Chapter 8 - Surprise!

Start from the beginning
                                    

Aku juga harus menyusun strategi untuk melawan makhluk itu. Tiga hari yang lalu aku berkata akan melenyapkannya, justru aku yang tidak bisa berbuat apa-apa.

  Sementara Kyle sedang melamun, seorang pelanggan datang. Bunyi lonceng yang berdentang, tanda pelanggan itu sedang membuka pintu kedai.

  Pelanggan yang baru kali pertama datang di kedai itu melihat isi ruangan sejenak, lalu mengambil langkah lebar untuk mendatangi Kyle yang masih saja terdiam dengan kepala menunduk dan tatapan mata kosong.

  "Aku pesan dua croissant coklat."

  Tunggu-- suara ini..., lamunannya seketika buyar, kedua matanya langsung berpusat pada pelanggan dengan suara yang sangat familiar. Ketika ia melihat siapa pelanggan tersebut, benarlah dugaannya.

  "Mengapa kau di sini?"

  "Aku mau membakar tempat ini untuk ritual, lalu memanggil Dewa Hades, HAHAHAH." ujarnya seraya membentangkan tangan dan tertawa keras layaknya raja yang licik di suatu kerajaan agung.

  "Terserah sajalah," ia menyerahkan kertas pesanan pada koki.

  "Kau tidak suka bila aku di sini? Aku di sini sebagai pelanggan. Dan, hei, kau tahu, aku mendengar desas-desus tentang tempat ini bahwa di sini ada malaikat maut. Di mana dia?" bisik Samuel dengan matanya yang menyipit namun mengeluarkan kilat terang yang berarti ia sangat tertarik.

  "E-uh..., itu-- hanya rumor, Sam." ujar Kyle dengan wajah tak enaknya.

  Ia jelas tahu bahwa malaikat maut tampan adalah sebutannya di kedai ini. Ia tak tahu siapa yang membuat sebutan itu, namun pasti salah satu di antara penggemarnya.

  "Kau ini, kau pasti menyembunyikan dia, 'kan? Kau tahu bahwa kerajaanmu akan hancur bila aku merebut si malaikat ma--mmpph," Kyle segera menutup wajah Samuel yang mulai melanturkan imajinasinya sembarangan.

  "Kau seperti memata-mataiku, tentu saja aku tidak senang kau di sini,"

  Menjalankan rutinitas seperti bekerja di sekitar orang yang ia kenal menurutnya kurang nyaman. Tak terkecuali Samuel.

  "Aku tidak akan bilang siapa pun bila kau melayani pelanggan bersama wajah datarmu, setuju tukang pelamun?"

  "Memangnya kau tidak sekolah?" ia mengalihkan topik pembicaraan.

  "Hari ini aku dan Tiffanny pulang lebih cepat, semua guru kami ada rapat penting,"

  Ya, Tiffanny bersekolah, entah cara apa yang dilakukan Samuel hingga Tiffanny bisa bersekolah seperti biasa tanpa dokumen identitas asli gadis itu.

  "Ini pesananmu." Kyle menyerahkan pesanannya.

  "Ayo makan bersama,"

  "Tidak perlu,"

  "Ada hal penting yang ingin kubicarakan padamu,"

  "Bicara di sini saja," jawabnya datar.

  "Kyle, sebenarnya aku ingin menggunakan telepati. Ah..., tapi sayang sekali kau tidak diberkati kemampuan seperti diriku ini," ujar Samuel dengan angkuhnya.

  Kyle memutar bola matanya malas. Tak ingin mendengar lanturan imajinasi Samuel yang mengkontaminasi suasana normal di kedai.

  "Baiklah, baiklah." Mereka pun duduk di pojok kiri, sedangkan kasir dibiarkan kosong, belum ada pelanggan lagi yang datang.

  "Kyle, sepertinya kau harus pulang ke rumahmu,"

  "Memangnya ada apa?"

  "Aku kasihan pada ibumu. Sebenarnya kemarin ia datang ke ruangan kepala sekolah dan mengaku bahwa kau sudah pindah sekolah."

LieonsWhere stories live. Discover now