Chapter 31

5.5K 347 6
                                    


Setelah melihat pisau yang berada di tanganku, bibi Lamia langsung melangkahkan kakinya mundur ke belakang. Sepertinya, ia berusaha membuat jarak denganku. Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku pahami. Terlihat ada kerutan di dahinya. Mulutnya pun sedikit terbuka mungkin karena ia terkejut dengan pisau yang aku genggam sekarang. Tapi, ia berusaha untuk tetap tenang dan mengajakku kembali berbicara.

“Apa wanita itu menyuruhmu untuk membunuhku Leia?” tanyanya.

“Menurutmu bagaimana?” Tanyaku sambil terseyum.

Aku mendekatinya dengan perlahan. Namun, ia tidak bergeser atau berpindah sedikitpun dari tempatnya. Hey, apa dia fikir aku bercanda untuk membunuhnya?

“Leia, aku ingin memberitahumu satu hal,” ucapnya dengan sangat cepat.

“aku tidak peduli,” tukasku.

“Leia,” ucapnya lirih.

“Diam bibi Lamia!” Bentakku sambil mengarahkan pisau itu kepadanya.

“Leia dengar, sebenarnya aku ini adalah ibu tirimu,” ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.

Suasana pun menjadi hening. Sesaat aku memilih untuk diam dan berusaha untuk mencerna kata-kata yang barusan ia ucapkan kepadaku.

Dia adalah ibu tiriku? Haha, apa sih yang sebenarnya ia katakan?

"Kau adalah ibu tiriku?" tanyaku mengulangi pernyataannya. Tapi, wanita itu malah diam dan tidak menjawab.

“Hey, Lamia. Kau ini bicara apa sih? Membuatku ingin tertawa saja.” Dengan mudahnya ia mengatakan bahwa dirinya adalah ibu tiriku? Tidak, ini tentu saja tidak mungkin. Dia tidak akan bisa membohongiku dengan alasan seperti itu.

“Mengapa kau tertawa? Aku berkata yang sebenarnya Leia.” Aku menatap wanita itu dan dia juga menatapku dengan pandangan yang kosong. Aku terdiam sambil memandangi keseriusan yang terlukiskan di wajah bibi Lamia. Dengan cepat, wanita itu  melepaskan kalung yang ia kenakan.

“Lihatlah!” Ucapnya, sambil melempar kalung itu ke arahku.

Aku meraih kalung yang tergeletak persis di samping kaki kananku. Aku perhatikan dengan teliti cincin yang menjadi bandul kalung itu. Cincin ini terbuat dari perak dan terdapat tiga buah berlian yang menurutku indah.

Satu yang terbesar terdapat di tengah dan dua lainnya berada di setiap sisinya. Di bagian dalam kalung itu terdapat sebuah ukiran nama seseorang. Ukiran nama ini sangat kecil sehingga aku harus mendekatkan jarak pandanganku.

Carter Lamia

Apa ini? "Carter "
Itu, bukankah nama ayahku?
Sejak kapan? Sejak kapan ia menikah dengan ayahku? Kenapa ayah tidak pernah memberi tahuku? Bukankah ayah sudah berjanji kepada ibu untuk tidak menikah lagi?

Pertanyaan-pertanyaan itu seketika menumpuk di dalam pikiranku. Pasti ini semua karena ulah wanita ini!

“Kau bohong bibi Lamia!” Bentakku kepadanya sambil melemparkan kalung itu ke arahnya. Air mataku pun keluar tidak tertahankan.
 
“Leia..,” ucapnya sambil melangkah mendekatiku. Kemudin wanita itu, mengusap bahuku dan memelukku dengan erat.

“Kau puaskan sekarang?” Tanyaku  sambil menahan amarahku. Rahang rahangku mengeras, kedua tanganku pun mengepal dengan erat. Aku rasa sekarang kesabaranku sudah habis.

"Menjauh dariku! Aku tidak sudi mempunyai ibu tiri sepertimu!"

Aku dorong tubuh wanita itu, lalu aku segera arahkan pisau itu ke perutnya.
Namun, tusukkan ku meleset mengenai tangan kirinya. Wanita itu berhasil mengelak dengan cepat. Aku mendengar suara bibi Lamia yang merintih, menahan sakit. Darah mengucur deras dari tangan kirinya. Dia memanggil namaku berulang-ulang sambil menangis.

"Leia.. aku mohon dengarkan perkataanku. Aku sayang padamu Leia. Aku menikahi ayahmu karen.. AHHGG!"

Sial, wanita itu terus saja menghindar dariku. Sekarang, tangan kanan wanita itu sobek karena menangkis pisauku dengan tangannya.

"Bibi Lamia, tidak bisakah kau diam? Jika kau terus seperti itu, kau akan kesakitan dan terus tersiksa. Bukankah lebih baik jika kau diam dan lebih cepat mati? Kesakitanmu akan berkurang bukan?"

"Untuk a..apa?" Tanya wanita itu.

"Maksudmu?"

"Untuk apa kau membunuhku Leia?" ucapnya dengan suara yang bergetar dan nafas tidak teratur. Sekarang ia menyenderkan tubuhnya ke tembok. Aku rasa wanita itu akan mati kehabisan darah dengan sendirinya.

"Karena kau, ayah dan kakakku mati! maka dari itu aku harus membunuhmu agar mereka semua bisa kembali."

"ppfffffttt, haha! kenapa kau bodoh sekali anakku? padahal setiap hari aku sudah membuatkanmu makanan yang sehat" Wanita itu malah menertawaiku dan mengatakan kalau aku ini bodoh.

"Kau pikir aku ini apa Leia? Untuk membunuhmu saja, aku tak sanggup.  Dengarkanlah, jika ayah dan kakakmu mati, itu karena memang sudah waktunya mereka pergi. Kau pikir dengan membunuhku, kau bisa menghidupkan mereka? kau pikir kau siapa? kau Tuhan?"

"TUTUP MULUTMU!" teriakku.

"Atau kau pikir aku ini Tuhan yang bisa menentukan umur manusia? Kau bahkan tidak bisa membunuh Tuhan untuk mengembalikan ayah dan kakakmu!"

"Seharusnya, kau bisa hidup lebih lama jika kau menutup mulut dan  memilih untuk diam. Maafkan aku bi," ucapku sambil menusukkan pisau ke perut bibi Lamia.

Dalam keadaan seperti itu, bibi Lamia tetap memelukku. Aku bahkan bisa merasakan darah yang keluar dari perut bibi Lamia. "Leia, cepatlah larii.. te..temui kembaranmu Leonni. Ka..u bisa menemukan alamatnya di balik fotonya."

Apa? aku mempunyai saudara kembar?

To be Continued...

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang