Prajurit tersebut langsung pamit dan membungkuk hormat, lalu keluar.

"Kita harus memberitahu Ji Eun" Ucap Dayang Me Yeon disela tangisnya.

"......."

Semua dayang menunduk, karna Dayang Mye Hyeon masih terdiam. Semua keputusan harus diambil atas persetujuan Dayang Myo Hyeon. Karna dia adalah senior.

"Jika kalian tidak bersedia, biar aku saj..."

"Tidak, Jangan beritahukan dia sekarang, biar nanti saja besok setelah hukumannya selesai" Potong Dayang myo hyeon tegas. Semua dayang memandangnya miris.

"Tidak bisa, bagaimana pun juga Ji Eun adalah keluargannya, Ji Eun harus menemui keluarganya untuk yang terakhir kalinya" Dayang Me Yeon mencoba meyakinkan semua dayang, khususnya dayang Senior myo Hyeon.

"Sudah ku katakan tidak bisa. Dia harus dihukum atas kesalahannya dulu, baru ia boleh diberi tau" teriak Dayang Myo Hyeon menggema, memekikan telinga, dan itu berhasil membuat  kesabaran Dayang Me Yeon diuji. Ia menajamkan pandangannya kearah Dayang Myo Hyeon, memberikan tatapan mautnya, ia memang Dayang Junior, tapi sekarang ia benar-benar tak takut.

"APA KAU BILANG? JI EUN, GADIS EMPAT BELAS TAHUN ITU HARUS MENGETAHUI KALAU KELUARGANNYA SEKARAT SETELAH DI HUKUM?" Dayang Me Yeon balas berteriak, ia menghampiri Dayang Mye Hyeon, semua dayang mulai waspada.

"DIMANA PERASAANMU? KAU DAYANG SENIOR? HARUSNYA KAU BISA MENGERTI PERASAAN MURIDMU? APA KARNA DIA TERLAHIR DIKALANGAN BIASA, DAN KAU TERLAHIR DIKALANGAN BANGSAWAN, SEHINGGA PERASAANMU SUDAH KAU BUANG JAUH-JAUH"

"Dayang Me Yeon, sebaiknya kau jaga mulutmu dihadapanku, jika kau tidak mau ditendang dari Sekolah Kerajaan ini..." Teriak Dayang Myo Hyeon menunjuk wajah Dayang Me Yeon.

Dayang Me Yeon tiba-tiba menangis.

"Dia masih kecil, ia akan sangat menderita saat mengetahui Keluargannya sekarat..."

Semua Dayang berkaca-kaca melihat Dayang Me Yeon menangis, mereka membenarkan ucapan Dayang Me yeon. Dayang Me Yeon berjalan menuju lorong yang menghubungkan antara ruang para dayang dengan ruang  penjara.

Tetapi sebuah tangan menghadangnya.

"Sudah kubilang jangan beritahukan dia sebelum dia dihukum !" Bentak Dayang Myo Hyeon kembali.

"Atau kau akan ditendang secara tidak hormat dari sekolah ini..."
Dayang Me Yeon langsung berbalik, menatap dayang Myo Hyeon dengan sengit.

"DIA PUNYA HAK UNTUK MENGETAHUI KELUARGANNYA, DIA BERHAK MELIHAT JASAD KELUARGANNYA, DAN ITU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA! APA KAU RELA MELIHAT DIA MENANGIS DIATAS BATU NISAN TANPA MELIHAT JASAD KELUARGANYA UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA? APA KAU BENAR-BENAR MEMBENCINYA SEHINGGA KAU INGIN MENGHUKUM NYA? INI SUDAH LEBIH DARI SEBUAH HUKUMAN...."

Dayang Me Yeon berjalan menabrak bahu dayang Myo Hyeon, tetapi ditengah lorong, ia kembali berbalik.

"DAN SOAL PEMECATANKU, KAU BISA MENENDANGKU SEKARANG, AKU TAK BUTUH PEKERJAAN YANG MEMBUAT NALURI KEMANUSIAANKU HILANG, AKU LEBIH TAKUT PADA TUHAN DARI PADA TAKUT PADAMU...."

Lalu Dayang Me Yeon pun berjalan cepat menuju penjara. Semua dayang mengekorinya dari belakang, tinggalah Dayang Myo Hyeon berdiri dengan wajah merah menahan amarah.

"Kalian? Para Dayang? Apa kalian juga ingin dipecat?"
Semua dayang yang mendengarnya mematung, kecuali Dayang Me Yeon yang sudah memasuki ruangan penjara.

Semua dayang berbalik dan membungkuk serentak.

"Pecatlah kami sekarang juga!" Ucap mereka serentak, mata Dayang Myo Hyeon membulat sempurna.

******

"Ibu...?" Ji Eun terus menangis, dari tadi matanya tak bisa berhenti menangis, tangan Ji Eun memeluk kantong rajutan berisi serpihan-serpihan surat dari Ibu nya.

"Maaf..."

Entah kenapa Ji Eun benar-benar merasa sakit hati ketika melihat suratnya sudah menjadi bubuk-bubukan tak berharga, ia ingin marah. Hatinya gelisah, ia merindukan Ibu, ia ingin segera pulang, ia ingin memeluk ibu.

Mata Ji Eun mengerjap-ngerjap mengeluarkan air mata yang menggenang, ia menatap sekelilingnya dan kembali terisak, ia duduk sendiri didalam jeruji, ia tak salah. Putri Mi Rae yang duluan membuat masalah, ia hanya ingin memperingatkannya agar tidak terus menyakitinya. Tetapi sekarang Ia malah dimasukan kedalam Jeruji menakutkan yang begitu gelap tanpa satu pun lampu atau celah.

Tiba-tiba sekelebat wajah Ji Young menghantuinya.

"Lee ji Eun? jika kau membenci Hanbok? pakai saja Pakaianku! Aku akan bekerja dan membeli pakaian baru..."

Ji Eun menangis menjerit, ia seperti merasakan Ji Young berada disampingnya, ia menjerit ketakutan. Sekuat tenaga menggoncangkan jeruji besi, ia ingin keluar dari tempat ini.

"Lee Ji Eun? kakakmu ini akan pergi berperang, aku benar-benar takutt ... usiaku baru tiga belas tahun..."

"Aaaah..." Ji Eun semakin kuat mengguncang-guncangkan Jeruji besi, ia ingin keluar, ia benci saat Pikiran Ji Young menghantuinya. Ia kasihan pada Ji Young.

"Ahhhh... tolong..."

Tangan Ji Eun yang memegang jeruji besi melemas, ia tak punya tenaga lagi, matanya kini menatap kosong kearah lantai yang begitu gelap.

Ia menyerah dan putus asa.

*********

Bukan hidup namanya jika tanpa sebuah masalah...

"The Queen Of Jaegsukk"Where stories live. Discover now