KEPINGAN KEENAM

11.6K 583 8
                                    

Selamat Pagi pembaca cerita Aleta dan Rendy. Aku senang dengan respons yang diberikan para pembaca untuk cerita Aleta dan Rendy. Hari ini kemungkinan aku akan post 2-3 Chapters untuk kalian. Jangan lupa buat vote dan comment yaaa. Terimakasih ^^



***


Dengan langkah besar ia turun dari anak tangga. Tiba-tiba Aleta kehilangan keseimbangannya dan kakinya tergelincir di anak tangga rumahnya. Suara yang cukup kencang membuat Rendy dan Reno sadar bahwa Aleta terjatuh dari tangga. dan dengan cepat mereka mendatangi suara itu. Benar saja, Aleta sudah tergolek lemas di bawah dengan tangan yang memegang pergelangannya serta sedikit darah di jidatnya karena benturan pada ujung tangga.

Rendy dan Reno yang tengah melihat keadaan Aleta seperti itu seketika panik terutama Reno, apa yang akan ia katakan kepada Ayah dan Bundanya jika melihat anak perempuan satu-satunya dikeluarga terluka seperti ini karena kecerobohannya yang ingin sekali Reno umpat.

"Anjir Let, kamu itu kalo jalan hati-hati. Sekarang lihat kan kalo udah jatuh gini aku harus bilang apa sama Ayah Bunda? Nanti dikiranya aku gak beaus jagain kamu" omel Reno

"tolongin dulu kek baru ngomel-ngomel" kata Aleta sambil sesekali meringis kesakitan dipergelangan kakinya. 

Dengan sigap, Rendy langsung membopong tubuh Aleta menuju sofa di ruang keluarga. Reno yang kebingungan langsung disuruh oleh Rendy untuk mengambilkan minyak urut dan dengan cepat Reno mengambilkan minyak urut untuk Rendy.

"kalo kamu gak sabar jalan sama aku, jangan kayak gini dong akhirnya" ucap Rendy berusaha menutupi kepanikannya.

"iyaa maaf Ren. Reno sih suruh cepet-cepet. Kan jadinya aku malah jatuh gini" bela Aleta

"Yahela dia malah nyalahin Reno. Kita mundur aja berangkatnya. Nanti kalo km masih belum mendingan kakinya, kita perginya kapan-kapan aja kalo kaki kamu sudah sembuh" kata Rendy dan dijawab anggukan kecil oleh Aleta.

Tiba-tiba Reno datang dan memberikan minyak urut yang diminta oleh Rendy. Dengan sigap, Rendy mongoleskan minyak ketangannya dan mulai memijat perlahan pergelangan kaki Aleta. Beberapa kali Aleta berteriak kesakitan terapi ketika dimarahi oleh Reno karena suaranya yang cukup berisik ketika teriak, Aleta hanya bisa menyahan rasa sakitnya dengan menutup mulutnya agar tidak terdengar jelas suara teriakannya.



***



Matahari masuk menyinari kamar Aleta, dengan perlahan Aleta membuka matanya karena silaunya matahari. Aleta teriangat ketika kemarin ia di pijat oleh Rendy, ia ketiduran karena semakin lama pijatan Rendy tidak terasa sakit namun mampu membuatnya terlelap. Entah siapa yang membawanya ke kamarnya malam itu.

Dengan perlahan-lahan, Aleta menaruhkan kakinya dilantai dan berusaha berdiri. Namun usahanya gagal karena sakit itu masih ada walaupun tak sesakit kemarin saat belum dipijat oleh Rendy.

Bunda yang mendengar kabar anak perempuannya jatuh dari tangga, langsung mengecek ketika pagi ini sampai rumah. "Eta sayang, kamu kenapa bisa jatuh sihh yaampunn" kata Bunda memegang jidat Aleta yang sudah diberi perban kecil.

"Reno tuh Bun, suruh aku cepet-cepet pergi sama Rendy. Kan jadinya aku buru-buru turun tangganya" bela Aleta didepan Bundanya. Tiba-tiba Reno sudah ada di ambang pintu kamar Aleta.

"Bohong Aleta, Bun"

"ih seriusan kan gara-gara kamu mas"

"kan aku cuman ngingetin aja kalo Rendy uddar nunggu. Kasian tau kalo Rendy nungguin lama. Soalnya nunggu itu gak enak, Aletaaaa" ucap Reno kesal

"SSSTTTT!! Kalian itu yaa, masih pagi udah ribut aja. Perut Bunda sampai pusing dengerin kalian berantem" kata Bunda

"Kepala, Bun yang pusing itu" kata Aleta dan Reno barengan

"EH? Udah ganti ya?"

"Dari dulu kepala Bun yang pusing" koreksi Aleta dan Reno hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Bundanya yang lucu.



***


Sudah 3 hari Aleta dikamarnya terus. Pergelangannya mulai mendingan tetapi tidak boleh berjalan keluar dari kamarnya. Bunda selalu mewanti-wanti Aleta untuk mengistirahatkan dulu kakinya, agar ia bisa cepat sembuh dan tidak merepotkan Bunda dan Reno.

Selama 3 hari itu juga Rendy rajin mendatanginya, ia selalu datang pagi dan pulang hampir jam 11 malam karena ia tidak akan membiarkan Aleta mati kebosanan dikamar.

Banyak yang dilakukan Aleta dan Rendy ketika 3 hari Aleta berbaring dikasurnya. Entah mengajarkan Aleta bermain gitar, meng-cover lagu bersama dan diposting dalam soundcloud dan youtube. Hal itu cukup membunuh rasa bosan Aleta digamar.

"Ren, kamu gak mau pulang? udah jam 10 malen loh" kata Aleta

"nanti aja Let, kan rumahku suman disebelah aja. Nemenin kamu lebih penting" jawab Rendy dan hal itu mampu membuat Aleta tersipu malu mendengar perkataan Rendy. Namun dengan pintarnya Aleta mampu menutupi rona mere dipipinya.

"Kamu kenapa sih mau nemenin aku? Padahal kita baru sahabatan belum ada 1 tahun" tanya Aleta

Beberapa menit Rendy terdiam dan melihat mata Aleta yang berwarna hitan seperti bulan purnama. Aleta bongung apakah pertanyaannya salah atau itu membuat Rendy marah. Tiba-tiba Rendy tersenyum manis menunjukkan ledung pipi-nya dengan sangat jelas. Itu sentum favorit Aleta dari pertama kali mereka bertemu ketika umur 10 tahun.

"karena kamu berharga buat aku Let" jawab Rendy mantap



***


Sebenarnya gimana sih kalo dari sudut pandang Rendy? tunggu di Kepingan selanjutnya yaaa, jangan lupa vote, comment, and share yaaa ^^

I LOVE MY BOY BESTFRIEND [COMPLETED]Where stories live. Discover now