3

8.9K 455 3
                                    

DEAN mengikat kan tali sepatu nya. Lalu ia berlari mengejar Satria yang sudah jalan jauh di depan nya. Setelah berhasil mengejar, Dean pun mensejajarkan langkah nya dengan Satria.

"Mau kemana sih?" Dean menarik lengan baju Satria.

"Ikut aja." Satria mengeratkan jaket yang ia kenakan. Terus berjalan dengan Dean yang jalan sejajar di samping nya. Berbelok menelusuri jalan perumahan, hingga akhirnya sampai pada supermarket yang berada di depan komplek. Satria membuka pintu lalu berjalan masuk di ikuti Dean di belakang nya.

"Ngapain sih?" Dean berhenti sejenak. Satria tidak memperdulikan pertanyaan Dean, ia langsung berjalan ke meja kasir dan mengambil tiga puluh buah permen Chupa Cups stroberi lalu membayar nya. Dean yang melihat nya tak bergeming. Setelah membayar permen yang ia beli, Satria lalu berjalan keluar supermarket. Tak lupa Dean yang ia gandeng berjalan keluar.

"Banyak banget permen nya." Ucap Dean dengan mata yang berbinar.

"Kesukaan kamu kan? Nih.." Satria memberikan plastik berisi tiga puluh permen itu kepada Dean.

"Banyak banget.. engga ahh nanti aku batuk." Dean hanya diam, belum menerima plastik tersebut.

"Ya makan nya satu hari sekali makannya, jangan satu hari lima permen." Jelas Satria. "Peraturan nya kamu makan satu hari sekali, pokoknya di next meet up kita. Kamu harus masih punya sisa satu permen."

"Kenapa harus permen?" Dean akhirnya menerima plastik tersebut.

"Kalo permen kan bisa kamu makan sama bawa tiap hari, coba kalo boneka. Nanti kamu gak bisa bawa ngajar di SD. Anggep aja setiap permen yang kamu makan setiap hari itu, pengingat kamu ke aku. Hehe..." Dean yang mendengarkan penjelasan Satria akhirnya hanya tersenyum dengan pengingat yang Satria berikan, sangat aneh. Pikirnya.

"Oh iya Sat, next meet up kamu bantuin aku ya.." Dean menggengam tangan Satria lalu memasang wajah rayuan maut nya.

"Bantu apa?"

"Next meet up aku minta bantuan kamu. Buat bantu aku pindahan."

"Pindahan?"

"Iya, aku gak enak sama Kak Bruno dan Kak Saras kalau aku masih tinggal sama mereka. Aku bakalan tinggal di Apartemen peninggalan papa." Jelas Dean. "Kebetulan banget orang yang ngontrak di Apartemen papa seminggu lagi keluar. Jadi aku bisa tinggal di sana."

"Kamu gak takut sendiri?"

"Ngapain takut, aku udah gede kali Sat." Jelas Dean sambil memanyunkan bibir nya. Satria yang melihat ekspresi dan perkataan Dean hanya bisa tersenyum gemas.

-

Esok nya Dean menjalani hari seperti biasa, menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Dasar Negeri yang berada di daerah Jakarta Timur. Dean melangkahkan kaki nya ke dalam kelas 1B. Tersenyum memamerkan jajaran gigi nya yang rapih sambil berucap "Selamat Pagi Anak-anak!"

Tidak ada jawaban dari Salam Pagi yang Dean ucap kan. Dean pun menjuruskan pandangan nya ke seluruh kelas yang tengah ricuh. Bimo dan Luna yang sedang berantem memperebutkan pensil, Dika yang menangis karena tidak ingin berpisah dari ibu nya, dan Kiya yang sedang menarik baju Dean.

"Anak-anak, ayo duduk dulu ya di tempat nya." Intruksi Dean. Akhirnya semua nya mendengar, lalu duduk di tempat masing-masing.

"Ibu guru! Ibu guru!" Kecuali Kiya. "Hari ini kita belajar apa?" Tanya anak itu dengan mata yang berbinar.

"Kiya duduk dulu yaa, nanti ibu kasih tau."

Satria! (COMPLETED)Where stories live. Discover now