Bab 6

9.5K 555 19
                                    


Faith dan Ian baru kembali satu jam kemudian. Mereka baru akan masuk ke halaman depan seandainya Mike tidak datang dengan motor tuanya. Pria itu menyerukan nama Faith dari jauh dan berhenti tepat di hadapan pasangan suami-istri yang berdiri berdampingan dengan mimik wajah heran.

Mike turun dari motornya, menarik Faith mendekat kemudian mendaratkan kecupan singkat di keningnya sembari berkata. "Ikutlah bersamaku, Sayang!"

Faith berusaha menjauh sambil memerhatikan bagaimana raut wajah Ian yang berubah suram dalam sekejap. Entah sejak kapan ia merasa lebih risih dan perlu menjaga sikap di hadapan Ian. Faith tidak tahu alasannya, yang ia tahu hanyalah: bahwa semua itu penting, tidak peduli bagaimana pandangan Ian terhadap dirinya.

"Mike, bagaimana kau bisa di sini?"

Mike tertawa kecil, tawanya lebih mirip dengusan. "Mudah sekali mencari bangunan yang kau tinggali, Sayang. Daerah ini terpencil, tidak banyak penduduk selain di kota, tidak banyak bangunan-bangunan yang berdiri. Aku beruntung karena bisa menemukanmu."

Ian merasa perlu pergi dari sana. Meninggalkan Faith sebelum pikirannya semakin kalut dan emosinya membuncah. Tapi tangan Faith menahannya untuk tetap di tempat. Wanita itu mungkin tidak menyadarinya karena genggaman Faith begitu kencang hingga membuat Ian merasa sakit di seputar pergelangannya akibat kuku Faith yang menancam tajam di sana. Namun, Ian tidak berniat melepaskan Faith atau bahkan sekadar memberi isyarat pada Faith bahwa wanita itu telah membuatnya merasa sakit. Alih-alih Ian diam selagi Faith menatap Mike dan berbicara,

"Mike, aku dan Ian baru saja kembali. Kenapa kita tidak masuk untuk makanan dan secangkir teh?" Faith menoleh ke arah Ian, senyum lebar tersungging di bibirnya. "Masakan Ian enak. Kau akan memasak untuk makan pagi kita, kan?"

Ian tersenyum kemudian mengangguk. Faith semakin antusias, sambil kembali berhadapan dengan Mike, wanita itu melepaskan diri dari Ian, menarik Mike kemudian membimbing mereka masuk.

Percakapan mereka selanjutnya berlangsung di meja makan. Faith kelihatan begitu senang menyantap hidangannya, wanita itu tidak pernah berhenti berceloteh tentang banyak hal. Mike juga kelihatan sama. Tapi Ian tidak. Sepanjang waktu, tidak ada yang berusaha dilakukan Ian selain mendengarkan Faith sambil sesekali membalas tatapan permusuhan yang terpancar di mata biru Mike. Tentu saja Mike tidak senang atas aktivitas apapun yang baru dilakukan Faith bersama Ian. Namun, dengan kesungguhan hatinya, Mike hanya tersenyum ketika Faith bercerita panjang lebar tentang danau di dekat rawa dan bagaimana serunya berlayar bersama Ian.

Faith tidak membahas tentang apa yang terjadi di sana, dan Ian mengerti. Wanita itu hanya mengatakan keinginannya untuk berlayar lagi. Sayangnya, Ian harus menyadari kalau orang yang akan ada di atas rakit untuk menemani Faith adalah Mike, bukan dirinya.

Ian memutuskan untuk bersikap tidak acuh. Meski besar keinginannya untuk memiliki Faith, namun Ian tidak bisa membodohi dirinya sendiri dengan cinta Faith yang semu.

Setelah mereka menghabiskan sarapan pagi, Mike segera membantu Faith membenahi sisa makanan mereka di tempat pencuci piring sementara Ian berusaha memeriksa lemari pendinginnya untuk menemukan buah-buahan yang masih tersisa di sana. Begitu memeroleh sebutir apel, Ian duduk di konter, melahap buah itu sambil sesekali melirik ke lorong yang menghubungkan tempat mencuci dengan konter. Dari sana Ian bisa mengamati Faith dengan jelas.

Faith tampak bahagia ketika Mike menggodanya, wanita itu bahkan tidak ragu untuk tertawa keras-keras. Tidak menoleh ke arah Ian atau bahkan sedikit saja menganggap bahwa Ian juga ada di bawah atap yang sama.

Ketika Mike menurunkan wajahnya untuk mencium bahu Faith yang terekspos, Ian segera memalingkan wajah. Berharap ia bisa menemukan objek lain yang mampu mrngusir kegelisahannya. Pada satu titik di mana Ian sudah kehilangan kesabaran, Ian melempar sisa apelnya ke dalam bak sampah sebelum ponselnya berdering dan ia melihat nama yang familier terpampang di sana.

LANDON (seri-1) No Rose Without a ThornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang