Aku berjalan tertatih tatih sambil menahan rasa sakit yang ada di pelipisku tapi untungnya darahnya sudah berhenti keluar.

Akhirnya aku sampai di depan pintu kamarku dan di depan sana adalah tangga menuju ke bawah.

Aku akan mengambil foto ibu dan membawa Jacob ikut bersamaku. Aku tidak mau meninggalkan foto ibuku yang selalu aku cintai ada di dalam rumah yang seperti neraka ini.

Guk..Guk..Ggrrrr..Guk..Guk

Jacob? Aku mendengar suara Jacob dari dalam kamar. Sepertinya dia tau apa yang sedang menimpaku saat ini.

Krrriieeeetttt...et
(Pintu terbuka dengan sendirinya)

Aku melihat mulai dari bawah seseorang sedang berdiri di dalam kamarku dengan gaun tidur berwarna merah menyala. Dan dia itu ternyata...

"BIBI LAMIA!!".

Oh tidak, aku terlambat.. Dia sedang menggendong Jacob dan sekarang dia sudah berhasil  menemukanku.

"LEIA! KEMBALI KE DALAM! JANGAN LARI!". Dia berteriak.

Hah? Jangan lari dia bilang? Supaya apa? Supaya dia dapat membunuhku dengan mudah? Kau fikir aku bodoh bibi Lamia.

"Leia, buru-buru sekali kau anak manis? Kau tidak ingin mengucapkan kata-kata terakhir?".

Kalimat itu refleks membuatku berhenti melangkahkan kakiku yang sedang menuruni anak tangga. Otomatis aku langsung menengadahkan kepalaku ke atas untuk melihat orang yang sedang berbicara kepadaku.

Ya Tuhan, aku tidak bisa berkata kata lagi sekarang dan aku tidak percaya kalau ternyata bibi Lamia itu ada 2 !? Bahkan yang sekarang matanya mengeluarkan cahaya. Dia menggunakan gaun putih bukan merah dan di tangannya masih terdapat botol yang sudah dipecahkannya tadi.

"Kenapa? Kau kaget bukan?". Ucapnya kemudian disusul dengan suara tawa yang menyeramkan.

"Aa..pa yang ma..mau kau lakukan?" Ucapku terbata bata.

"BERISIK!! KAU!!"

CRASSSSHH
(Suara orang tertusuk)

Yang terakhir aku lihat, wanita itu melompat terbang kearahku dan sepertinya ia menusukkan botolnya ke punggungku. Tapi, kenapa tidak sakit?

Apa ini rasanya mati?

Tunggu? Kenapa seperti ada orang yang memelukku?

Karena merasa ada yang tidak beres aku langsung membuka mataku.

"KAK DYLAANNNNN!!!".

Teriakku histeris ketika melihat seseorang yang sedang tersenyum kepadaku.

Ternyata dia sudah melindungiku dan sebagai gantinya dia yang tertusuk oleh botol itu. Kami berdua jatuh terguling dari tangga dan  gerakan tersebut otomatis membuat botol itu semakin tertancap lebih dalam di tubuh kakakku.

Aku menatapnya sambil menangis, dia tetap tersenyum ke arahku tanpa melepaskan pelukannya sedikitpun walaupun mulutnya mulai mengeluarkan banyak darah.

"Kakak, kenapa kau malah menolongku kak? Tolong kau  jangan memasang wajah yang sedang tersenyum seperti itu kak. Kakak! Maafkan Leia kak...".

"Kakak!".

Teriakanku mulai terisak dan semakin histeris ketika melihat kak Dylan tidak bisa berbicara lagi. Bibirnya bergetar dan dia sedang mencoba untuk mencium keningku dengan susah payah. Dia mengangkat kepalanya sambil meringis menahan sakit dan..

Cup

Dia berhasil mencium keningku dan darahnya juga ikut menempel disana. Namun, pria itu langsung menjatuhkan kepalanya dengan keras.

"KAK?"

"KAK DYLAN BANGUN KAK!"

"KAKAK!"

"KAK!"

Matanya sudah terpejam dan

Tes..

Air mata kak Dylan mengalir keluar untuk terakhir kalinya.

Kakak, kau menangis untukku..

To be continued...

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang