Bab 7

7.6K 523 15
                                    


Ian terperanjat begitu ia sampai di dalam dan melihat kekacauan yang dibuat oleh tiga bocah Austin.

Sebuah mangkuk porselen jatuh telungkup di atas lantai kayu, serbuk putih yang tampak seperti susu bubuk bertabur di lantai. Sup beserta isinya juga tumpah dan alat makan berserakan di mana-mana. Para bocah Austin segera menghentikan pekikannya begitu mendapati Ian berdiri di sana, menatap kekacauan dengan sorot pilu.

Mengalihkan pandangan dari kekacauan, Ian menatap ketiga bocah kembar itu satu persatu. Penampilan mereka kacau dengan krim dan susu bubuk yang menodai pakaiannya. Ketiga bocah itu berdiri dengan wajah memelas, takut jika Ian membentaknya seperti yang selalu dilakukan Lucy.

Ketiga bocah itu kembar, namun Ian mengenali mereka dengan ciri identik yang berbeda. Yang tertua adalah Michael, berdiri di sisi paling kanan dengan wajah bersih dan sorot mata yang intens. Michael tipe bocah pemikir dan bertindak dengan berbagai pertimbangan. Setelah lama tidak bertemu, Ian terkesan masih sanggup mengenali bocah itu.

Yang kedua adalah Kevin, bocah yang memiliki perawakan sangar dan bersikap lebih keras ketimbang dua kembarannya yang lain. Kevin memiliki tanda lahir di dekat pelipis, jadi Ian masih bisa mengenali bocah itu. Dan yang bediri di sisi pojok kiri adalah, Aiden. Si bungsu dari dua saudara kembarnya yang lain. Aiden memiliki rambut yang lebih terang dibandingkan dengan kedua saudaranya, rambutnya mewarisi gen Lucy dan hampir terlihat pirang. Meski menjadi yang termuda, Aiden selalu tampak percaya diri. Berdirinya tegap dan yang paling disuka Ian darinya adalah, bocah itu juga mewarisi sebagian gen Austin, yang ia kenal sebagai seorang dokter spesialis hebat, hingga memiliki jiwa penyembuh terhadap apapun.

Dahi Ian berkerut ketika para bocah itu memandangnya dengan sorot takut, seakan menunggunya untuk memaki. Meski kekacauan membuat emosinya sarat, Ian tidak bisa menahan godaan untuk tersenyum dan mendekat.

"Apa di antara kalian ada yang bersedia mengatakan kekacauan apa yang baru saja kalian buat?" suara Ian bersahabat, tidak disampaikan dengan nada tinggi sehingga para bocah itupun menyingkirkan perasaan takutnya dan mulai menghambur selagi Ian membenahi kekacauan.

Ketika mereka hendak melarikan diri, Ian menangkap satu di antara mereka yang dikenalinya sebagai Aiden. Bocah itu memekik lagi, bukan karena takut melainkan perasaan kesal karena tidak bisa meloloskan diri dari Ian.

"Lepaskan aku!" pinta Aiden dengan suara melengking.
Ian mengulas senyum lebar, terutama ketika dua bocah Austin lainnya kembali untuk membantu membebaskan kembaran mereka dari genggaman Ian.

"Tidak, sampai salah satu dari kalian mengatakan apa yang baru saja terjadi."

"Ada serangga di dalam makanan Aiden," Ian menoleh dan segera menyadari bahwa Michael yang berbicara, kemudian suara lain yang tak jauh berbeda menyusul dari sisi yang berseberangan.

"Aiden takut serangga." Pekik Kevin, seolah mengatakannya menjadi hiburan tersendiri untuk dirinya. Aiden, yang merasa tidak terima, mulai memprotes.

"Aku tidak takut serangga!"

"Kau menumpahkan mangkuk supmu ketika melihatnya," timpal Michael dengan percaya diri. Kevin terkikik dan wajah Aiden merah padam.

Aiden mengacungkan jari telunjuknya dengan sikap menuduh pada Kevin. "Kau memasukkan serangga ke dalam mangkuk supku. Aku akan mengatakannya pada ibu dan kau tidak akan mendapat jatah sup untuk dua minggu."

Kevin terkikik semakin keras dan Michael tidak bisa menahan senyumnya. Ketika Aiden merasa semakin panas, bocah itu berusaha membebaskan diri dari genggaman Ian dan bersiap melakukan serangan pada Kevin sebelum Ian menangkapnya lagi.

"Oh-hoh, mau apa jagoan?"

"Memberinya pelajaran agar dia tidak berani meletakkan serangga itu lagi!"

LANDON (seri-1) No Rose Without a ThornWhere stories live. Discover now