut dengan semangat dan ceria. Akhirnya Nuga menuruti keinginan Dean untuk menonton film "Marmut Merah Jambu".

-

"Gila, lucu banget ya itu si Bertus. Papa nya Ina sampe di setrum gitu." Ya. Sejak keluar dari bioskop Dean terus-menerus mencerocos layak nya burung pipit yang kelaparan. Menertawai perilaku konyol sang aktor dari film yang baru saja ia tonton. Untuk menghargai akhirnya Nuga hanya berkata "Iya."

Kini mereka sudah berada di café milik Nuga. Mereka pun melangkahkan kaki nya menuju kursi yang berada di pojok café. Tempat favorite Dean karena memiliki gambar wallpaper yang mereka sukai. Wallpaper bergambar penari jawa.

-

Ada sebuah cerita yang membuat Dean suka dengan penari Jawa. Dahulu saat Dean ber-usia tujuh tahun ibu nya adalah seorang guru tari di sebuah sanggar Tari Jawa. Dulu Dean selalu mengantar ibu nya menuju sanggar tersebut. Saat ibu nya mengajar nari di sebuah pendopo yang terdapat di sanggar tersebut. Dean lebih memilih menuju pojokan pendopo yang terdapat banyak alat musik tradisional. Dean memainkan gamelan menemani Om Suyono untuk mengiringi tarian tersebut. Dean tidak memiliki bakat ibu nya yang bisa menari Jawa dengan gemulai. Dean menuruni bakat ayah nya yang bisa main beberapa alat musik tradisional.

Suatu hari, setelah selesai mengajar menari ibu nya menghampiri dia dan memberikan secarik kertas bertuliskan tangan yang berisi sebuah sajak indah buatan ibu nya. Dean membaca nya.

"Pada sepenggal sajak ini
Biarkan aku merias diri
Bermain alis di antara gerimis
Jadi penghibur penghilang tangis

Pada sepenggal sajak ini
Ku beri nyawa seorang lelaki
Yang akan menemani ku menari
Dengan gerimis dan musik klasik

Biar hujan menjadi saksi
Dan angin tersenyum manis
Dalam sajak ini biarkan aku menjadi penari
Dengan angin sebagai lelaki"

Ibu nya menatap Dean dengan senyuman manis terukir di wajah nya.

"Bagus bu." Puji Dean. Ibu nya langsung memeluk Dean dan berkata terimakasih atas pujian yang Dean berikan.

"Boleh Dean simpan?" Tanya Dean dengan tatapan memohon.

"Boleh." Jawab ibu nya sangat antusias. "Mau di simpan di mana?" Tanya ibu nya.

Dean menautkan kedua alis nya. "Andai Dean punya dompet seperti ibu. Pasti kertas ini akan selalu ada di dompet Dean dan tidak akan hilang." Ucap Dean kecil.

"Ya sudah. Sajak nya di taruh di dompet ibu aja. Nanti kalau Dean sudah besar dan sudah punya dompet. Dean boleh ambil." Tawar ibu nya. Dean langsung setuju dengan tawaran tersebut.

Sepeninggal ibu dan ayah nya. Dean membuka dompet milik ibu nya. Dan ajaib nya. Sajak itu masih tersimpan di dompet tersebut. Lalu Dean memindahkan kertas usang bertuliskan Sajak buatan ibu nya tersebut ke dompet milik nya. Dan kertas tersebut selalu Dean bawa ke mana pun hingga saat ini.

-

"Satu frapucinno dengan tambahan cream dan satu waffle ice cream." Ucap Nuga sambil menaruh satu nampan berisi makanan yang baru saja ia sebut kan.

"Yey!" Teriak Dean dengan girang nya.

Nuga pun duduk di hadapan Dean. Menyeruput Black Coffee yang ia bawa dari dapur café nya. Lalu bertanya. "Kamu yakin gak mau makan?"

"Kaya nya pertanyaan ini lebih cocok aku tujukan kepada Tuan Nugraha. Bapak belum makan tapi udah minum kopi aja. Yakin gak bakalan maag?" Tanya Dean.

"Aku kuat kali Dee. Gak ada yang nama nya sakit di kamus hidup ku." Jawab Nuga dengan santai nya.

"Yaa terserah aja sih ya." Balas Dean.

Nuga kembali menyeruput kopi nya. Sementara Dean tengah serius melahap waffle milik nya. Hening menyelimuti mereka, tergantikan oleh lagu Endah N'Rhesa yang berjudul When You Love Someone mengalun melalui speaker yang terpasang di setiap sudut café.

"Dee?" Dean yang merasa terpanggil langsung menegakkan pandangan nya kepada Nuga yang tadi memanggil nya.

Nuga tidak melanjutkan pembicaraan nya. Akhirnya Dean memutuskan untuk bertanya "Kenapa?" Satu potong waffles berlumur ice cream Dean masukkan ke dalam mulut nya.

"Gimana kabar beasiswa yang kamu ambil?" Seminggu yang lalu Dean bercerita kepada Nuga melalui SMS bahwa ia ingin mengambil beasiswa kedinasan. Tetapi baru hari ini Dean mencoba test online.

Dean merasa sangat senang jika mendapatkan pertanyaan yang menyangkut beasiswa yang belum tentu ia dapatkan. "Iya. Pengumuman nya dua minggu lagi. Semoga aku bisa dapet beasiswa itu." Ujar Dean.

Sebenarnya dari lubuk hati Nuga yang paling dalam ia tidak rela jika harus berpisah lagi dengan Dean. Selama setahun terakhir ia bersama Dean. Perasaan yang dulu pernah ada muncul kembali.

-

Satria menaruh koper berisi baju-baju nya di atas kasur empuk bersprai putih. Mulai hari ini ia akan tinggal di rumah kakek nya menemani sekaligus mengawasi Esa. Satria merebahkan tubuh nya di atas kasur tersebut.

Pikiran nya melayang menuju satu tahun lalu. Saat terakhir kali ia berkunjung ke rumah ini. Dan sepulang dari Jogja ia kembali ke Jakarta untuk menyewakan apartement nya. Satria memutar tubuh nya menghadap tembok. Bayang-bayang terakhir kali nya bertemu dengan Dean terngiang di kepala nya.

Sudah tiga belas Hari Kita ia lewati tanpa Dean. Hati Satria bertanya. Apa kabar Dean di sana? Sejak terakhir kali ia bertemu di rumah Dean. Satria memutuskan hubungan nya dengan Dean. Satria tidak pernah menanyakan atau mengirim pesan kepada Dean. Begitu juga Dean, ia tidak pernah mengirim pesan kepada Satria. Walaupun hanya sekedar menanyakan kabar. Apa mungkin ia bisa bertemu dengan Dean lagi? Seandai nya bertemu pasti Dean sudah tidak ingin berbicara dengan nya. Karena sudah satu tahun ini ia dan Dean tidak saling berkomunikasi.

Satria tidak ingin memikirkan nya. Tetapi, pikiran itu sering kali datang menghinggapi Satria. Satria tidak mengerti harus bagaimana. Ia hanya bisa menjadi aktor yang menjalani dan menikmati skenario perjalanan hidup nya yang ia buat sendiri.

-

YEY! GAK GREGET YAA. MAAF LAGI NGALOR NGIDUL. TUNGGU PART SELANJUTNYA YAA. BAKALAN ADA YANG GEREGET. DON'T FORGET VOTE AND SHARE!

You've got a message from Author :
Yang mau rekomendasiin Dean dan Nuga nya boleh comment nama instagram orang yang kamu rekomendasiin buat jadi Dean dan Nuga. Thankyou!
-Syane Ir

Satria! (COMPLETED)Where stories live. Discover now