Part 33...Mimpi yang terkabul

Start from the beginning
                                    

Aku membalikan tubuhku membelakanginya "aku memang terlahir lucu"

"Ah, merajuk lagi, katanya bukan Lee Ji Eun yang dulu"

"Bukankah kakak sendiri yang mengatakan jika aku tetap Lee Ji Eun yang dulu" Kataku ketus tanpa menatapnya, mataku lurus menatap segerombolan murid-murid sebayaku yang tengah berkerumun, tampak bahagia, melihatnya membuatku teringat pada kedua sahabatku, Hye Ri dan Yoo Soung.

Tiba-tiba dia memegang kedua bahuku dan menarik tubuhku menghadapnya. "Kau tetap sama, tetap Lee Ji Eun dulu yang menawan, Lee Ji Eun yang tak pernah bisa diam, Lee Ji Eun yang menggemaskan, dan..." Kak Sung Min menggantungkan ucapannya, dia menatapku dalam, jarak sedekat ini membuatku bisa melihat garis wajahnya dengan jelas.

Menyadari begitu tampannya seorang lelaki yang selalu ada disetiap suka dukaku, seorang lelaki yang selalu menyadarkanku apa artinya seorang perempuan, dan tangannya semakin menarik bahuku untuk mendekat, menghilangkan jarak diantara kami, deru nafasnya membuat sekujur tubuhku bergetar.

"...Ji Eun yang cantik dan... selalu aku cin..."

"JI EUN!!!!!!!!"

"Sial" Gertak Kak Sung Min menghempaskan pegangan tangannya dibahuku, dia berbalik membelakangiku, aku menunduk menyembunyikan wajah merahku karna malu, jika tidak ada teriakan itu mungkin kami sudah berciuman.

Aku mundur karna malu, mataku menatap pemilik teriakan itu. Akan kuberi dia hadiah, dia benar-benar datang disaat yang pas.

"Aku mencarimu dari tadi, ngomong-ngomong selamat ya!"

Berondong pemilik suara cempreng itu seraya memeluku erat, siapa lagi pemilik suara cempreng jika bukan Hye Ri. Yoo Soung berlari dibelakang Hye Ri, ia sudah memakai Jubah berwarna merah muda khas para pelukis Resmi kerajaan, dia begitu cantik.

Hye Ri melepas pelukannya dan tampak terkejut menyadari sesosok lelaki tegap berdiri membelakanginya. Lagi-lagi aku memalingkan wajah saat Hye Ri seperti biasa meneriaki Kak Sung Min tanpa embel-embel kakak.

"Kupikir setelah lulus kau akan sopan pada Seniormu!"

lewat sudut mataku, kulihat Kak Sung Min berbalik menghadap kearah kami, wajahnya memancarakan kekesalan.

"Kakak? Seperti baru mengenal Hye Ri saja" Kini Yoo Soung yang menimpali, dia menatap Sung Min penuh rasa kagum, siapa pula yang tidak kagum pada lelaki bernama Lee Sung Min itu.

Menyadari sejak dulu Yoo Soung menyukai Sung Min membuatku kakiku repleks melangkah dan mengerem secara tidak sopan diantara mereka berdua, menghalangi kontak mata mereka berdua, sikapku selalu seperti ini jika melihat mereka berdua bertatapan.

"Kakak? Sebaiknya kakak pergi saja, bukankah kakak akan menghadiri acara khusus untuk kakak!" Aku menatap lurus mata Kak Sung Min, dia mengerutkan keningnya bingung.

Yoo Soung mendorong tubuhku menjauh, saking kerasnya tubuhku terjatuh keatas rerumputan hijau yang tak akan melukai lututku, dan akhirnya mereka kembali berhadap-hadapan dan saling menatap. Oh demi tuhan, aku membenci hal itu. Cepat-cepat aku berdiri disamping Hye Ri, masih dengan wajah tertekuk.

"Apa kakak tak bisa sedikit saja meluangkan waktu untuk tiga gadis kesepian disini, kami benar-benar merindukan kakak"

"KAMI TIDAK" Ucapku serentak dengan Hye Ri, Sung Min dan Yoo Soung yang sedang bertatapan beralih menatap kami aneh, aku memalingkan wajahku.

Seperti biasa, kak Sung Min berjalan menghampiriku, dia mengacuhkan gadis cantik anak bangsawan didepannya, ia meraih tanganku. Aku menghempaskannya, menatapnya aneh. Dari sudut mataku, kulihat Yoo Soung mengerucutkan bibirnya tak suka.
"Aku akan pergi sekarang jika Asisten Tabib Lee Ji Eun ini menginginkannya" dia menjentil ujung hidungku, aku tersenyum dan mendorongnya agar cepat-cepat pergi, sebelum pergi dia melambaikan tangannya kearahku, hanya kearahku, tanpa Yoo Soung lagi, aku membalasnya.

Setelah dia berada cukup jauh, aku berbalik dan menatap kedua temanku dengan penuh kerinduan, sebaliknya mereka menatapku kesal. Tapi aku tak mengacuhkannya, cepat-cepat aku berlari kearah Yoo Soung dan menghambur memeluknya.

"Selamat Yo Song-ssi, atas keberhasilannya menjadi Kandidat Calon Pelukis Resmi kerajaan" Aku memeluknya erat, lalu melepaskannya, menatapnya penuh kebanggan.

"Selamat juga atasmu!" dia tersenyum sekilas, lalu hal yang selalu mereka lakukan dari dulu setiap bertemu Sung Min kembali terulang, dan aku benci hal itu. Mereka menatapku seolah-olah aku adalah seorang gadis tak berperasaan.

"Sebenarnya kau menunggu siapa?" Tanya Hye Ri menatapku tajam, kedua tangannya bersilang didada. Aku menghela nafas.

"Menunggu apa maksudnya?"

"Kau bodoh atau pura-pura tak tau?" kali ini Yoo Soung menatapku tajam, aku kembali menghela nafas.

"Sudah bertahun-tahun Si Sung Min itu menunggumu, dia menyukaimu, kenapa kau terus menggantungnya?" Hye Ri tampak emosi mengucapkan pertanyaan itu.

Aku menggantung kak Sung Min? Sejak kapan dan untuk apa?

"Aku tidak menggantungnya"

"Dia membutuhkan jawaban" Yoo Soung menatapku penuh amarah.

"Memangnya dia memberikan sebuah pertanya..."

Plakk

"Auw, kenapa kau memukulku?" Teriakku histeris setelah tangan Hye Ri mendarat dilenganku, rasanya tidak begitu menyakitkan tatapan mereka.

"Kau benar-benar bodoh"

Lagi-lagi Yoo Soung mengatakan hal itu.

"Dia mencintaimu, dan dia membutuhkan sebuah kepastian, kau bertingkah seolah-olah dia adalah seorang lelaki yang tak mempunyai perasaa..."

"Dia tak mencintaiku, titik." Kataku memotong perkataan Hye Ri, Yoo Soung semakin menatapku aneh.

"Apa kau bilang? Kak Sung Min tidak mencintaimu?"

"Buktinya ia tak pernah mengatakannya kan?"

"Ji Eun kau memang gadis yang bodoh" Yoo Soung menjitak kepalaku, aku meringis. Dari dulu, Yoo Soung selalu saja main kasar kepala jika sedang kesal.

"Dia selalu ada disetiap suka dukamu, dia selalu membantu saat kau sedang kesulitan, dia tak pernah sedikit pun meninggalkanmu dalam sebuah masalah, apakah kau ingat saat kau memintanya mengajarimu berperang, dia bahkan berkorban agar kau tak dihukum, dia menyalahkan dirinya sendiri, apa itu tak cukup untuk menggambarkan betapa cintanya ia padamu?"
Aku menunduk, berulang kali Hye Ri dan Yoo Soung selalu mengatakan hal itu, dan berulang kali pula yang aku lakukan hanya bisa tertunduk, aku malu. Aku malu pada diriku sendiri, aku malu menyadari betapa selama ini aku menyia-nyiakan lelaki berharga yang selalu ada disetiap suka dukaku.

"Sebenarnya kau menunggu siapa? Apa kau sedang dekat dengan lelaki lain?"

Aku menggeleng.

"Aku tidak menunggu lelaki manapun" kataku sedikit ragu, seperti ada yang mengganjal didalam hatiku, tetapi aku tak tau itu apa.

"Apa kau menyukainya?" Tanya Yoo Soung menyelidik, aku mengangguk, mantap.

"Aku menyukainya, mengaguminya."

"Jika kau tak berniat serius dengannya, biarlah ia denganku saja"

Deg..

Hening, pernyataan Yoo Soung barusan membuat aku dan Hye Ri terdiam dalam tanda tanya besar, tatapan kami pada satu arah. Mata gugup Yoo Soung. Yoo Soung terlihat canggung, tiba-tiba ia terbahak, membuat keningku dan Hye Ri berkerut.

"Aku becanda." Masih dengan tawa ia memegangi perutnya tampak geli,

"Itu tidak lucu!" Hye Ri menimpali, aku setuju akan balasan Hye Ri.

"Ya sudah, kita jangan terus membahas si hidung besar itu, lebih baik kita pergi ke Asrama, aku akan benar-benar meninggalkan kasur lipat kesayanganku itu sekarang" Ungkap Hye Ri memandang kami Sendu, aku langsung berhambur memeluknya, begitupun Yoo Soung yang langsung memeluk kami. Hye Ri yang selalu ceria besok malam akan benar-benar pergi dari kehidupanku, aku benar-benar akan merindukannya.

********

"The Queen Of Jaegsukk"Where stories live. Discover now