Hawanya pun sama seperti mimpi ketika aku sadar dari komaku waktu itu. Terjebak dalam kegelapan. Aku harap, ada nenek yang bisa membantuku sama seperti waktu itu.

Ah sudahlah itu hanya mimpi karena perasaanku semakin tidak enak, akhirnya aku kembali ke kamar kak Dylan untuk mengajaknya pergi dan meninggalkan rumah ini secepat mungkin. Seharusnya hari ini aku pulang bersama kakak dan juga ayahku. Tapi kenapa jadi seperti ini? Apa semua ini ulah bibi Lamia? Kalau benar, aku tidak akan pernah memaafkannya.

Aku ketuk pintu kamar kakakku dengan cepat dan kencang sampai sampai jari tanganku merah dan terasa sakit.

Hening.

Hening.

Hening.

Apa kakakku itu kembali tidur? Berulang kali aku ketuk dan juga aku teriakan namanya tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Aku mencoba mengintip melalui lubang kunci, berharap bisa melihat sesuatu dari balik pintu ini.

Ko..kosong? Loh, kakakku pergi kemana? Aku coba rapatkan lagi jarak antara mata dan lubang kunci ini, agar aku bisa melihat lebih jelas lagi.

"Eh, apa ini?".
Tiba - tiba aku merasakan sesuatu yang mengalir di permukaan hidungku. Aku usap sesuatu yang basah itu dengan cepat. Kemudian aku lihat sesuatu di telapak tanganku.

"Da.. darah???". Bagaimana bisa? Darah ini keluar dari lubang kunci kamar kakakku. Keadaan ini semakin membuatku panik dan khawatir saja. Bau darah pun semakin menyengat. Aku terus mencoba membuka paksa pintu ini sampai kedua tanganku berlumuran darah yang berasal dari lubang kunci tersebut dan darah itu malah membuat tanganku ini licin. Sial.

Kriieeeettt.. Krieeett..ettt
(Pintu terbuka dengan sendirinya)

Pintu ini malah terbuka dengan sendirinya. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam kamar kakakku itu.
"Kak Dylan!" teriakku, sambil menelusuri setiap sisi ruangan mencari sosok kakakku. Tapi yang aku lihat.. Tidak.

 Tidak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ti..tidak.. Ini tidak mungkin. Apakah ini mimpi? Jika ini mimpi, aku mohon bangunlah Leia!" Ucapku sambil menampar kedua pipiku sendiri.

"Baiklah Leia, aku mohon tenangkanlah dirimu. Di bawah masih ada ayah bukan?". Gumamku.

Aku tinggalkan lantai 2 dan beralih menuruni anak tangga. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Rumah ini benar - benar...

"Rumah ini, semuanya berubah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rumah ini, semuanya berubah..".

Lebih baik aku tidak terlalu memperdulikannya, aku langsung pergi menuju kamar bibi Lamia, dan juga ayah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lebih baik aku tidak terlalu memperdulikannya, aku langsung pergi menuju kamar bibi Lamia, dan juga ayah. Tapi yang aku dapatkan hanyalah kamar kosong yang penuh dengan debu. Semua pintu pun juga terkunci dan aku tidak bisa keluar dari rumah ini.

PRANNNKKKK

Lagi lagi, ada saja suara yang mengalihkan perhatianku. Sepertinya berasal dari arah tangga. Aku mencari sumber suara itu berasal, tapi tidak ada benda jatuh ataupun pecah disini.

 Aku mencari sumber suara itu berasal, tapi tidak ada benda jatuh ataupun pecah disini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eh, Apa ini?". Ketika aku teliti bukanlah sebuah barang yang pecah melainkan ada darah tepat di akhir anak tangga.

Tunggu, darah ini bukankah tempat kak Dylan terbunuh seperti di mimpiku tadi malam?! Aku baru sadar dan sepertinya jejak darah ini akan menuntunku ke suatu tempat.

To be Continued...

Born For This (Now, you know) [Revisi]Where stories live. Discover now