Chapter 21

6.2K 408 1
                                    


"Bibi Lamia apa kau masih di dalam ?". Aku mengetuk pintu kamarku yang sedari tadi terkunci dari dalam. Apakah bibi Lamia sedang tidur ?

Aku mengetuk pintu kamarku sekali lagi. "Bibi Lamia tolong buka pintunya". Aku panggil wanita itu untuk kesekian kalinya dan akhirnya bibi Lamia membukakan pintunya lalu setelah aku masuk, ia menutup dan mengunci pintunya kembali. Loh bibi kenapa?

Dari tadi bibi Lamia hanya menatapku tanpa banyak bicara. Karena merasa ada sesuatu yang aneh, akhirnya aku memulai percakapan terlebih dahulu.

"Bibi Lam...."

PLAAKKKKKK

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tangan bibi Lamia sudah mendarat di pipiku. Aku langsung menatap wajahnya yang memerah menahan marah, aku tidak percaya bibi Lamia menamparku!

"Bibi, apa yang kau lakukan? Apa kesalahan yang aku perbuat?!" Tanyaku dengan nada meninggi.

"DIAM KAU LEIA! KAU MAU TAU APA KESALAHANMU? LIHAT BUNGA LILY ITU! KENAPA KAU MEMBAWANYA KE RUMAH INI TANPA SEIZINKU? HAH?". Bentaknya. Mata indahnya pun ikut berubah karena itu.

"Kenapa? apa salahnya bi? Itu hanya sebuah bunga. Aku mendapatkannya dari seorang nen.."

PLAAKKKKKK

Sekali lagi dia menamparku! Pipi ini mulai terasa perih dan mungkin sudah memerah.

"Aku tidak mau tau Leia! Bibi mau, kamu membuang bunga itu sekarang!"

"Apa hak mu menyuruhku seperti itu bibi Lamia? Kau tau, ayah dan ibuku pun belum pernah memperlakukan ku seperti ini, apa lagi sampai menamparku! Kau itu wanita jahat!"

"Apa kau bilang!?". Kedua tangannya memegang bahuku dengan kencang hingga tubuhku terguncang. Matanya pun melotot kearah ku.

"Kau wanita jahat bi! Kau sudah membunuh anak itu dan juga ibu mu sendiri. Apa lagi namanya kalau bukan jahat?!". Senyum menyeringai tergambar di wajahku. Jujur saja aku tidak tau apa yang aku katakan, aku hanya mengucapkan apa yang aku lihat di dalam rumah ini dan ucapanku barusan sepertinya sukses membuat bibi Lamia tersentak. Aku bisa melihat jelas di wajahnya.

"Apa kau punya buktinya?". Bisiknya pelan dan menantang, lalu ia pergi meninggalkanku.

Argggghh! Kepalaku rasanya mau pecah. Selera makanku tiba tiba menjadi hilang. Aku akan menceritakan semua kejadian ini pada ayah. Aku menyeka air mataku lalu aku membawa Jacob pergi dari kamar ini.

Kini aku berada di halaman belakang, aku fikir ini lebih baik untuk menenangkan pikiranku.

Aku duduk di atas rerumputan dan bersandar pada batang pohon pinus bersama dengan Jacob. Dia terus berguling guling dan sesekali menatap kearahku.
Rasa kesalku sedikit berkurang karenanya.

Ggggrrrrrr... Gggggrrrr.....Gggrr.. Guk.. Guk.. Guk..

Jacob?
Kau?
Aku tidak percaya, Jacob akhirnya bisa menggonggong.
"kau tidak bisu lagi sekarang" ucapku. Aku gendong dan aku peluk dia dengan erat.

Gggrrrr...Gggggrrr..Gggrrr

Tapi, Jacob malah menggeram seakan akan mencoba melindungi diri dari musuh.
"Hey, aku hanya memelukmu. Kau itu kenapa Jacob?".

Apa yang membuatnya menggeram seperti itu bahkan sampai sampai ia bisa menggonggong?

Kepalanya terus mendongak ke atas. Dia melihat sesuatu! Ya aku yakin.

Aku ikuti arah pandangan Jacob, dan pandangan itu membawa mataku kearah jendela yang berada di dekat balkon.

Aku baru tersadar akan sesuatu hal. "Hah? Jendela ini kan? Jendela yang ada di mimpiku tadi malam".

To be continued..

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang