29

5.3K 318 15
                                    

SATRIA menatap pintu rumah yang berada di hadapan nya. Ia ingin mengetuk pintu itu. Tetapi tangan nya tertahan. Ia ragu. Tapi mau bagaimana pun juga, Satria harus berani. Ia tidak rela jika ia kehilangan start untuk yang ke sekian kali nya. Satria mengetuk pintu tersebut. Seorang wanita membuka pintu tersebut sambil tertawa. Pipi nya memerah bagaikan buah jambu yang sudah matang.

Satria menatap wanita tersebut dengan tatapan heran. Sementara wanita itu masih tertawa. "Wajah mu lucu kalau lagi ragu-ragu." Ucap Dean.

Dean yang sedari tadi menatap Satria dari balik jendela hitam yang berada di kanan pintu kontrakan nya. Satria tersenyum kikuk. Tangan nya otomatis menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Udah siap?" Tanya Satria.

"Menurut kamu?" Tanya Dean. Satria menatap Dean dari atas hingga bawah. Sebuah dress span berbahan kaus se-betis berwarna abu-abu membaluti tubuh nya. Sepatu kets putih yang ia pakai saat bertemu di depan Gudeg Asri, sudah membaluti kaki nya. Sling Bag berwarna putih sudah melingkar di bahu nya. Rambut nya hanya ia gerai seperti biasa dan tak lupa sebuah kacamata berframe hitam sudah ia kenakan.

"Udah siap. Ya udah yuk!" Ajak Satria.

-

Sepuluh menit awal mereka berdua di selimuti suasana sepi. Dean merasa bosan. Akhirnya ia mengambil permen ChupaCups dari dalam tas nya. Membuka bungkus plastik yang menyelimuti permen tersebut lalu memakan nya.

Satria yang mendengar kebisingan suara plastik langsung melirik sumber penghasil suara tersebut. "Masih suka ChupaCups?" Tanya Satria.

Dean menautkan kedua alis nya. Sejak kapan ia berhenti menyukai ChupaCups? Ya... Sejak Satria tidak ada. Sejak saat itu tidak ada yang membelikan nya ChupaCups lagi. Bukan Dean tidak memiliki uang untuk membeli nya sendiri. Tetapi saat ia berada di supermarket ataupun warung dan menemukan permen tersebut, ia tidak memiliki gairah untuk membeli nya. Tetapi entah mengapa kemarin ia ingin sekali membeli nya.

"Yeh enggak di jawab." Ucap Satria membuyarkan lamunan Dean. Tatapan Dean langsung tertuju kepada Satria. Entah mengapa Dean sekarang sering kali jengkel kepada Satria. Satria sudah berbeda. Ia menjengkelkan, tidak manis seperti saat pertama kali mereka bertemu. Kini Dean merasa heran. Mengapa Satria yang katanya Sibuk dengan pekerjaan atau pacar nya ini bisa memiliki waktu untuk mengajak nya jalan. Tunggu! Pacar? Kemana pacar nya? Apa mungkin Dean akan di pertemukan dengan pacar nya Satria untuk menjalin hubungan yang baik sebagai sahabat nya Satria? Dean jadi memikirkan yang tidak-tidak. Tapi bagaimana pun itu Dean harus memastikan nya.

"Satria!" Panggil Dean lalu ia menggumam. "Sebenarnya kenapa kamu ngajak aku jalan? Kenapa kamu enggak ngajak pacar kamu aja?"

"Aku enggak punya pacar Dee." Jawab Satria.

Dean membulatkan kedua mata nya. "Loh terus satu bulan ini kamu ninggalin aku demi apa?" Tanya Dean dalam hati. "Oh gitu. Terakhir kali nya pacaran kapan?" Ucap sekaligus tanya Dean. Dean langsung memalingkan wajah nya, malu akan pertanyaan yang ia anggap sangat KEPO BANGET . Pipi nya memanas, itu tanda pipi nya akan memerah.

"Tiga belas bulan yang lalu." Dean membulatkan mata nya. Berarti saat Satria meninggalkan diri nya.

"Oh gitu." Respon Dean sambil mengangguk-anggukan kepala nya. Dean tidak mau membahas ini. Tapi Dean sangat penasaran mengapa Satria meninggalkan nya sementara ia sudah putus hubungan bersama kekasih nya. Dean berfikir sejenak. Dan....

Tidak menemukan jawaban nya.

Dean memalingkan pandangan nya ke kaca mobil kembali, melihat jalanan kota yang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Hingga mereka sampai di tempat yang Satria tuju. Satria sudah keluar dari mobil nya. Lalu berjalan mengitari depan mobil. Saat berada di depan mobil, ia memberi isyarat dengan tangan nya. Isyarat agar Dean menunggu.

Satria! (COMPLETED)Where stories live. Discover now