Chapter 28

6.6K 419 45
                                    

Aku melihat wanita tua itu  dengan posisi tangan yang terikat disisi tempat tidur. Wajahnya sangatlah jauh berbeda dengan yang ada di dalam foto dan juga di dalam mimpiku. Mungkin karena ia tidak terurus, aku bisa melihatnya dari tubuhnya dan pakaiannya, daster yang berwarna merah muda namun sudah kusam tertutup debu. Tubuhnya pun kurus apa lagi kukunya yang sekarang sangatlah panjang.

Dia menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun, tatapannya sangan tajam seakan akan ia ingin membunuhku dan itu sukses membuatku ragu untuk menghampirinya.

Mungkin karena aku memperhatikannya terlalu lama, akhirnya dia memanggil namaku dengan pelan, bahkan sangat pelan. Lalu tiba tiba Ia menangis tanpa sebab.

Hey, what's wrong with me? Aku tidak melakukan apapun disini. Aku semakin bingung dibuatnya. Aku bertanya pun tidak ia jawab. Tangisannya semakin lama semakin menjadi jadi. Aku bisa melihat tetesan air matanya yang jatuh di pakaian yang ia kenakan.

Dia hanya menunduk tanpa mau menatapku wajahku dan akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara kepadanya. Aku berlutut di samping ranjangnya agar aku bisa berbicara dengannya dengan jelas dan menatap wajahnya.

"Nek". Ucapku dengan lembut  sambil menggenggam tangannya yang dingin. Dengan perlahan  aku juga melepaskan tali yang mengikat tangannya. Tapi dia tetap saja tidak mau menjawab.

"Nenek, Leia disini nek.. Leia berjanji akan menolongmu, apapun itu. Jadi, Leia mohon, ceritakanlah kepadaku ya nek".

Ucapku sambil mengelus tangan wanita tua ini agar tenang. Mungkin sikapku tadi membuatnya tersinggung dan akhirnya dia menatapku dan ia  mulai membuka mulutnya.

"Apa pun itu? Apa kau berjanji kepada nenek Leia?". Ucapnya sambil memandangku. Lalu wanita tua itu menyeka air mata yang ada di kedua matanya. Terlukis senyum miring dari bibirnya.

"Pergilah ke balkon dan ambil sesuatu dari dalam vas yang ada bawah meja". Pinta nenek Laurent sambil menunjuk balkon dengan susah payah mungkin hanya sedikit tenaga yang ia punya.

Aku pun langsung berjalan kearah balkon. Aku cari dimana letak vas bunga itu diletakan. Ternyata ada di salah satu sudut balkon, langsung saja aku merogoh vas bunga tersebut dan lihat apa yang aku temukan.

Sebuah pisau kecil dengan ukiran tulisan yunani di gagangnya. Aku tidak mengerti dengan artinya, karena ini bahasa yunani kuno. Aku tertegun melihat pisau ini.

Aku tertegun karena ada sisa darah yang mengering di pisau ini. "Untuk apa nenek Laurent menyuruhku mengambil benda mengerikan ini?".

Aku terus berfikir sampai aku sadar bahwa.. Hey, bukankah ini balkon dimana Jacob terus menggonggong waktu itu? Dan juga kakek Marcus yang  melambai ke arah balkon ini ketika di dalam mimpi ku? Tidak.. Tidak.. Tidak..

Ini bukan kebetulan, tapi ini memang suatu petunjuk untukku..

"Leiaaa, kenapa lama sekali sayang?". Panggilan nenek dari dalam kamar dan membuatku berhenti berfikir.

"Iya, aku datang nek". Ucapku sambil sedikit berlari. Wajah wanita tua itu langsung menunjukan ekspresi bahagia ketika pisaunya sudah ada di dalam genggamannya.

Tentu saja sikapnya itu membuatku semakin penasaran. "Mengapa kau kelihatan senang sekali nek?". Tiba tiba, ekspresi mukanya seketika berubah menjadi datar. Ya Tuhan, apa aku membuat pertanyaan yang salah?

"Kau tau ? siapa yang menyebabkan ini semua Leia?". Ucapnya parau.

"Tidak nek".

"Anakku yang melakukan ini semua". Aku melihat air mata mulai keluar dari pelupuk matanya.

"Anakmu? Maksudmu nek?". Aku merasa bingung.

"Lamia, dia anakku Leia".

Deg, dadaku terasa tersentak setelah mendengar itu semua. Aku jadi teringat album foto yang aku temukan di dalam perpustakaan tua kemarin(Chapter23). Aku bisa menyimpulkan bahwa nenek Laurent dan kakek Marcus adalah suami istri, lalu bibi Lamia adalah anak mereka. Tapi kenapa ada foto kakekku dan juga anak bernama Wyett itu disana? Apa hubungannya kakekku dengan mereka?

"Kau kaget bukan? Tapi itu kenyataannya Leia. Dia sudah membunuh anaknya sendiri dan mencoba membunuhku". Jelasnya lagi. Yang dapat aku simpulkan, Wyett itu adalah anak dari bibi Lamia. Namun, siapa ayahnya? Ah, entahlah. Mungkin suami bibi Lamia sudah ia bunuh dari awal.

Aku hanya diam, tidak bisa berkata apapun karena aku masih merasa tidak percaya dengan semua ini. Jadi, kejadian yang aku lihat di dalam pikiranku itu benar benar terjadi? Mulai dari bibi Lamia menusukan pisau ke perut anaknya, lalu mencoba membunuh nenek Laurent di bathup.

"Leia, dengarkan aku.." pintanya sambil memegang pundakku. Aku hanya menatap matanya dan mendengarkan apapun yang ia katakan.

"Aku tau ini sulit untukmu Leia, tapi kau masih bisa mengubah semuanya seperti semula. Mengembalikan ayahmu dan juga kakakmu".

Hey, bagaimana dia tau tentang semua itu? Ini aneh.

"Kau harus membunuh bibi Lamia menggunakan pisau ini". Ucapnya sambil menyodorkan pisau mengerikan ini.

To be Continued...

Hi ._.
Maafkan aku karena baru bisa melestarikan Chapter ini ya. Sudah 3 minggu lebih, tapi itu bukan kesengajaan kok ( ˊ• ·̭ •̥   ).

Happy reading teman² (๑•́ ₃ •̀๑)

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang