Bab 21

8.5K 438 4
                                    


Paginya Faith terbangun ketika jendela menyibak cahaya mentari yang menembus masuk. Faith tidak mendapati Ian di sampingnya, jadi ia berusaha untuk bangkit duduk sembari mempertahankan selimut agar tetap menutupi bagian tubuhnya yang terekspos. Entah bagaimana Faith merasa lebih baik dari yang sudah-sudah.

Mengingat Ian dan bagaimana percintaan mereka membuat Faith tersenyum malu. Faith tidak pernah melakukannya tanpa pengaman, tidak juga saat bersama Mike. Namun, untuk kali pertama percintaannya dengan Ian, mereka tidak memedulikan soal pengaman atau risiko yang akan ditanggung. Tapi anehnya, Faith tidak merasa resah, justru ia senang karena bisa merasakan Ian tanpa penghalang dan benar-benar merasakannya.

Pemikiran itu membuat Faith tersenyum semakin lebar. Ia beranjak ke depan cermin di kamarnya untuk memeriksa bekas luka yang ditinggalkan Ian di tubuhnya. Faith menyibak sedikit selimutnya dan hatinya pilu ketika melihat bekas luka di seputar bahu, leher dan tulang selangkanya.

Pintu kamar mandi digeser terbuka dan Ian keluar dari balik tabir dengan hanya mengenakan celana panjang tidurnya serta membiarkan sebagian tubuhnya yang lain terekspos. Faith bertemu tatap dengan Ian melalui cermin. Lelaki itu tampak haus ketika melihat sekujur tubuhnya dan mulai mendekat.

Faith tersenyum ketika Ian sampai di belakangnya. Ian menyibak rambutnya dengan lembut dan mulai menyentuh bekas luka di pundak Faith.

"Querida, maafkan aku." Penyesalan tampak kentara dalam raut wajah Ian.

Respons alami, Faith tertawa. Ia berbalik untuk menatap Ian secara langsung. Jari-jemarinya terbuka di atas otot perut dan dada Ian yang sempurna.

"Aku berniat memintamu untuk melakukannya lagi," aku Faith dan itu membuat Ian tertawa.

"Mungkin kita akan menghabiskan waktu seharian penuh untuk itu."

"Ya," Faith memiringkan wajahnya, menarik pria itu mendekat dan menciumnya dengan lembut. Wangi tubuh Ian yang beraroma mint membuat Faith jatuh cinta. Faith membiarkan selimutnya jatuh ketika Ian mendekapnya lebih erat.

Lelaki itu menangkup bokongnya kemudian menciumi rahangnya dan tulang lehernya. Faith semakin dibuat melayang ketika tangan Ian yang lain terbuka di atas punggungnya.

Suara ponsel milik Faith yang berbunyi di meja cermin menghentikan aksi keduanya. Faith terperanjat saking terkejutnya sementara Ian mengumpat kasar.

Faith menatap Ian sejenak sebelum cepat-cepat meraih ponsel pada meja di belakangnya dan berujar ketika mendapati nama Kylee disana.

"Itu Kylee."

Ian mengangguk dan Faith segera menangkat ponselnya. Suara Kylee yang antusias segera masuk begitu telepon tersambung dan Faith berusaha meraih selimutnya lagi.

"Faith! Kau dimana? Apa Ian ada bersamamu?"

Faith menatap Ian sebelum berbalik untuk menutupi tubuhnya dengan kain selimut. Usahanya terasa sia-sia ketika Ian mendesaknya dan menarik selimut itu untuk menyibak tubuhnya lagi.

"Ya, dia ada bersamaku." Kata-kata itu diucapkan Faith dengan suara parau. Satu tangannya yang bebas berusaha menahan selimut agar tetap menutupi tubuhnya sementara Ian terus menarik selimut itu dari tangan Faith. Pada akhirnya, Faith yang menyerah.

Mata Faith terpejam ketika Ian menguburkan wajahnya pada tengkuknya dan mulai menciumi rahangnya.

"Mengapa kau tidak memeriksa pesan suaramu?"

Janggut Ian yang kasar menggelitik bahu Faith dan tangannya terbuka di atas perut Faith. Ian menggoda bagian tubuh Faith yang sensitif dan pergerakan itu membuat Faith tidak sanggup menahan pekikannya.

LANDON (seri-1) No Rose Without a ThornWhere stories live. Discover now