Prolog

28.1K 1.3K 70
                                    

"Gelap."

"Dimana ini?'

"Apakah aku sudah mati?"

Aku membuka mataku dengan perlahan. Sesaat, aku termenung sambil menatap gelapnya langit yang berada di atasku. Mungkin ini mimpi dan sebentar lagi aku akan terbangun.

Tidak, ini bukan mimpi. Hembusan angin yang menerpa pipiku terasa nyata. Rasa sakit di kepalaku juga terasa sangat menyakitkan.

Ternyata, aku tengah terbaring di suatu tempat yang menurutku terasa sangat asing. Sekilas, aku hanya melihat langit dan ruangan kosong. Aku seperti terkurung di sebuah kotak yang tidak memiliki atap.

Aku mulai mengerjap-ngerjapkan mataku sekali lagi agar pengelihataku dapat lebih fokus. Ku tatap keadaan di sekitarku.

"Tidak ada apa-apa. Hanya aku sendiri," batinku.

Gelap dan sunyi. Hanya ada kegelapan di sekelilingku. Aku terjebak di ruangan yang tidak berujung ini. Aku mencoba untuk duduk dan meraba dimana diriku tengah berpijak.

"Ini hanya serpihan tanah yang gersang," ucapku sambil menepuk-nepuk kedua tanganku untuk membersihan serpihan tanah yang menempel pada kulitku. Tanah yang kering dan bahkan hampir seperti menyerupai pasir.

Aku mencoba untuk berdiri sembari memegangi kepalaku yang terasa sakit. Aku harus keluar dari sini bagaimana pun caranya. Aku berusaha menjaga keseimbanganku agar tidak terjatuh.

Aku berjalan tertatih sembari mengangkat gaun tidurku. Sesekali aku juga menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memperhatikan keadaan di sekitarku.

Saat ini, telah timbul banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikiranku. Aku bertanya-tanya, sebenarnya sedang berada dimana aku? Mengapa semuanya gelap? Dimana ayah dan juga kakak?

"Aku takut sendirian," ucapku lirih.

Air mata mulai timbul dari tiap sudut mataku. Aku pandangi setiap ujung kakiku ketika aku melangkah. Aku hanya merasa harus waspada. Bagaimana jika di depanku terdapat jurang? Menurutku, mati dengan cara seperti itu sangatlah tidak seru.

Saat ini, di dalam pikiranku. Aku hanya berharap dapat menemukan sebuah pintu atau apapun yang bisa membuatku keluar dari ruangan yang tak berujung ini.

Entah mengapa udara disini juga semakin sesak dan juga terasa lembab. Tanah kering yang aku injak tadi, lama-kelamaan berubah menjadi tanah yang basah. Jujur saja, keadaan ini semakin membuatku takut.

Aku putuskan untuk berlari. Aku mulai berlari dan terus berlari tanpa tujuan yang pasti. Ketakutan mulai menguasai diriku.

Tidak tahu ini hanya perasaanku atau memang begitu kenyataannya. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengikutiku dari belakang.

Napasku menjadi tidak beraturan dan ini sangat menyesakkan. Aku putuskan untuk berhenti sebentar. Aku mulai mengatur napasku berharap dapat kembali normal. Aku melihat sekelilingku sekali lagi. Namun tetap tidak ada yang berubah dan tidak ada siapapun di belakang sana.

Aku merasa putus asa dengan apa yang terjadi padaku saat ini. Apakah ada orang yang sedang mempermainkanku? Aku hanya berharap ini akan segera berakhir.

Tanpa sadar, aku terus menangis karena merasa sangat putus asa. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk. Kakiku mulai lemas dan sakit untuk berjalan. Aku memeluk kedua lututku dan terus menyebut nama ayah dan juga kakakku.

Tiba-tiba, aku melihat sebuah cahaya. Cahaya terang seperti bintang jatuh. Tanpa ragu, aku segera berlari mengejar cahaya itu. Aku terus berlari tanpa memperdulikan sekelilingku lagi.

"Ahh!" pekik ku.

Mendadak saja gaunku tersangkut dan hal itu membuatku jatuh.

"Tunggu dulu! Apakah benar ini tersangkut?" Aku memastikannya sekali lagi. Aku raba gaunku dan mencari benda yang menyebabkan gaun tidurku tersangkut.

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang