[13]

3.4K 215 1
                                    

Tiga belas - jahat

[Edited]

Ini sudah hari kesekian semenjak Zian berubah. Karina masih belum tau alasan di balik semua hal yang terjadi. Rencananya hari ini Karina akan mendatangi kelas Zian, berharap menemukan orang yang beberapa waktu ini di rindukan.

"Temenin gue ke kelas Zian yuk," ajak Karina pada Dewi karena hanya Dewi yang tidak kemana-mana saat istirahat, sedangkan Hani dan Nita tentu bersama pacar mereka dan Silvy yang sibuk dengan game duel otak di ponselnya.

Dewi menuruti perintah Karina, mereka berdua berjalan menuju kelas paling pojok yang tidak lain tidak bukan adalah kelas Zian dan Lukas.

Lukas tentu saja tidak akan berada di kelas saat istirahat seperti ini karena ia harus mengurus beberapa hal soal pelantikan seluruh ekstrakurikuler yang akan di adakan di Puncak minggu depan.

Setelah sampai kelas Zian yang hanya ada beberapa orang, Karina bisa melihat Zian yang sedang menulis sesuatu di bukunya, mungkin ia sedang menyalin tugas.

Tanpa basa-basi, Karina masuk dan mendekati Zian membuat cowok itu menghentikan aktivitas dan menatap Karina heran.

Untuk pertama kalinya, Zian telihat tidak menyukai kehadiran Karina.

"Kenapa?" tanyanya datar sambil menutup buku bersampul coklat itu.

"Lo yang kenapa? Lo berubah banget Zi belakangan ini."

Karina memperhatikan setiap inchi wajah Zian, bukan seperti Zian yang ia kenal. Sementara Dewi lebih memilih untuk menunggu Karina di luar kelas Zian, tidak mau mengganggu mereka berdua.

"Bukannya yang berubah itu lo ya? Lo asik sama si cupu Gamma terus gue juga tau kalo lo jalan sama Lukas. Gue liat postingan dia di path, foto lo sama dia di café gitu, lucu ya kalian. Udah jadian berapa lama hah?" kata Zian sarkas, memaksa Karina menenguk ludahnya sendiri.

Zian, dia bisa secepat itu menyimpulkan kalau Karina dan Lukas berpacaran.

"Gila ya lo Nyet, lo ngejudge gue sejauh itu. Gue itu gak seburuk yang lo pikirin tau gak! Apa pernah gue ngelarang lo buat jalan sama Nadine? Lo sadar gak kalo gue gak marah walaupun lo ninggalin gitu aja di sekolah dengan alasan mau jemput Nadine yang sakit. Lo gak mikirin gue?" nada Karina meninggi, membalas sorot mata tajam milik Zian.

"Gue gak nyangka kita temenan lama dan lo langsung berubah gitu cuman gara-gara satu foto doang Nyet. Lo tuh asshole ya?"

Karina menahan tangisnya namun ia masih bisa tersenyum yang tentu senyum palsu lalu ia lebih memilih untuk meninggalkan Zian sebelum airmatanya jatuh disini dan membuat ia terlihat semakin lemah.

Zian terpaku di tempat, menelan bulat-bulat perkataan Karina. Ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu bodoh. Ia tidak seharusnya berpikiran negatif kepada Karina, gadis satu-satunya itu. Gadis kesayangannya.

Di luar kelas Zian, Karina menarik lengan Dewi untuk kembali ke kelas mereka. Dengan cepat Karina menjatuhkan beberapa rambutnya agar menutupi wajahnya yang mungkin sekarang merah karena menahan tangis dan marah.

Dewi yang sudah sangat tau Karina langsung membimbing sahabatnya itu ke toilet, supaya bisa meluapkan semuanya disana.

Sesampainya di toilet, Karina langsung menangis meraung-raung, mengepalkan tangannya dan memukul tembok berkali-kali.

Dewi yang melihat kejadian itu tentu menahan Karina karena ia takut sahabatnya terluka.

"Cukup Rin, cukup."

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang