13

761 108 9
                                    

*Thomas' POV*

Aku menatap matanya. Dia tidak terlihat terkejut ataupun menjauhkan tangannya dari genggamanku. Dia hanya menatapku lalu tersenyum.

"Aku tahu kau adalah Romeoku," ucapnya sembari tersenyum.

Aku tersenyum lalu menariknya ke dalam pelukanku. Dia sedikit terkejut tapi langsung tertawa.

"Tommy!" ucapnya sembari tertawa.

"Hei kau memanggilku Tommy lagi! Ayo pulang Julie, hari sudah malam dan kau akan sakit jika terus berada di luar!"

Max meneleponku malam itu. Anne sudah pergi tidur di kamarnya dan aku sedang menonton televisi ketika ponselku berdering.

"Max! Kapan kau kembali?" tanyaku ketika mendengar suaranya.

"Aku akan terbang dalam beberapa jam. Bagaimana keadaan Anne?"

"Dia baik-baik saja. Dan kurasa kami sekarang erm berkencan?"

Aku tak tahu mengapa aku menggunakan nada bertanya.

"APA?! Kau kutinggalkan bersamanya sebentar dan sekarang kau sudah berkencan dengannya. Jangan coba-coba melakukan apa-"

"Max! Kau mengenal aku dari kecil oke? Jadi aku bisa menjaminmu Anne akan aman."

"Oke oke aku percaya. Nah jadi tolong jaga Anne selama beberapa jam lagi,"

Aku lalu menutup teleponnya. Max memang sangat menyayangi Anne dan tidak heran dia akan selalu bersikap berlebihan jika menyangkut Anne. Tapi entah mengapa dia berani meninggalkan Anne di Verona sementara di terbang ke London bersama Kaya.

*Anne's POV*

Suara Max terdengar dari pintu depan, membuatku yang sedang menonton televisi bersama Thomas melonjak senang. Max berdiri di depan pintu, wajahnya tersenyum senang. Aku memeluknya dengan erat. Dia sepertinya datang kembali sendiri.

"Bagaimana London?" tanyaku padanya.

Dia berjalan masuk lalu menutup pintu di belakangnya. Aku masih bergelantung pada tangannya.

"Sama seperti dulu, suram dan dingin. Hei bagaimana Verona tanpaku?" tanyanya senang.

"Yah bisa dibilang cukup menyenangkan walaupun ada yang kurang," godaku.

Max duduk di sebelah Thomas. Dia sekarang tersenyum menggodaku.

"Apa?" tanyaku bingung.

"Aku mendengar bahwa adikku yang manis ini memiliki seorang pacar yang sangat tampan."

Aku merasakan pipiku memerah, membuat Max dan Thomas tertawa.

"Kau memberitahunya?" tanyaku pada Thomas.

"Oh semua temanku sekarang mungkin sudah tahu karena aku terlalu senang berhasil mendapatkanmu."

Pipiku semakin merah. Thomas berdiri lalu memelukku.

"Hei, kau tak perlu malu! Aku sangat terkenal dan tampan!" bisiknya.

Aku mendorongnya. Dia tertawa keras bersama Max. Sepertinya aku harus berurusan dengan dua orang terkonyol sekaligus.

*Thomas' POV*

Aku baru selesai mandi dan melihat ponselku berdering. Aku melemparkan handukku lalu mengangkat telepon tersebut.

"Thomas! Syukurlah kau mengangkat telepon ini!"
Sebuah suara yang sudah sangat kukenal terdengar. Ini Maggie, manajerku yang lain.

"Ya Maggie ada apa? Bukankah sudah kubilang aku tidak akan menerima pekerjaan sampai premiere The Scorch Trials?" tanyaku bingung.

"Uh kurasa kau tak bisa bergitu Thomas. Mr. Ball menginginkan kau dan Ki Hong untuk mempromosikan film ini ke Asia. Dan aku tidak bisa mengatakan tidak karena itu sangat baik untuk fansmu di Asia,"

Aku terdiam mendengar jawaban Maggie. Ini di luar tanggung jawabku.

"Kapan aku harus berangkat?"

"Akhir Agustus. Tapi kau harus kembali ke NY akhir bulan ini."

"Oh apa lagi sekarang?"

"The Death Cure dipercepat menjadi awal bulan Juni. Jadi kau harus sudah berada di NY pada akhir bulan ini. Maaf aku tidak mungkin menolaknya,"

Aku menghela napas. Aku hanya ingin berada di Verona sampai September tapi sepertinya itu tidak mungkin.

"Baiklah, aku akan menerima tawaran press tour ke Asia dan beritahu Wes aku akan berada di lokasi syuting tepat sesuai jadwal."

"Oke Thomas. Nikmati sisa liburanmu Thomas!"

Aku mengetuk pintu rumah Anne dan menunggu. Suara Anne terdengar dan dia berdiri di depanku, memakai gaun rumahnya. Aku memeluknya.

"Hei aku sudah bertanya-tanya kemana kau pergi! Ayo masuk, aku sudah membuatkanmu makan siang.

Bau makanan menguar dari dalam rumah. Anne kembali memasak dan aku duduk di meja makan, membaca scripts yang baru dikirimkan oleh Maggie ke emailku. Anne meletakkan sepiring pasta di depanku lalu duduk disebelahku.

"Kau membaca apa?" tanyanya bingung.

"Ah hanya sesuatu untuk pekerjaanku selanjutnya. Terimakasih Anne,"

Aku meletakkan ponselku lalu memakan pasta buatan Anne. Dia memang pandai memasak dan pasta ini rasanya seperti pasta yang kubeli di restoran bintang lima.

"Apakah kau harus membacanya sekarang? Bukankah kau bilang pekerjaanmu baru akan dimulai pada bulan September? Itu kan masih lama."

Aku mengalihkan pandanganku dari pastaku. Anne menatapku seperti anak kecil yang penasaran. Aku mengeluh pelan lalu memandang Anne.

"Anne, pekerjaanku dimajukan hingga awal bulan depan yang berarti aku akan kembali ke NY akhir bulan ini. Dan mungkin aku tidak bisa bertemu denganmu sampai September, tapi aku janji aku akan selalu menghubungimu. Jika kau mau aku bisa membuat akun skype hanya agar aku bisa melihatmu. Dan aku sangat berharap kau bisa datang ke Amerika pada akhir bulan September karena aku akan melakukan press tour ke Asia dari bulan Agustus. Oh aku sangat bersalah meninggalkanmu tapi aku tak-"

Ucapanku terpotong karena Anne menciumku. Aku walaupun kaget membalasnya. Dia melepaskan ciumannya lalu tersenyum padaku dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Aku sedih kau akan pergi tapi aku tahu kau pergi karena pekerjaanmu. Mungkin aku bisa datang ke New York jika kau mau. Mum pasti akan mengerti sekarang aku bisa kembali menjalani hidupku yang biasa. Tapi berjanjilah kau akan memberiku kabar karena aku tak menyukai ide bahwa aku mengetahui kabarmu dari internet."

Aku tertawa pelan lalu memeluk Anne dengan erat.

"Aku pasti akan selalu memberimu kabar Anne, aku berjanji."

ALMOST DONE! Tinggal satu chpater lagi huhu buat buku ini. Janjiku buku ketiga akan lebih baik dan panjang sechapternya :')

VOTE AND COMMENT PLEASE

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now