Juu Ichi (b)

648 15 1
                                    

AUTHOR POV

"....."

"Jadi, begitulah, 3 tahun terberat, tapi semuanya sudah berlalu. Atau tepatnya belum. Karena Mama sampai saat ini masih belum sembuh total." 

Begitulah akhir cerita Leo saat mereka dalam perjalanan. Leo menceritakan semua yang ia lalui bersama kedua orang tuanya, tentu saja minus perasaanya. Sementara Lea, duduk dijok depan, disamping Leo yang menyetir, mendengarkan semua yang dikatakan Leo tanpa kurang sedikipun.

"Bagaimana keadaan tante sekarang? Leukimia sangat berat. Aku tidak bisa membayangkannya." ucap Lea seraya menghela nafasnya.

"Jangan dibayangkan kalau begitu, Sya." jawab Leo terkekeh

"Sudah ku bilang! Jangan memanggilku Tasya. Lea please."  ucap Lea marah. Leo hanya bisa meringis mendengarnya. Sejak menjemput Lea mereka sudah berdebat tentang panggilan Leo ke Lea. Lea tidak ingin dipanggil Tasya, sementara Leo lebih suka memanggil Tasya. Pertarungan yang sengit akhirnya dimenangkan Lea dan Leo segera mengganti topik dengan apa yang ingin ia bicarakan. Dan sekarang, setelah usaha yang ia lakukan untuk menghindari konflik, harus ia hadapi lagi karena kecerobohannya.

Sepanjang perjalan, hanya diam yang mendominasi, sampai mereka tiba pada tujuan mereka. Ralat, Leo.

Mata Lea membulat mengetahui mobil yang dikendarai Leo berbelok menuju arah dermaga lama. Dermaga yang sudah beralih fungsi menjadi kios-kios dan arena hiburan -semacam pasar malam- yang selalu buka sampai pukul 23.00.

"Kak, kita, kesini?" tanya Lea sedikit terbata.

"Ya. Sudah lama aku tidak ketempat ini. Biasanya setiap sabtu kita kesini berdelapan. Saat dermaga sudah dalam keadaan ramai. Yah, mengingat ini masih jam empat, jadi masih sepi. Tapi kita bisa melihat sunset, iya kan?"

"Eh? um.. Yah.. benar, sudah lama aku tidak kesini."

"Apa tempat ini sudah banyak berubah ya? Ayo kita bisa lihat-lihat dulu."

"Baiklah."

Leo berjalan mendahului Lea, menyusuri jejeran kios yang masih tampak terawat. Tempat ini berjarak 10km dari rumah mereka tetapi sangat terkenal dan akan ramai saat jam 7 malam.

30 menit berkeliling dan membeli beberapa barang, mereka memutuskan untuk berstirahat dan membeli makanan untuk mengganjal perut yang belum terisi sejak siang. Lea memilih kedai sushi langganan mereka. Meski tempatnya kecil tetapi rasa dan kualitasnya tak perlu diragukan lagi.

"Ah.... capek... Tapi seru.. hihihiii...." ucap Lea kegirangan. Bagaimana tidak, sepanjang jejeran kios, dia dan Leo banyak membeli kaos dan hoodie, tapi yang membuat Lea senang adalah, semua barangnya GRATIS.. Leo yang membelikannya -atau tepatnya dipalak Lea-

"Gimana nggak seru, kantong ku jebol Le! Ah lupa deh sama yang namanya Lea Anastasya kalo beli hoodie sama kaos bisa kalap.. huuufftt..." Leo berpura-pura mengehembuskan nafasnya kasar. Bukannya marah, ia justru senang karena respon Lea teradap dirinya tidak seperti yang ia pikirkan.

"Maaf..." jawab Lea pelan.

"Tapi aku sengaja mau jebolin kantong kamu bweekk.. Sekalian traktir ya hahahaha" tawa Lea yang membahana diruangan yang mereka tempati membuat Leo hanya bisa menatap dengan tatapan tidak percaya.

"Udah ketawanya buruang pesen abis itu pulang." jawab Leo dengan muka masam, sementara Lea cuek dengan hal itu.

...................

Pukul 19.00 mereka sampai didepan rumah dan mendapati kedua orang tua mereka yang sedang bercakap-cakap didepan rumah Leo.

"Tante sama Om juga pulang kak?"

"Iya, itu baru sampe kelihatannya. Turun yuk." 

Leo membuka kunci pintu dan turun menuju kedua orang tuanya. Lea mengikuti dari belakang.

"Nah ini yang ditunggu baru pulang. Dari mana aja Lea?"

"Abis diajak kak Leo ke dermaga lama trus mampir sushi dulu, Mi. Malam,  Om, Tante," jawab Lea lalu menyalami om Pandu dan tante Melly. Begitu juga dengan Leo, menyalami kedua orang tua Lea.

"Malam sayang. Udah tinggi ya sekarang, dulu kan seinget tante kamu belum setinggi ini, ya kan, Pa?" ucap Mama Leo pada Papa.

"Iya, Ma. hahaha..." tertawa kecil dengan ucapan istrinya.

Mami sedari tadi diam, memandang lurus ke Lea dan mengerutkan keningnya, membuat Lea ingin lari secepatnya.

"Lea, tadi kemana?"

"D-Dermaga, mi." jawab Lea terbata, ia sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini.

"Terus kemana lagi tadi Le?" introgasi mami, membuat semua yang ada disitu hanya geleng-geleng kepala.

"Su-shi... Mi. Ampun mamii...." jawab Lea sambil berlari menuju ke arah mobil lagi, membuka pintu dan menutupnya, mengambil sesuatu lalu memberikannya pada mami. Sementara Mami, sudah menatap tajam Lea dan berteriak

"LEA ANASTASYA.." Papi hanya bisa tertawa melihat kelakuan istri dan anaknya.

Lea datang segera menekuk lutut dihadapan mami dan memberikan sebuah kota kepada mami.

"Lea nggak lupa kok mi, beneraan... jangan marah... hehe..." jawab Lea dengan wajah tak berdosanya.

"Ah... tau aja Lea.. baguss.. Makasih ya..." Mami segera membuka kotak tersebut dan menemukan berbagai jenis sushi yang cukup untuk banyak.

"Wah.. banyak, pasti yang bayar Leo, ya kan, Lea?" pertanyaan Mami terdengar seperti sebuah pernyataan ditelinga Lea.

"Ah, Mami tau aja anaknya lagi bokek, kan gak mungkin ya beli sebanyak itu hehehe..." Lea hanya meringis.

"Ya udah yuk makan rame-rame dirumah. Makasih ya Leo. Ayo semua kerumah." ucap Mami dengan semangat yang membara membuat semua hanya bisa tersenyum geli.

"Sama-sama tante." jawab Leo tulus.

=============================================

hai... akhirnya update juga

ini salah satu part tergaje juga ._.

makin lama makin ga jelas masalahnya dimana .-.

terimakasih sudah membaca....

Waiting For YouWhere stories live. Discover now