Chapter 9

8.1K 543 0
                                    


Pandanganku gelap.

Dan kembali lagi.

Lama kelamaan kegelapan itu memudar dan menjadi sebuah cahaya yang menyilaukan. Aku tersadar bahwa aku baru saja bangun dari tidurku. Aku membuka mataku dengan perlahan dan aku sadari bahwa semua kejadian yang aku alami itu hanya mimpi buruk.

"Mimpi lagi?" Keluhku. Tapi, aku bersyukur karena itu semua hanya sebuah mimpi buruk dan sekali lagi mimpi itu terasa seperti nyata.

Aku langkahkan kakiku menuju jendela dan membukanya. Berharap cahaya matahari bisa masuk ke dalam kamarku. Aku merasa bahwa aku bangun kesiangan. Tapi kenapa tidak ada orang yang membangunkanku?

Aku segera merapikan tempat tidurku terlebih dahulu sebelum turun ke bawah. Namun, langkah kakiku berhenti sesaat tepat di depan meja rias putih di samping ranjangku. Aku melihat, ada sesuatu yang mengganggu pengelihatanku.

Aku perhatikan wajahku di depan cermin.

"Aw," pekikku pelan ketika memegang dahiku.

Ini sakit ketika disentuh, aku singkirkan poni yang menutupi bagian atas dari wajahku dan ternyata dahi dan pelipisku ini biru. Ini kenapa? Apa mungkin ini karena pukulan palu itu?

"Tidak tidak tidak! Itu semua hanya mimpi Leia."

Aku mencoba menepis semua itu. Lebih baik aku segera mandi dan turun ke bawah.

***

Dap

Dap

Dap

Aku menuruni anak tangga satu persatu. Aku melihat ayah sedang duduk membaca koran sambil mendengarkan lagu klasik dari mesin Gramaphon lengkap dengan piringan hitamnya.

"Selamat pagi ayah." Aku peluk ayahku dari belakang dan dia langsung berbalik menyambutku. Aku langsung protes kenapa aku tidak dibangunkan, tapi dia bilang kalau kak Dylan sudah membangunkanku, tapi aku tidak bangun sama sekali.

"Kelihatannya kau sedang mimpi indah Leia, jadi kau tidak mau bangun," ucapnya sambil tertawa kecil.

Seandainya ayah tau, tentang mimpiku tadi malam. Pasti ayah akan menarik kata katanya barusan. Aku yakin itu.

Kemudian ayahku membawaku ke meja makan, aku lihat ada bibi Lamia disana. Wanita itu sedang menyiapkan sarapan. Ngomong-ngomong, dari tadi aku tidak melihat kak Dylan. Waktu aku ke kamarnya pun pintunya juga tidak di kunci dan kosong. Apa mungkin dia masih marah denganku?

"Ayah, kak Dylan kemana?" Tanyaku, sambil mengaduk susu coklat kesukaanku.

"Kakakmu sedang pergi keluar Leia, tadi dia meminta ijin untuk meminjam mobil milik ayah," jawabnya sambil menyusun sandwich ke atas piring.

Kak Dylan pergi keluar, tapi kenapa ia tidak mengajakku? Hm, mungkin aku harus meminta maaf padanya. Tiba-tiba bibi Lamia datang dan duduk di sampingku. Dia ingin membantuku untuk memotong roti milikku, tapi aku langsung menolaknya.

Jika melihat wajah bibi Lamia, aku jadi teringat mimpi semalam. Aku tidak tau dia itu wanita baik atau bukan. Tapi yang jelas aku harus mencari tahu tentang dirinya dan aku harus menjauhkan dia dari keluargaku. Aku tidak mau jika suatu saat nanti ayah atau kakakku bisa saja menjadi "korbannya".

Mulai dari sekarang, aku rasa aku harus menjaga jarak dengan bibi Lamia.

Setelah makan siang, aku memilih untuk kembali ke dalam kamarku. Jujur saja aku bingung harus melakukan apa. Hanya tiduran di atas ranjangku sambil membaca ulang buku dongeng yang dibawakan ayah tadi malam.

Apa tidak ada buku lain yang bisa aku baca disini? Akhirnya, aku bangun dan mencoba membuka laci-laci meja yang ada di kamarku.

Satu per satu aku check setiap laci yang ada. Namun hasilnya nihil. Aku hanya menemukan sebuah note kecil di laci paling bawah.

Tiba-tiba muncul suatu ide dalam pikiranku. Aku segera mencari pena di dalam ranselku. Setelah aku temukan. Aku mulai mencoretkan penaku disana.

Selasa, 8 Mei 1987

Dear Diary,
Malam ini aku bermimpi buruk lagi.
Sebelumnya aku bermimpi jika kakakku, kak Dylan. Dia ingin membunuhku dengan kapak besarnya. Dan malam ini, aku bermimpi jika ayahku pergi untuk selama-lamanya dan kakakku, ia berubah menjadi seseorang yang aneh dan juga mengerikan.

Oh iya. Di mimpiku, aku juga bertemu dengan seorang nenek yang sebelumnya tengah menemuiku ketika aku koma. Dia meminta tolong kepadaku untuk menemukannya di dalam rumah bibi Lamia.

Leia Gwyneth

Aku rasa, aku akan menulis setiap mimpi yang aku alami di dalam note ini.

To Be Continued...

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang