11

781 110 8
                                    


*Thomas’ POV*

Aku tak tahu berapa lama aku tertidur tapi ketika aku terbangun matahari sudah hampir tenggelam. Aku bangkit duduk lalu melihat perkebunan anggur yang indah disinari matahari sore itu. Beberapa pekerja berjalan pulang dengan kudanya yang gagah. Suara burung mulai terdengar dan udara mulai terasa dingin.

Anne terbaring dengan nyaman di atas rumput. Wajahnya terlihat damai. Aku ingin terus menatap wajahnya yang tertidur namun aku harus membangunkannya. Aku mengguncangkan badannya dengan lembut.

“Anne, bangunlah. Hari sudah sore, lebih baik kita kembali ke Verona.” Ucapku pelan.

Anne bangun lalu dia duduk sembari mengusap matanya. Aku membantunya berdiri lalu kami berjalan menuju motor yang masih terparkir di tempat yang sama. Aku memberikan helm untuk Anne tapi tangannya sibuk memeluk dirinya sendiri. Aku tertawa pelan lalu melepaskan jaketku.

“Pakailah, aku tak ingin kau jatuh sakit.” Ucapku sembari memberikannya pada Anne.

Anne menggeleng lalu menyodorkan kembali jaketku.

“Tidak Thomas, aku baik-baik saja.”

Aku memutar mataku lalu berjalan ke belakang Anne. Aku memasangkan jaketku di punggungnya.

“Tidak ada tapi Anne, ayo pulang.”

Perjalanan menuju Verona menjadi sangat dingin. Untunglah kami berhasil sampai ketika hari mulai gelap. Anne buru-buru mengganti pakaiannya dengan piyama. Aku duduk di sofa di ruang tengah, merasa kedinginan namun tidak mau membuat Anne khawatir. Beberapa saat kemudian Anne datang dengan sebuah selimut dan dua buah gelas yang mengepul di tangannya. Dia memberikannya satu untukku lalu duduk di sebelahku. Dia juga memberikan selimut yang dibawanya.

“Minumlah dan pakai selimut itu. Aku tahu kau kedinginan karena memberikan jaketmu padaku, jadi terimakasih banyak.” Ucapnya lembut.

Aku meminum cairan pekat yang ada di gelas tersebut. Cokelat panas. Minuman kesukaan Anne. Aku baru saja akan mengucapkan terimakasih ketika kulihat Anne sudah tertidur dengan gelas masih di tangannya. Aku tersenyum lalu menarik gelas tersebut dengan lembut agar tidak membuat Anne bangun. Badannya langsung menggulung seperti kucing. Aku tertawa pelan lalu menyelimuti Anne dengan selimut yang diberikannya padaku.

“Goodnight, Anne.” Ucapku sembari mengecup puncak kepalanya.

Aku berjalan menuju sofa lain yang berseberangan dengan sofa yang ditiduri Anne. Max sudah memberitahuku letak selimut jadi aku mengambil sendiri lalu menggulungkan badanku di atas sofa. Napas Anne terdengar teratur dan aku tertidur memandangi wajahnya yang damai.

*Anne’s POV*

Aku bangun dan merasakan kasurku berubah menjadi sangat kecil dan juga tidak terlalu nyaman. Aku bergerak dan sadar bahwa aku bukan tertidur di atas kasurku.

Ruang tengah itu dibanjiri cahaya matahari yang menyusup melalui celah-celah tirai. Aku tak ingat mengapa aku bisa tertidur di ruang tengah sampai aku melihat dua buah gelas berisi coklat panas yang masih penuh dan Thomas yang masih tertidur dengan tenang di seberangnya.

Aku bangun lalu dengan hati-hati membawa dua gelas tersebut menuju dapur. Kurasa ini sudah lebih dari pukul 9 pagi karena sekarang matahari bersinar sangat terang. Aku kembali ke ruang tengah untuk membereskan selimutku. Thomas masih tertidur. Rambutnya yang pirang terlihat acak-acakan tapi aku menyukainya. Dadanya naik turun dengan pelan dan berirama. Bibirnya terlihat sangat lembut, membuatku ingin menciumnya.

Apa yang kau pikirkan Anne?!

Aku buru-buru mengenyahkan pikiran tersebut lalu menyiapkan sarapan. Ketika sarapan sudah selesai aku membawanya ke ruang tengah dan melihat Thomas belum bangun. Aku menyimpan piring yang kubawa di atas meja lalu berjalan menuju Thomas. Aku mengguncangkan badannya pelan tapi dia dengan segera bangun dengan menarik tanganku. Aku terjatuh menimpa tubuhnya.

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now