22

711 99 9
                                    

*Anne's POV*

"Wake up sunshine!"

Aku merasakan seseorang memainkan rambutku. Aku tersenyum lalu membuka mataku. Thomas tersenyum padaku, wajahnya sudah tidak pucat lagi dan itu membuat matanya yang coklat bersinar dengan hangat.

"Sudah berapa lama kau melihatku tertidur?" tanyaku sembari bangkit untuk duduk.

Thomas membetulkan posisinya lalu duduk bersandar.

"Hmm coba kuingat. Aku sudah bangun ketika Dylan datang membawakanmu beberapa baju dan itu sudah 2 jam yang lalu."

Aku melemparkan tatapan kesal pada Thomas yang hanya ia balas dengan tawanya yang renyah.

"Maaf, aku sangat menyukai wajahmu ketika kau tertidur. Tapi aku harus membangunkanmu karena hari ini aku boleh pulang!"

Aku memeluknya tiba-tiba, membuatnya sedikit terkejut tapi membalas pelukan itu. Pelukannya membuat badanku yang dingin menjadi lebih hangat.

"Nah lebih baik kau berganti baju selama dokter memeriksaku untuk terakhir kalinya lalu kita bisa pergi mencari makanan Cina karena aku sangat membutuhkan itu sekarang,"

Aku melepaskan pelukanku lalu berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai, aku melihat dokter sedang berbicara dengan Thomas sementara aeorang perawat melepaskan jarum infus dari tangan Thomas.

"Ah Mrs Sangster," sapanya.

Aku merasakan pipiku memerah.

"Anne saja tolong,"

"Anne, aku sangat senang karena Mr Sangster bisa pulih kembali dengan sangat cepat. Dia bisa kembali beraktifitas besok. Aku harap kau menjaganya agar tidak kembali sakit," jelas dokter itu.

"Aku akan selalu menjaganya. Terimakasih dokter,"

Dia tersenyum lalu pergi bersama perawat yang sudah selesai. Thomas mengayunkan kakinya turun dari atas kasur lalu berdiri di sebelahku. Tangannya melingkar di bahuku.

"Ayo mencari makan!" ucapnya senang.

Dylan sudah menunggu kami di depan rumah sakit. Dia memberi Thomas sebuah pelukan lalu membukakan pintu untuk kami. Dia membungkuk seperti seorang pelayan, membuatku tertawa pelan.

Mobil Dylan berjalan di jalanan kota Los Angeles yang ramai hari itu. Thomas memegang tanganku sepanjang perjalanan, membuatku merasa tenang. Dylan memasukkan mobilnya ke dalam basement hotel tempat kami tinggal.

"Sudah sampai di hotel tuan. Semoga Anda menikmati perjalanan tadi,"

Aku melemparkan Dylan pandangan mencela, membuatnya hanya tertawa. Thomas menarikku menuju lift lalu menekan tombol lantai kamar kami. Dia mengeluarkan ponselnya lalu memesan beberapa makanan untuk diantar.

"Makanan Cina eh? Kau baru saja sembuh!" protesku.

"Aku tidak sakit karena itu Anne. Aku hanya ingin makan makanan favoritku bersama dengan orang favoritku di dunia."

Thomas mencium puncak kepalaku lalu menarikku keluar dari lift. Aku mengeluarkan kunci kamar kami lalu membukanya. Thomas dengan cepat berlari ke kasur dan melompat dengan senang.

"Akhirnya bukan kasur berbau aneh!"

Suara ketukan di pintu membuatku dengan cepat bangun. Thomas yang kalah cepat denganku hanya mengeluh pelan lalu kembali fokus pada film lama di televisi. Aku membuka pintu dan melihat seorang pria membawa banyak sekali makanan. Setelah membayarnya, aku kembali berjalan menuju Thomas yang dengan senang menerima makanannya.

"Ayo makan!" ucapnya senang.

Aku memerhatikan dia memakan dim sum nya dengan senang. Wajahnya benar-benar terlihat seperti seorang anak kecil yang memakan permen yang sudah lama diinginkannya. Aku menuanhkannya segelas air putih lalu duduk di sebelahnya.

"Hati-hati, kau akan tersedak makananmu!" ucapku sembari tertawa.

Dia mengalihkan pandangannya dari makanan di tangannya lalu tersenyum padaku.

"Aku mencintaimu lebih dari makanan ini Anne, kau tak perlu takut."

Aku memukul bahunya dengan pelan, membuatnya hanya tertawa. Aku pura-pura teelihat kesal lalu berjalan menuju kasurku. Thomas meletakkan makanannya lalu berjalan mengikutiku.

Dia duduk di sebelahku lalu membelai punggungku dengan lembut. Aku mengalihkan pandanganku darinya, membuatnya semakin terlihat cemas.

"Hei, maafk-"

Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, aku berbalik dengan cepat lalu menggelitikinya. Dia menghentikkan tanganku lalu membalikkan keadaan. Dia memggelitikiku sembari tertawa senang.

"Apa kau pikir kau bisa melawanku?" tanyanya.

"Thomas hentikkan itu! Kau tahu aku tidak tahan geli!" ucapku di sela-sela tawaku yang histeris.

"Tidak akan!"

Aku berguling, membuatnya berada di atas badanku. Dia masih menggelitiki perutku sembari tertawa keras. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Dylan berdiri disana bersama Ki Hong. Thomas dengan cepat menyingkir dari atas badanku dan aku duduk dengan tegak.

"Oh um aku tak tahu kalian sedang- kau tahu, lanjutkan saja." ucap Dylan.

"Awkward moment tapi kita akan pergi jadi ya lanjutkan saja," sambung Ki Hong.

Mereka menutup pintu kamar. Aku memandang Thomas lalu kami berdua tertawa dengan keras.

"Oh apa kau melihat wajah Dylan tadi? Apa mereka pikir kita melakukan sesuatu yang tidak pantas?" tanyaku sembari tertawa.

Thomas mengendalikan tawanya lalu duduk di sebelahku. Dia memeluk pinggangku lalu menyimpan kepalanya di bahuku.

"Kau menginginkan itu?" tanyanya dengan nada menggoda.

Aku berbalik lalu memukul dadanya cukup keras. Dia mengaduh pelan dan hanya membuat aku tertawa semakin keras.

"Dalam mimpimu Sangster!"

Ponselku berdering dengan keras membuatku terkejut. Aku bangun dari tempat tidurku lalu berjalan menuju ponselku. Wajah Max menghiasi layar ponselku.

"Apa yang kau inginkan?" tanyaku kesal.

"Aku menginginkan penjelasan!" jawabnya.

"Penjelasan apa? Rasanya aku tidak melakukan apapun yang perlu aku jelaakan."

"Dylan memberitahu Kaya dan Kaya memberitahuku bahwa kau dan Thomas melakukan itu tadi sore! Aku ingin penjelasan!"

Aku mencerna seluruh ucapan Max lalu tertawa keras sampai perutku terasa sakit. Thomas yang sudah tertidur, terbangun karena suara tawaku.

"Ada apa Anne?" tanyanya dengan suara mengantuknya.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Tidurlah kembali Thomas," jawabku padanya.

Aku kembali mendekatkan ponselku dan mendengar suara Max yang kesal.

"Anne aku butuh penjela-"

"Maxxie, aku tidak melakukan apapun oke? Dylan hanya salah melihatnya. Thomas hanya menggelitikiku! Oh otak Dylan dipenuhi dengan hal-hal yang tidak baik!"

Max terdengar menarik napasnya lalu berbicara lagi

"Kau benar-benar jujur?" tanyanya.

"Aku tidak akan menyembunyikan apapun darimu!"

Ih aneh ya wkwkwkwkwkwk maafin authornya udah sakit seminggu lebih jadi rada aneh wkwkwk

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now