29

587 94 3
                                    

*Anne's POV*

"Apakah kau sudah memastikan semuanya aman disana? Ya aku tahu aku seharusnya terbang kesana untuk memastikannya sendiri tapi Max menjadi Max hanya membuatku sibuk disini. Baiklah, terimakasih banyak Britt. Sampaikan salamku untuk Dylan."

Aku menutup telepon dari Britt lalu melemparkan ponselku ke atas sofa. Max yang sedang duduk sembari menikmati semangkuk besar es krim terlonjak sedikit.

"Oi mengapa kau menyalahkan aku?" tanyanya kesal.

Aku duduk di sebelahnya lalu memutar mataku karena Max sekarang menjadi dirinya yang menyebalkan.

"Karena semua ini memang salahmu. Aku seharusnya membantu Britt dan Dylan di Tuscany tapi kau malah menahanku di New York. Thomas masih berada di London jadi hanya Britt yang bisa mengatur segalanya disana. Kau pikir ini pernikahan siapa?"

Max menyimpan mangkuk yang dipegangnya lalu memegang bahuku.

"Julianne kau harus sedikit tenang, okay? Kau mudah sekali panik setiap kali menyinggung masalah ini. Masih ada waktu dua minggu untuk menyiapkan semuanya dan aku yakin Britt bisa menanganinya. Kaya akan terbang ke Itali besok pagi jadi semuanya akan lebih baik. Dan lagi sepertinya Thomas sudah sangat ingin bertemu denganmu," ucap Max.

"Apa maksudmu Max?"

Max menunjuk seseorang di belakangku dan ketika aku berbalik Thomas tersenyum di ambang pintu. Aku melompat dengan senang lalu menciumnya.

"Oh hey!" sapa Thomas sembari tertawa.

Max berdiri lalu menepuk bahu Thomas.

"Dia urusanmu sekarang, aku sudah tak tahan selalu disalahkan olehnya."

Max tersenyum padaku lalu berjalan keluar. Aku menarik Thomas menuju sofa, membuatnya duduk dengan masih mengenakan mantel bepergiannya.

"Kapan kau datang?" tanyaku.

"Baru saja. Aku hanya ingin memberi tahumu bahwa Winnet dipastikan akan menghibur para tamu dan aku mendengar Ki Hong dengan berbaik hati membayar untuk London Philharmonic Orchestra yang akan datang sehari sebelum hari pernikahan." jawabnya.

"Ki Hong tak seharusnya melakukan itu, aku bisa membayar sendiri. Tapi sudahlah, lebih baik kita segera pergi ke Tuscany sebelum Britt meledak akibat ulah Dylan."

Aku berdiri di bandara terdekat dari Tuscany dengan Thomas. Musim semi memang menjadi musim terbaik untuk datang ke Itali. Matahari Tuscany bersinar dengan hangat.

Dylan dan Britt berdiri di luar pintu bandara. Kulit mereka tampak terbakar karena terlalu banyak bekerja di bawah sinar matahari. Aku jadi merasa sedikit bersalah pada Britt.

"Dan akhirnya Miss Julianne Windsor datang ke Itali. Bonjour!" ucap Dylan.

"Dylan ini Italia bukan Prancis! Hai Anne, maaf masih ada beberapa pekerjaan yang belum beres." ucap Britt.

Aku memeluk perempuan berambut pirang yang ternyata adalah kekasih Dylan. Dia sudah lama menyembunyikan ini dariku namun Thomas tak sengaja memberitahuku ketika kami sedang makan malam.

"Maaf aku membuatmu sangat sibuk Britt. Kulitmu bahkan sedikit terbakar karena terlalu banyak bekerja di bawah matahari," ucapku.

Britt tertawa pelan lalu menggeleng.

"Tidak apa-apa Anne, aku senang bisa membantu menyiapkan pernikahanmu. Kurasa karena sekarang kau dan Thomas sudah berada disini, lebih baik aku dan Dylan pergi mencari hotel di sekitar Verona."

Kami berjalan menuju mobil Fiat yang terparkir tak jauh dari pintu bandara. Dylan membantu Thomas memasukkan seluruh barang bawaan kami ke dalam bagasi lalu dia melompat ke bangku pengemudi.
Angin musim semi meniup rambutku ketika mobil kami berjalan menuju salah satu kebun anggur di pinggir kota Verona. Kebun anggur yang sama dengan kebun anggur yang kudatangi bersama Dylan. Dad mengenal dengan sangat baik pemilik kebun tersebut dan dia dengan senang hati meminjamkan rumah pertanian tuanya untuk pesta pernikahanku.

Tumbuhan anggur terlihat di sepanjang jalan berkerikil tersebut dan ini hanya membuatku semakin senang. Ide Thomas lah untuk menyelenggarakan pesta disini, walaupun ini jauh dari tradisi keluargaku yang mengharuskan seseorang mengadakan pesta pernikahan di kastil tua milik nenekku.

Aku turun dari dalam mobil lalu menghirup udara musim semi yang menyegarkan. Hamparan rumput luas berwarna hijau ini masih sama dengan yang kurasakan hampir setahun yang lalu. Hanya saja sekarang halaman itu dipenuhi dengan meja-meja kayu yang besar.

"Aku berhasil mendapatkannya dari seorang laki-laki tua di perkebunan sebelah. Dia sangat baik dan mau meminjamkan seluruh mejanya." ucap Dylan disebelahku.

"Terimakasih Dylan,"

Aku berjalan menuju rumah pertanian tua yang berasal dari tumpukan batu. Seorang pria gendut melambai padaku dengan senang.

"Miss Windsor, sungguh kehormatan besar! Aku dengan senang hati meminjamkan tempatku begitu Sir Windsor meneleponku!" ucapnya dengan senang.

"Aku sangat berterimakasih padamu karena kau berbaik hati meminjamkan tempat indahmu ini."

"Aku sangat senang Miss! Semoga kau mendapatkan pengalaman menyenangkan mengadakan pesta disini, Miss."

Thomas berdiri disebelahku lalu ikut berterimakasih pada lelaki itu.

"Oh pasangan yang menyenangkan! Aku ingin sekali membawamu berkeliling namun aku masih harus mengerjakan sesuatu. Nikmati waktumu Miss Windsor,"

Setelah pria itu pergi, tangan Thomas tiba-tiba memeluk pinggangku dari belakang. Napasnya menggelitik belakang leherku.

"Ini akan menjadi pesta terbaik Anne." ucanya pelan.

Aku tersenyum lalu berbalik menciumnya.

"Ehem, masih banyak yang harus kita lakukan disini lovebird."


BELUM BERES UN TAPI TINGGAL SEHARI LAGI

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now